Foto ini diambil di tahun 2009 di nikahannya Kak Dwi, |
Lupakan sejenak kisruh para anggota dewan yang tadi malam ricuh lagi di Senayan. Bagaimanapun juga para pimpinan DPR RI udah dipilih. Bagi yang walk out silahkan saja seperti kata Ceu Popong.
Sejak mengikuti dauroh mentor yang ke sekian beberapa minggu yang lalu, ada satu hal yang ingin aku tuliskan, yaitu cerita tentang pengalaman pertama jadi mentor. Aku pikir cerita ga penting ini harus dituliskan. Selain sebagai arsip, mudah - mudahan berguna buat para mentor baru yang sedang bersiap untuk diterjunkan ke sekolah dan kampus.
Berawal dari sekitar bulan November 2009 di aula gedung SMKN 1 Tanjungpinang. Saat itu kami baru saja nonton bareng film Sang Murabbi yang mengisahkan perjalanan dakwah KH Rahmat Abdullah. Kebetulan saat itu sahabat beliau yang saya lupa namanya juga hadir dan sempat berbagi cerita dengan yang hadir. Cukup mengharukan karena mata beliau tak berhenti mengeluarkan air mata. Haru mengenang kebersamaan beliau bersama Ustadz Rahmat, begitu pula para hadirin yang sudah lebih dulu turun di ranah dakwah.
Sepulang dari sana, di teras depan tiba - tiba Kak Lala yang dulunya adalah mentor aku di sekolah memanggil. Engga pake basa basi dan minta aku untuk ngisi mentoring di SMA 1 minggu depan.
Seperti para newbie lainnya, tentu aku kaget dan minta mereka berpikir ulang atas penunjukan tanpa dasar itu. Dengan track record yang engga bagus - bagus amat di kalangan para aktivis, aku ngerasa engga pantes untuk duduk jadi mentor di depan mentee. Jangankan bekal ilmu, bahkan secara penampilang belumlah cocok. Di waktu itu jilbab yang kukenakan masih sangat kecil bahkan belum melewati bahu.
Beberapa akhwat yang juga sedang berdiri - diri ngasih semangat, "Ga apa apa Nurul, dicoba aja dulu. Insya Allah Nurul bisa". Wihhh aku pikir ini para akhwat apa engga pernah dengar gosip negatif tentang aku kali ya -_-
Khawati mereka salah pilih tentu iya, tapi dalam hati yang paling dalam aku punya keinginan untuk nyobain hal - hal baru termasuk ngisi mentoring. Sip, minggu berikutnya aku datang ke smansa buat ngisi.
Menginjak sekolah setelah setahun lulus rasanya gimanaaaa gitu. Kalo temen - temenku yang lain datang ke sekolah biasanya pas libur kuliah. Mereka keren - keren apalagi dengan berita yang mereka bawa untuk para guru bahwa mereka kuliah di universitas ini itu yang notabene adalah kampus - kampus keren di Indonesia. Lah aku? Cuma dateng buat ngisi mentoring aja.
Begitu masuk ke mushalla smansa rupanya udah ada seabrek anak - anak Ramsa yang udah nungguin. Glek! Sebanyak inikah yang harus dimentoringin? Kalo kuhitung - hitung ada sekitar 15 - 17 orang di sana.
Kusenyumin dan kusalamin satu per satu lalu duduk sambil bertanya beberapa nama dari mereka. Yang awalnya sedang ngobrol mulai mengarahkan perhatiannya padaku. Setelah ngobrol sejenak, barulah kami buka mentoring. Hmmm agak kaku sih tapi kuusahakan untuk tetap senyum n berlagak asik hehehe....
Satu hal fatal yang kulakukan ketika itu adalah dengan berkata pada mereka bahwa ini adalah pertama kalinya aku mengisi mentoring. Sebelumnya aku diwanti - wanti untuk ga nyampein hal itu, tapi ya bawaan grogi jadi nyeplos sendiri. Hehehe mudah - mudahan buat mentor baru kesalahan ini ga diulangi ya
Selagi berkenalan dan mengenalkan apa itu mentoring, kuedarkan buku catatan dan meminta mereka untuk mengisi beberapa data yang dibutuhkan seperti nama, kelas, alamat, akun fb, twitter, blog dan no HP. Tujuan pengisian data ini adalah untuk memfollow up mereka, sekaligus untuk bisa mengenal mereka. Hal ini selalu kulakukan setiap mengisi kelompok baru.
Jadi mentor emang engga mudah. Butuh tiga persiapan yang harus kontiniu dilakukan biar proses mentoring berjalan engga garing. Kusadari bahwa engga cukup cuma baca di internet tentang mentoring yang asik. Sejak itu kukumpulkan beberapa buku yang berhubungan dengan mentoring. Tata cara, bagaimana mengelola sebuah kelompok, games mentoring, materi dan cara penyampaian yang asik.
Selain itu sebagai mentor, aku berusaha mempelajari dunia para mentee melalui hal - hal yang mereka suka. Apakah itu film, drama, musik, buku dan tren yang sedang ada saat ini.
Misalnya ketika saat itu sedang boomingnya One Direction, mau ga mau aku harus mencari tahu siapa itu One direction. Atau super junior yang dulunya sering kuremehin karena Uma (adek cewek saya) terlalu sering donlot video mereka dari youtube.
Kadang jadi mentor kita harus menyembunyikan jati diri tanpa harus menghilangkannya. Melihat dalam proses mentoring yang direbut adalah hati, maka beragam cara mesti dilakukan. Kalo para mentee sudah punya trust barulah mudah memberikan materi yang diinginkan.
Sebagai orang yang baru beberapa tahun jadi mentor, ngisi mentoring harus banyak sabarnya ahahhaa... Sabar kalo mentee engga dateng, sabar kalo mentee nya kesal sama kita, sabar kalo mentee engga nunjukin perubahan dan sabar lainnya.
Buat kamu yang akan menjadi seorang mentor banyakin membaca... Mustahil seseorang bisa jadi mentor kalo ia engga punya hobi baca. Jangan malas, lahap semua buku yang diperlukan buat bekal dalam proses mentoring biar yang kita sampein engga cuma itu - itu aja.
So, selamat ngisi mentoring ya, buat kamu dan aku, mari luruskan niat. Semoga mentoring bisa membawa kita ke surga Allah SWT
No comments:
Post a Comment