Thursday, 4 September 2014

Agama di Korea Selatan (1)

Hai, saya kembali mencoba menerjemahkan sebuah artikel di korea.net yang kali ini membahas tentang agama di Korea. Well, kesukaan saya pada drama, film dan lagu yang berasal dari negara ini menarik saya untuk terus membaca mengenainya, termasuk kehidupan beragama di sana.

Karena tulisan ini menurut saya sangat panjang maka akan dibagi menjadi dua bagian, semoga menjadi bermanfaat dan informatif ya. Btw sebelumnya maaf kalo terjemahannya kurang greget, saya akan berusaha untuk terus memperbaiki kualitas terjemahan bahasa Inggris ke bahasa Indonesia. Selamat membaca!
Tidak seperti beberapa kebudayaan lain yang didominasi satu agama, kebudayaan Korea memiliki unsur agama yang sangat bervariasi yang telah membentuk prilaku dan cara berpikir masyarakatnya. Di awal sejarah Korea, fungsi agama dan politik digabungkan tapi kemudian dibedakan.

Menurut sejarah, orang - orang Korea hidup di bawah pengaruh sihir, Buddha, aliran Tao atau Konfusius dan di era modern, agama Kristen masuk ke negara tersebut yang selanjutnya masih menjadi faktor penting yang mengubah landasan spiritual masyarakat. Pesatnya perkembangan industri dalam 2 dekade dibandingkan 2 abad di barat telah membawa kegelisahan dan pengasingan diri yang mengganngu kedamaian pikiran orang - orang Korea, mengarahkan pengejaran mereka dalam aktivitas keagamaan. Sebagai hasilnya, populasi penganut kepercayaan agama telah meluas begitu menyoloknya dengan munculnya institusi agama sebagai organisasi masyarakat yang berpengaruh. 

Kebebasan beragama dijamin dalam undang - undang Korea. Berdasarkan survei statistik tahun 2005 53,1% masyarakat Korea menganut agama tertentu. 43% menganut agama Buddha, diikuti Protestan 34,5% dan Katolik 20,6%. 


Aliran Konfusius
 
Ditemukan oleh Konfusius di abad ke 6 SM, aliran Konfusius lebih kepada etika moral daripada sebuah agama kepercayaan. Ini adalah sistem dari aturan penuh kasih sayang, kebaikan, adab pergaulan dan desain kepemimpinan yang bijak untuk menginspirasi dan melindungi manajemen keluarga dan masyarakat yang pantas. Juga, aliran ini dapat dilihat sebagai agama tanpa Tuhan karena ketika telah meninggal, beberapa penganut menjadi bijaksana dan mengikuti prinsip kedisiplinan dalam sistemnya dengan taat.

Aliran ini diperkenalkan bersamaan dengan bahan - bahan spesimen tulisan Cina pertama kira - kira pada awal era agama Kristen. Tiga Kerajaan Goguryeo, Baekje dan Silla seluruhnya meninggalkan rekaman yang mengindikasikan permulaan pengaruh keberadaan  Konfusian. Di Goguryeo, universitas negara yang bernama Taehak didirikan pada tahun 372 dan akademi - akademi Konfusian swasta ditemukan di provinsi - provinsinya. Bahkan Baekje  mengatur lembaga seperti itu lebih awal.

Persatuan Silla mengirimkan perwakilan sarjana ke Tang Cina untuk mengamati cara kerja lembaga Konfusius pusat dan membawa kembali tulisan tentangnya dalam jumlah yang besar. Untuk Dinasti Goryeo di abad ke 10, agama Buddha adalah agama negara dan aliran Konfusius membentuk tulang punggung struktural dan filosofi negara. Ujian pegawai negeri sipil di Gwageo mengadaptasi sistem Cina di akhir abad ke 10, sangat menganjurkan mempelajari Konfusius klasik dan menanamkan nilai - nilai Konfusius di masyarakat Korea.

Dinasti Joseon yang berdiri pada 1392 menerima aliran Konfusius sebagai ideologi negara dan mengembangkan sistem Konfusius dalam pendidikan, upacara dan administrasi pemerintah. Ketika kekuasaan Barat dan Jepang mulai menggunakan kekuatan militer untuk menyerang di akhir abad ke 19 untuk menekan Korea agar lebih terbuka, penganut Konfusius mengumpulkan 'tentara kebaikan' untuk melawan para penyerang.

Usaha ini juga untuk membentuk kembali aliran Konfusius dan menyesuaikannya pada perubahan kondisi pada waktu itu. Para reformis ini menerima pemerintahan Barat yang baru dan mencoba mendirikan pemerintahan yang modern dan mandiri. Juga, selama masa penjajahan Jepang di Korea, reformis Konfusius mengikuti banyak gerakan kemerdekaan untuk melawan kekaisaran Jepang. Hari ini pemujaan pada leluhur Konfusian masih lazim dilakukan dan perempuan dan laki - laki yang alim sangat dipuja sebagai kebajikan dalam masyarakat Korea.
 
(bersambung ke Agama di Korea Selatan (2) )

No comments:

Post a Comment