Thursday 30 October 2014

[Korean Drama] The First Wives Club Ep 40



Yupsss... The First Wives Club memasuki babak baru untuk kehidupan Hwa shin setelah ia memutuskan untuk keluar dari rumah dan menyerahkan segalanya pada wanita simpanan. Tapi tentu saja ia tak menyerah begitu saja. Pilihannya untuk mundur bukan berarti ia kalah, justru ia sedang menapaki kehidupan baru yang akan membuat Won soo Si Bodoh itu menyesali pilihannya karena telah berani berselingkuh dan membawa wanita simpanan itu pulang ke rumah. 

Wednesday 29 October 2014

Dekat

ketika kita rajin membaca tulisan seseorang di blog pribadinya atau buku2nya atau akun medsosnya, secara engga langsung kita akan merasa ada kedekatan dg penulisnya, meski dia engga tau siapa kita.

baca Al Quran begitu juga kali ya, makin dibaca terasa makin dekat sama yang punya. bedanya, kalo yang ini yang punya tahu n paham banget siapa kita
‪#‎HappyReading‬

Rain

Life is about dancing in the rain
We love rain so much, so learn how to dance in it

Bunda, Ummi n Khalisa



Matinya Anak Ayam


Dua hari ini dua anak ayam mati karena sakit. Karena ayah n ibu sedang di rumah sakit maka ga ada yang ngurus alias kasih makan. Aku tadi pagi disuruh ngasih makan ayam. Baiklah, meski bertolak belakang dengan hati nurani, tapi karena melihat satu anak ayam yang sakit ya sudah berani ga berani kuisi tempat makannya. 

Kuperhatikan anak ayam itu dari pagi dan setelah kuberi makan kondisinya mulai semangat. Bahkan dia udah minum dan berusaha berdiri dengan dua kakinya. Kupikir akan ada harapan dia masih bisa sehat. Eeeeh ternyata jam 11 siang kulihat kandangnya karena ayam - ayam kecil pada riuh, dia udah mati. 

Mulai deh celingak celinguk liat anak - anak tetangga buat minta mereka keluarkan bangkainya dari kandang. 

Sejujurnya aku punya rasa fobia pada unggas, terutama ayam. Unggas lainnya seperti burung, angsa dan bebek pun membuat bulu kudukku merinding setiap berada di dekat mereka. Aku tak tahu sejak kapan hal ini terjadi. Kalau aku tidak salah perhitungan, mungkin saat suatu hari aku harus melarikan diri dari induk ayam yang mengamuk karena mengira aku mengganggu anak - anak ayam yang baru menetas. Ketika itu kakiku dipatok oleh paruh tajamnya. Yang lebih mengerikan adalah bulunya yang mengembang membuat badannya menjadi semakin besar. Matanya tajam dan fokus mengejar orang yang mencoba mengganggu anak - anaknya. 

Ayam yang mati karena sakit itu unik. Ketika ia sakit ia memeluk dirinya sendiri dengan menekuk kedua kaki sehingga membuat tubuhnya ditutupi bulu - bulu yang ada. Namun begitu aku menemukan mereka selalu dalam keadaan lurus, maksudku kakinya menjadi lurus (ouchhh menuliskannya saja membuatku merinding). Matanya yang tadi sayu akhirnya tertutup rapat. 

Ah, kusudahi saja... Semakin aku menulis dan memikirkannya semakin membuat seluruh tubuhku merinding dan bergetar tak karuan

Monday 27 October 2014

Awal Mengikuti JPI dan BPAP 2011

Ini sedikit ceritaku saat ikut JPI dan BPAP tahun 2011 yang lalu. Buatku ini adalah keberuntungan karena diperkenankan untuk ikut kegiatan ini meski aku tidak punya bakat di bidang seni sama sekali. Aku mengikuti seleksinya di kantor Dispora Kota Tanjungpinang karena tertarik dengan yang namanya pertukaran pemuda. Dari SMP udah ngejajalin otak dengan kisah - kisah keren dari orang - orang yang ikut pertukaran pemuda ke luar negeri. Kayaknya si keren aja hahaha... 

Berbekal kekerenan itu aku datang ke Dispora hari Minggu pagi. Rupanya banyak juga yang ikut seleksi daaaan buat aku mereka ini jagoan seni semua. Yaaah, pupus harapan buat lulus kalo begini. 

Seleksi terdiri dari tiga sesi, tulisan, wawancara dan terakhir pertunjukan dari masing - masing perserta. Ujian tertulis kucoba jawab dengan baik meski tak yakin dengan hasilnya. Soal yang diajukan di luar ekspektasi dan sebagai orang yang baru belajar tentang budaya Tanjungpinang, soal - soal itu cukup sulit. 

Kemudian, ujian lisan alias wawancara. Kami dipanggil satu per satu oleh panitia yang bersangkutan. Kucoba setenang mungkin. Ketika ditanya kota mana yang menjadi tujuanku, spontan kujawab NTB. Saat itu Kepri akan bertukar dengan 4 daerah lainnya yaitu Kalimantan Tengah, NTB, Jakarta dan Maluku. Setelah kupikirkan sejenak, akan sangat menyenangkan bisa ke NTB untuk menyaksikan keindahan alam di sana, terutama lautnya. 


Aku tak memilih Kalimantan Tengah karena kupikir apa yang bisa kulihat di sana. Lagipula ketakutanku akan suku yang ada di sana membuatku urung. Maluku tidak begitu menarik untuk menjadi pilihanku, meski ia masuk dalam list tempat yang ingin kudatangi karena letaknya yang di bagian timur Indonesia. Sementara untuk Jakarta, dengan sombongnya aku berpikir bahwa kota ini tak ingin lagi kukunjungi karena sudah pernah ke sana sebelumnya. Lagian aku bisa ke Jakarta kapan pun karena aku menilainya dengan kondisi pekerjaan dan aktivitas yang kumiliki saat itu. Ditambah lagi, aku sejujurnya kapok ke Jakarta karena kondisi masyarakat di bawah jembatan sangat parah dan aku ga berani untuk melihat mereka lagi. 

Untuk pertunjukan bakat aku benar - benar tidak tahu harus menampilkan apa. Peserta lainnya sangat terampil dalam bernyanyi, memainkan alat musik, menari, berpantun, membawakan acara dan lainnya. Di detik terakhir aku memutuskan untuk mendongeng. Aku memilih ini karena belum ada peserta yang menampilkan ini dan hanya ini yang bisa kuberikan pada mereka. Ga mungkin aku harus berlagak jadi mentor di hadapan mereka :D 

 Dengan langkah gontai, menjelang adzan zuhur aku pulang setelah prosesi seleksi selesai dan peserta diizinkan pulang. Meski dalam hati sangat berharap bisa terpilih, namun aku juga sadar diri. Dengan penampilan akhwat begini tak mungkin mereka akan memilihku. Bukankah para peserta harus mampu menampilkan kebudayaan mereka masing - masing di kegiatan JPI dan BPAP nanti? Menari dan menyanyi? Ah, aku tak pantas untuk melakukannya. Pantun? Lupakan saja, apalagi membaca gurindam

Salah satu peserta yang dari Penyengat bahkan mengetahui setiap jenis zapin dan langkah tari. Bagaimana panitia akan memilihku yang tak tahu apa apa tentang tarian Melayu. Menyanyi? Ah, kalian bisa keluar ruangan sesegera mungkin begitu aku menyanyikan kata pertama. Suaraku yang seperti anak kecil dan sungguh cempreng hanya akan merusak suasana. 

Aku menyerah untuk berpantun, meski aku sangat menyukainya. Salah satu peserta adalah pemantun Tanjungpinang yang sudah melalang buana dan mendapat penghargaan dari pemerintah kota. Gurindam? Aihh si suara emas lebih mahir membacakannya. 

Selang setelah hari itu aku ngelanjutin aktivitas seperti biasa. Dengar - dengar sudah ada pengumuman peserta terpilih, dan karena aku tak mendapat telpon itu artinya aku ga masuk dalam daftar. ya sudahlah lain kali mungkin bisa ikut. 

Ketika aku lagi ikut training jurnalistik, habis Zuhur Pak Zamanes, pegawai Dispora yang bertanggung jawab akan kegiatan tersebut menelponku. Wah ada apa nih? 

Tak disangka dan dinyana ternyata beliau mengatakan bahwa aku harus bersiap untuk mengikuti karantina selama seminggu sebagai bekal untuk JPI dan BPAP nanti. :D :D :D :D :D :D Senangnya tiada terkira. 

Rupanya keikutsertaanku kali ini karena peserta yang mendapat urutan pertama ga dapat izin dari tempatnya bekerja. Jadilah aku yang bisa ikut karena ternyata hasil seleksi namaku ada di urutan ketiga. Surprised! 

Alhamdulillah, sungguh kesempatan yang berharga dan patut disyukuri 


Melingkar Bersama Murobbi Tamu

"Gimana? Lanjut atau engga liqonya?"
"Lanjutlah, biar kata cuma bentar, insya Allah berkah pertemuan n ilmunya akan dapat"
"Sip, lanjut ya. Legaaaa"

Karena pembina kami harus keluar kota, maka minggu ini kami mendapat kesempatan untuk bertemu dengan murobbi tamu. Wah alhamdulillah bisa melingkar bersama Bu Rojiah Iskandar. Selama ini kami hanya bertemu dalam forum besar atau ketika silaturahim ke rumahnya. Sama sekali bukan dalam agenda melingkar.

Setelah maghrib kami pun berangkat ke rumah beliau yang terletak di sebelah Kantor DPRD PRovinsi Kepri yang lama. Rupanya ada satu teman yang udah datang. Ibuk kira engga jadi karena ga ada sms lanjutan. Duh, maafin kami buk. Setelah menunggu sekitar 10 menit kami berempat dipersilahkan untuk naik ke lantai 2 rumahnya. Ini pertama kalinya aku ke lantai dua, biasanya cuma sampai ruang tamu dan kamar mandi di belakang.

Meski cuma berempat, kami senang sekali bisa hadir dan dapat kesempatan untuk melingkar bersama murobbi tamu. Beliau ga bisa lama karena setelah Isya rencananya akan ada agenda lain... Tak masalah, buatku sesedikit apa pun pertemuan melingkar itu sangat berharga. Jadi merasa bersalah saat beberapa waktu lalu tidak hadir karena alasan yang dibuat buat.

Aku berinisiatif untuk jadi MC, selain ini tugas termudah (hahahha), kupikir aku cukup ahli untuk membuat suasana kami ga kaku. Entah kenapa kupikir teman yang lain agak segan dengan ibu ini. Pikiran aku aja kali ya, ngerasa sok asik sendiri :D mianhae miaaan...

Setelah dibuka dengan basmalah kupikir untuk petugas lainnya cukup main tembak di tempat. Hahaha... Awalnya kami bilang langsung penyampaian taujih dari beliau saja. Tapi Bu Jiah menolak.
"Eeeh... agenda melingkar itu dalam kondisi apa pun jangan sampai ditiadakan ya"

Mau ga mau kami harus memilih dan melaksanakan tugas dadakan. Buatku, yang namanya kader ya mesti gitu. Siap aja dikasih tugas apa pun. Masak cuma disuruh kultum aja ngacir hehehhe gimana mau membina umat (ceileh gaya banget).

 Baiklah baiklah, kita masuk agenda utama taujih dari Bu Jiah. Kuulangi, meski pertemuan ini sebentar, namun sungguh isinya luar biasa. 



Sunday 19 October 2014

Barakallah

Alhamdulillah, November ini seseorang yang pernah mentoring sama aku akan melangsungkan pernikahannya. Awalnya aku kaget mendengar kabar beritanya. Kupikir ia masih anak belasan tahun yang manjanya bikin aku garuk - garuk kepala. Rupanya hari ini dia adalah gadis dewasa berusia 21 tahun. Usia yang sama saat salah satu teman SMAku juga memutuskan untuk menikah. 

Selain itu ada juga yang sudah melangsungkan upacara wisudanya. Alhamdulillah mereka berhasil menyelesaikan studi S1-nya. Mereka para mentee berprestasi yang Allah karuniakan kebaikan tak terhingga.

Barakallah, adinda...

[Korean Drama] The First Wives Club Ep 31

Bagus!! Hwa shin tampaknya sangat terluka melihat ibu mertuanya berbohong dengan mengatakan ia akan pergi makan dengan teman - temannya. Ternyata ia pergi makan siang dengan si wanita simpanan dan Won soo, parahnya lagi ia juga membawa Chul (cucu) ikut bersamanya.

Hwa shin tentu semakin terluka dengan perlakuan tersebut. Ia tak menyangka ibu mertuanya akan luluh dengan begitu mudah karena sweater hangat, mesin cuci dan televisi baru yang dibelikan oleh si wanita simpanan. Aku mengerti, mungkin karena selama ini ia tak pernah mendapat hadiah seperti itu. Tapi tetap saja itu hal yang salah.

Setelah berpikir jernih, akhirnya Hwa shin melakukan yang disebutnya sebagai upacara serah terima. Ia mengatakan bahwa wanita simpanan boleh memiliki Won soo dan ia akan keluar dari rumah. Sebelum itu ada beberapa hal yang harus ia sampaikan dan harus dilakukan oleh si wanita simpanan jika ingin menjadi istri Won soo.

Daebak!!! si wanita simpanan sukses dibuat terperangah oleh Hwa shin. Aku suka liat ekspresinya. Daripada ekspresi imut - imut yang memuakkan itu.

Hwa shin memberikan catatan pengeluaran dan pemasukan Won soo selama sebulan. Juga upacara tahunan yang harus dipersiapkan oleh menantu pertama dalam keluarga itu. Hal yang tak kalah penting adalah tentang Chul yang juga akan ditinggalkan bersama Won soo karena Hwa shin tak mungkin membawanya karena ia cucu yang akan meneruskan garis keluarga.

Mendengar semua hal tersebut bukan main terkejut si wanita simpanan betapa melaratnya hidup Won soo. Lebih besarnya pengeluaran daripada pemasukan membuatnya bergidik ngeri membayangkan seperti apa kehidupan yang akan dijalaninya nanti begitu ia menjadi istri Won soo. Tak kalah hebat, ia harus mengurus anak Won soo yang mempunyai masalah kulit sehingga memerlukan perawatan ekstra dalam hal makanan.

Wednesday 15 October 2014

Namanya Permalink

Sekian lama dibingungkan dengan link yang ga nunjukin judul, baru semalam dapat jawabannya. 

Hooo ternyatanya ini berkaitan dengan permalink toh... yups dapat ilmu baru huehehehe

Wednesday 8 October 2014

Tempat Kembali yang Pasti

Dalam sebuah adegan dalam drama The Frist Wives Club, Chung Na-mi mencurahkan isi hatinya pada Kil juk sang selingkuhan. Katanya ada sebuah perbedaan antara laki - laki dan perempuan yang selingkuh. Saat mereka tak bercerai, laki-laki selalu punya tempat kembali. Berbeda dengan perempuan, meski tak diceraikan ia sama sekali tak dapat kembali pada keluarganya.

Cukup sulit memahami apa yang dikatakan Na-mi karena aku tidak berada di posisi tersebut. Secara teori aku akan berkata selalu ada tempat kembali bagi perempuan atau laki - laki yang bertobat dari perselingkuhannya. Berjanji perbuatan tersebut tak akan terulang lagi. 

Lalu, aku teringat semalam di rumah dua sepupuku di Ganet. Ketika aku akan pulang Syahdan ingin ikut. Hehehee.... Aku tak ingat apa yang sudah kulakukan selama aku di Ganet. Kami hanya bermain boneka tangan dan bersembunyi dari Kalisa agar mereka tak saling mencubit lagi. 

Akhirnya dengan paksa, Ibu dan Abi nya nurunin Syahdan dari motor. Aku ga tahu apa dia mekik - mekik soalnya udah pake headset. Di jalan aku mikir, Syahdan dan Kalisa, betapa pun mereka dekat dengan selain orang tuanya, ujung - ujungnya pasti akan kembali ke orang tuanya kan. 

Tulisan ini agak random sih. Yang mau aku sampein adalah sesuka apa pun kita atau setidak menyenangkan pun, kita selalu punya tempat kembali. Tempat kembali yang lagi aku bicarain ini adalah tempat kembali yang pasti, yaitu kembali pada Allah SWT. 

Seseru - serunya kita di dunia, toh engga bakal nyampe ratusan tahun. Bisa hidup sampe usia 70 tahun aja udah bonus banget. Pun, semenderitanya kita di dunia, segalanya akan berakhir dan kita bakalan balik ke tempat asal.

Well, lagi random sih mikirnya... Maaf kalo jadi ga nyambung

[Korean Drama] The First Wives Club

Aku senang akhirnya drama ini tiba pada satu situasi di mana pemeran utamanya yang dikhianati oleh pasangan mereka mencapai satu titik terang. Ketimbang bercerai dan memarahi suami mereka habis - habisan, akhirnya mereka memilih sebuah rencana balas dendam. Hidup bersama dan perlahan menghancurkan hidup para suami.

Hwa Shin, setelah dengan mata kepalanya sendiri melihat Won Soo sang suami membawa selingkuhannya ke rumah menyadari benar bahwa ia telah berada di jurang paling dasar. Ia tak punya pilihan selain bangkit menghadapi suami dan wanita murahan tersebut. Ia berjanji pada dirinya sendiri akan membuat Won Soo menyesali perbuatannya sehingga ia akan berlutut pada Hwa shin kemudian.

Sementara itu hal yang sama pun terjadi pada Bok soo. Di awal ia yang akan menceraikan Ki juk, sang suami, merubah pikirannya. Di detik akhir ia teringat pada pertemuan pertama ia bersama Ki juk yang ketika itu adalah mahasiswa kedokteran yang super culun dan hanya terfokus pada buku - buku kuliahnya.

Di malam ia melihat Ki juk dan Na mi bersama di taman, ia memutuskan untuk berhenti bersabar dan mulai merancang rencana balas dendam yang akan menghancurkan hidup keduanya, terutama Ki juk yang telah tega mengkhianatinya.

Aku setuju dengan sikap yang diambil kedua orang ini. Meski aku tidak mengetahui bagaimana rasanya dikhianati oleh orang yang telah berikrar untuk setia, sehidup semati di hadapan Tuhan, namun sikap ini sungguh pantas.

Memang sebuah perselingkuhan tidak akan terjadi hanya karena kesalahan satu pihak. Tentu pihak yang dikhianati juga punya andil. Hanya saja, kupikir selingkuh adalah cara pengecut yang tak mampu menyelesaikan masalah dengan pasangan sah nya.

Seperti Won soo yang mungkin merasa menikahi Hwa shin hanya karena ia telah hamil duluan padahal ia sama sekali tidak mencintainya. Sikap Hwa shin yang terlalu gampang curiga hingga harus menelpon teman sekantornya satu per satu mungkin adalah salah satu penyebab yang memicu terjadinya perselingkuhan itu. Hanya saja bagiku, selingkuh bukan cara yang tepat. Won soo hanya tak ingin berkomunikasi dengan istrinya sehingga ia tak memiliki keberanian sama sekali untuk bertindak tegas agar Hwa shin tak lagi melakukan cara - cara aneh.

Ah.... drama ini membuatku belajar tentang banyak hal. Jika suatu hari pasanganku berselingkuh (na'udzubillah) mungkin aku akan melakukan hal yang sama seperti Hwa shin dan Bok soo. Atau setidaknya seperti Kil uk yang menolak menceraikan istrinya karena ia tak ingin anaknya, In pyo, memiliki ayah atau ibu tiri sebagai akibat perceraian mereka.

Thursday 2 October 2014

Pengalaman Pertama Jadi Mentor

Foto ini diambil di tahun 2009 di nikahannya Kak Dwi, 
Lupakan sejenak kisruh para anggota dewan yang tadi malam ricuh lagi di Senayan. Bagaimanapun juga para pimpinan DPR RI udah dipilih. Bagi yang walk out silahkan saja seperti kata Ceu Popong. 

Sejak mengikuti dauroh mentor yang ke sekian beberapa minggu yang lalu, ada satu hal yang ingin aku tuliskan, yaitu cerita tentang pengalaman pertama jadi mentor. Aku pikir cerita ga penting ini harus dituliskan. Selain sebagai arsip, mudah - mudahan berguna buat para mentor baru yang sedang bersiap untuk diterjunkan ke sekolah dan kampus. 

Berawal dari sekitar bulan November 2009 di aula gedung SMKN 1 Tanjungpinang. Saat itu kami baru saja nonton bareng film Sang Murabbi yang mengisahkan perjalanan dakwah KH Rahmat Abdullah. Kebetulan saat itu sahabat beliau yang saya lupa namanya juga hadir dan sempat berbagi cerita dengan yang hadir. Cukup mengharukan karena mata beliau tak berhenti mengeluarkan air mata. Haru mengenang kebersamaan beliau bersama Ustadz Rahmat, begitu pula para hadirin yang sudah lebih dulu turun di ranah dakwah. 

Sepulang dari sana, di teras depan tiba - tiba Kak Lala yang dulunya adalah mentor aku di sekolah memanggil. Engga pake basa basi dan minta aku untuk ngisi mentoring di SMA 1 minggu depan. 

Seperti para newbie lainnya, tentu aku kaget dan minta mereka berpikir ulang atas penunjukan tanpa dasar itu. Dengan track record yang engga bagus - bagus amat di kalangan para aktivis, aku ngerasa engga pantes untuk duduk jadi mentor di depan mentee. Jangankan bekal ilmu, bahkan secara penampilang belumlah cocok. Di waktu itu jilbab yang kukenakan masih sangat kecil  bahkan belum melewati bahu. 

Beberapa akhwat yang juga sedang berdiri - diri ngasih semangat, "Ga apa apa Nurul, dicoba aja dulu. Insya Allah Nurul bisa". Wihhh aku pikir ini para akhwat apa engga pernah dengar gosip negatif tentang aku kali ya -_- 

Khawati mereka salah pilih tentu iya, tapi dalam hati yang paling dalam aku punya keinginan untuk nyobain hal - hal baru termasuk ngisi mentoring. Sip, minggu berikutnya aku datang ke smansa buat ngisi. 

Menginjak sekolah setelah setahun lulus rasanya gimanaaaa gitu. Kalo temen - temenku yang lain datang ke sekolah biasanya pas libur kuliah. Mereka keren - keren apalagi dengan berita yang mereka bawa untuk para guru bahwa mereka kuliah di universitas ini itu yang notabene adalah kampus - kampus keren di Indonesia. Lah aku? Cuma dateng buat ngisi mentoring aja. 

Begitu masuk ke mushalla smansa rupanya udah ada seabrek anak - anak Ramsa yang udah nungguin. Glek! Sebanyak inikah yang harus dimentoringin? Kalo kuhitung - hitung ada sekitar 15 - 17 orang di sana. 

Kusenyumin dan kusalamin satu per satu lalu duduk sambil bertanya beberapa nama dari mereka. Yang awalnya sedang ngobrol mulai mengarahkan perhatiannya padaku. Setelah ngobrol sejenak, barulah kami buka mentoring. Hmmm agak kaku sih tapi kuusahakan untuk tetap senyum n berlagak asik hehehe.... 

Satu hal fatal yang kulakukan ketika itu adalah dengan berkata pada mereka bahwa ini adalah pertama kalinya aku mengisi mentoring. Sebelumnya aku diwanti - wanti untuk ga nyampein hal itu, tapi ya bawaan grogi jadi nyeplos sendiri. Hehehe mudah - mudahan buat mentor baru kesalahan ini ga diulangi ya

Selagi berkenalan dan mengenalkan apa itu mentoring, kuedarkan buku catatan dan meminta mereka untuk mengisi beberapa data yang dibutuhkan seperti nama, kelas, alamat, akun fb, twitter, blog dan no HP. Tujuan pengisian data ini adalah untuk memfollow up mereka, sekaligus untuk bisa mengenal mereka. Hal ini selalu kulakukan setiap mengisi kelompok baru. 

Jadi mentor emang engga mudah. Butuh tiga persiapan yang harus kontiniu dilakukan biar proses mentoring berjalan engga garing. Kusadari bahwa engga cukup cuma baca di internet tentang mentoring yang asik. Sejak itu kukumpulkan beberapa buku yang berhubungan dengan mentoring. Tata cara, bagaimana mengelola sebuah kelompok, games mentoring, materi dan cara penyampaian yang asik. 

Selain itu sebagai mentor, aku berusaha mempelajari dunia para mentee melalui hal - hal yang mereka suka. Apakah itu film, drama, musik, buku dan tren yang sedang ada saat ini. 

Misalnya ketika saat itu sedang boomingnya One Direction, mau ga mau aku harus mencari tahu siapa itu One direction. Atau super junior yang dulunya sering kuremehin karena Uma (adek cewek saya) terlalu sering donlot video mereka dari youtube. 

Kadang jadi mentor kita harus menyembunyikan jati diri tanpa harus menghilangkannya. Melihat dalam proses mentoring yang direbut adalah hati, maka beragam cara mesti dilakukan. Kalo para mentee sudah punya trust barulah mudah memberikan materi yang diinginkan. 

Sebagai orang yang baru beberapa tahun jadi mentor, ngisi mentoring harus banyak sabarnya ahahhaa... Sabar kalo mentee engga dateng, sabar kalo mentee nya kesal sama kita, sabar kalo mentee engga nunjukin perubahan dan sabar lainnya. 

Buat kamu yang akan menjadi seorang mentor banyakin membaca... Mustahil seseorang bisa jadi mentor kalo ia engga punya hobi baca. Jangan malas, lahap semua buku yang diperlukan buat bekal dalam proses mentoring biar yang kita sampein engga cuma itu - itu aja. 

So, selamat ngisi mentoring ya, buat kamu dan aku, mari luruskan niat. Semoga mentoring bisa membawa kita ke surga Allah SWT