Saturday 28 April 2012

Tarbiyah Dzatiyah

Kajian pagi ini berbicara tentang tarbiyah dzatiyah yang harus dilakukan oleh seorang kader, di mana pun dan kapan pun juga dalam kondisi apa pun.

Ada beberapa catatan nih yang menusuk banget. Salah satu output dari tarbiyah dzatiyah adalah agar kader dijauhkan dari sifat futur. Nah futur itu ketika kajian diartikan tidak lari dari komunitas dakwah, tapi ketika kita sudah meninggalkan kebiasaan - kebiasaan dakwah yang selama ini kita lakukan. Biasanya liqo, gak liqo lagi. Dulunya rajin qiyamul lail, mulai berangsur tidak.

Intinya tarbiyah dzatiyah adalah bagaimana seorang kader itu tetap berada dalam kondisi yang prima baik secara ruhiyah, fikriyah, harta, mahdaniyah, dan harakiyah di mana pun, kapan pun dan dalam kondisi seperti apa pun.

Tarbiyah dzatiyah bertujuan untuk menyelesaikan tuntutan manhaj, salah satunya memenuhi 10 muwashaffat. Jika hanya mengandalkan halaqoh mingguan, tujuan tarbiyah akan tercapai secara lambat. Kemudian, dengan melakukan tarbiyah dzatiyah diharapkan kader bisa meningkatkan potensi dirinya.

Semoga bermanfaat dan kita termasuk orang - orang yang slalu mengamalkan tarbiyah dzatiyah sehingga mampu melakukan percepatan agenda dakwah tanpa harus selalu disibukkan dengan agenda internal yang kadang gak penting.

SEMANGAT!!!!

Wednesday 25 April 2012

Membangun Gerakan yang Beretika


Mahasiswa merupakan bagian dari pemuda yang berfungsi sebagai agen perubahan. Dalam kedudukannya dengan pemerintah, mahasiswa bisa diposisikan sama rata namun berbeda dalam peran. Jika peran pemerintah adalah melaksanakan pembangunan demi mewujudkan kesejahteraan masyarakat, maka mahasiswa harus mengambil peran sebagai kekuatan penyeimbang yang mengawasi kinerja pemerintah. Mengawal kebijakan pemerintah yang tidak pro rakyat harus menjadi agenda besar mahasiswa sebagai agen perubahan.
Beberapa waktu lalu, masyarakat mungkin merasa resah atas aksi yang dilakukan oleh mahasiswa yang tergabung dalam aliansi BEM se Kepri. Aksi ini dilakukan dengan tujuan untuk memboikot kegiatan Temu BEM Nusantara ke V yang diselenggarakan di Asrama Haji. Penulis meyakini akan opini yang terbentuk di benak masyarakat terkait aksi tersebut. Seharusnya mahasiswa bersatu untuk membela kepentingan rakyat, menyuarakan kepada pemerintah untuk mendahulukan kepentingan rakyat di atas kepentingan kelompok. Bukannya terlibat dalam aksi yang mengakibatkan terbentuknya dua kubu mahasiswa. Jika sudah begini, maka kepentingan masyarakat menjadi terabaikan.
Lalu sebenarnya apa yang terjadi ketika itu? Apa yang menyebabkan adanya dua kubu kekuatan mahasiswa di mana yang satu berusaha untuk menyelenggarakan pertemuan BEM se Indonesia, dan yang lainnya menyatakan penolakan atas kegiatan tersebut. Melalui tulisan ini, penulis ingin menyampaikan kepada masyarakat beberapa alasan terkait dengan pemberitaan di media mengenai pertemuan BEM Nusantara ke V beberapa waktu lalu.
 Pertama, legalitas kegiatan tersebut. Kedua, tidak adanya koordinasi antara pencetus kegiatan dengan BEM se Kepri selaku tuan rumah. Ketiga, sebagian besar pihak penyelenggara yang bukan anggota  BEM, bahkan ada yang bukan mahasiswa. Keempat, adanya indikasi kepentingan politik di dalamnya. Dan kelima, jumlah anggaran yang digunakan yang sangat besar.
Kegiatan tersebut dinilai tidak sah secara hukum karena sebelum pertemuan diadakan, pihak penyelenggara kegiatan menggunakan tanda tangan beberapa ketua Badan Eksekutif Mahasiswa yang ada di Universitas Maritim Raja Ali Haji tanpa izin terlebih dahulu. Artinya, yang bersangkutan tidak mengetahui hal tersebut. Hal ini sudah menjadi pelanggaran berupa pemalsuan tanda tangan seseorang. Ditambah lagi, dari pihak penyelenggara tidak berkoordinasi dengan BEM se Kepri bahwa akan diadakan pertemuan BEM se Nusantara. Dalam hal ini BEM hanya diberitahu beberapa hari sebelum kegiatan diadakan.
Ketika aksi dilakukan, pihak penyelenggara menjelaskan di hadapan peserta dan peserta aksi bagaimana mereka bolak balik ke Jakarta untuk mensukseskan acara ini. Namun ternyata mereka mengatasnamakan diri di Jakarta sebagai utusan dari BEM Universitas Maritim Raja Ali Haji. Padahal seperti yang kita ketahui, di UMRAH belum terbentuk BEM Universitas, yang ada hanya BEM Fakultas. Dari awal panitia sudah menggunakan cara – cara tidak benar untuk melaksanakan kegiatan ini. Lalu pertanyaannya mengapa?
Adanya indikasi kepentingan politik tertentu mewarnai pertemuan ini. Dikabarkan bahwa salah satu anggota Dewan Perwakilan Daerah menjadi pendukung dana untuk menyelenggarakan kegiatan ini. Ada pula isu yang berkembang bahwa ini adalah salah satu langkah untuk mengumpulkan mahasiswa se nusantara dalam rangka mendukung salah satu calon yang akan maju pada pemilihan presiden 2014 mendatang. Tentu saja ini tidak boleh terjadi karena mahasiswa bukanlah alat yang bisa digunakan untuk mewujudkan keinginan politik seseorang untuk mendapatkan jabatan tertentu.
Terkait masalah dana, kegiatan ini menghabiskan anggaran yang berasal dari APBN dan APBD yang dikisar berjumlah hingga 4 miliar rupiah. Angka yang dahsyat dengan kondisi masyarakat hari ini. Miris jika melihat mahasiswa menghabiskan anggaran dengan jumlah besar hanya untuk kegiatan yang tidak jelas tujuannya. Sementara dana sebesar itu bisa digunakan untuk pendidikan dan kesejahteraan rakyat. Meskipun pihak penyelenggara mengakui menggunakan dana senilai 60 juta rupiah dari Dikti, tetap saja ini merupakan penyimpangan penggunaan anggaran.
Pertemuan ini bertujuan untuk mempertemukan seluruh Badan Eksekutif Mahasiswa yang ada di Indonesia untuk menyelesaikan permasalahan bangsa melalui rumusan masalah dan rekomendasi yang berasal dari peserta. Lalu, sejauh manakah permasalahan bangsa akan terselesaikan melalui pertemuan ini? Penulis berkeyakinan bahwa untuk menyelesaikan permasalahan bangsa yang sangat rumit ini, tidak perlu diadakan pertemuan yang menghabiskan begitu banyak dana untuk hasil yang tidak pasti dan tidak jelas.
 Mahasiswa seharusnya bertindak dan mengawal pemerintahan yang ada di daerahnya masing – masing. Perubahan nasional hanya bisa terealisasi jika mahasiswa masing – masing daerah bergerak serentak untuk mengawal kebijakan pemerintah yang tidak pro rakyat. Dan gerakan yang akan menghasilkan efek domino ini akan mampu membawa perubahan secara nasional.
Namun demikian, pertemuan ini hanyalah kegiatan seremonial yang dilakukan mahasiswa. Tak jauh beda dengan apa yang dilakukan oleh pemerintah. Dari pertemuan ini, hal yang paling banyak dibahas adalah penentuan tuan rumah Temu BEM Nusantara berikutnya. Sudah barang tentu ini amat melukai hati masyarakat. Bagaimana tidak, anggaran sebesar itu digunakan hanya untuk membahas pertemuan berikutnya tanpa sedikit pun membicarakan kepentingan rakyat.
Untuk itulah, penulis berharap ke depannya pertemuan seperti ini tidak lagi diadakan karena sangat lebih banyak mudharat yang ditimbulkan dibandingkan manfaatnya. Oknum – oknum yang mengatasnamakan dirinya sebagai Badan Eksekutif Mahasiswa juga harus ditindaklanjuti dan dimintai pertanggungjawabannya terkait dengan penyelenggaraan pertemuan tersebut, khususnya terhadap penipuan yang telah dilakukan.
Marilah kita mengambil hikmah dari kepengelolaan kegiatan yang kurang professional ini untuk bersama bergerak satu tujuan dan kita harus bersama-sama membangun gerakan yang beretika dan mengedepankan azas kebersamaan serta saling curiga. Semoga mahasiswa yang ada di Indonesia, khususnya Kepulauan Riau dapat bergerak bersama dalam kebaikan masyarakat secara utuh.

Saturday 14 April 2012

Penulis, BEM, dan Kita Semua (Sebuah Pernyataan Sikap)

 Ditulis oleh Nurul Azizah, Ketua BEM STAI Miftahul Ulum Tanjungpinang

Bismillahirrahmanirrahiim

Assalamu’alaikum warahmatullah wabarakatuh 

Tulisan ini dibuat untuk menjawab pertanyaan dan pernyataan mahasiswa terhadap kinerja Badan Eksekutif Mahasiswa Stai Miftahul Ulum Tanjungpinang periode 2011-2012 yang disampaikan saat kegiatan debat kandidat calon presiden BEM periode 2012-2013. Sebagai seorang mahasiswa penulis menggunakan tulisan sebagai salah satu sarana untuk menyampaikan aspirasi terutama apa yang penulis pikirkan dan rasakan. Penulis sangat yakin tidak banyak yang masih mengingat apa saja yang disampaikan oleh teman – teman mahasiswa yang memberikan pernyataan miring mengenai kinerja bem setahun ini. Mengapa? Karena mereka hanya sekedar berbicara. Dan tulisan ini, tidak akan ada seorang pun yang akan melupakannya karena ia disampaikan secara tertulis dan dapat dibaca berulang kali.

Terkait dengan komentar tentang kinerja BEM maka penulis akan memetakan kondisi internal bem agar seluruh mahasiswa mengetahui dan dilibatkan dalam kondisi tersebut. Kepengurusan yang penulis bangun setahun yang lalu bukanlah terdiri dari orang – orang yang biasa. Para pengurus bem penulis pilih dari berbagai latar belakang yang berbeda, mulai dari jurusan, semester hingga organisasi eksternal yang mereka naungi. Tentunya dengan melihat kinerja mereka di organisasi kampus. Mereka bukanlah orang – orang yang penulis pilih hanya karena keaktifannya di kampus, tapi lebih kepada keaktifan mereka di organisasi kampus. Bukan orang yang hanya dikirim kampus untuk mengharumkan nama kampus atau untuk membuat kampus senang, tapi lebih kepada pengalaman organisasi mereka. Karena BEM tidak butuh orang yang hanya mengharumkan nama kampus tapi nonsense di organisasi.

Kepengurusan yang penulis bangun dengan harapan dapat membantu untuk melaksanakan fungsi bem yang sesungguhnya, ternyata tersendat di tengah jalan. Berbagai alasan disampaikan oleh pengurus. Kerja, kuliah, menikah, lebih aktif di organisasi luar dan lain sebagainya, bahkan ada yang mengundurkan diri sebelum dilantik dengan alasan pekerjaan. Inilah dilemma yang harus penulis hadapi selaku seorang pemimpin. Lalu apa yang penulis dapat lakukan? Banyak yang menyarankan untuk mereshuffle kepengurusan, tapi itu bukan hal mudah. Penulis masih ingin memberikan kesempatan untuk mengembalikan komitmen sebagai pengurus. 

Selain itu, penulis juga harus menghadapi kenyataan  betapa lemahnya keinginan mahasiswa STAI untuk berkecimpung dalam organisasi. Mahasiswa memilih untuk menjadi penonton jika ada kegiatan. Saran untuk membuat kegiatan itu banyak. Hanya saja setiap panulis tawarkan untuk membantu di kepanitiaan, kebanyakan mahasiswa menolak dengan alasan sibuk kerja dan kuliah. Saking rendahnya semangat mahasiswa untuk ikut serta dalam kegiatan kampus terutama organisasi kampus, bahkan untuk menjadi peserta dalam kegiatan pun sulitnya luar biasa. Dengan alasan ini pula lah penulis tidak melakukan reshuffle kepengurusan dan lebih memilih untuk berjalan dengan sisa kekuatan yang ada. 

Kemudian selama waktu yang tersisa, bem bergerak perlahan dengan hanya menyisakan beberapa orang pengurus aktif. Demikian pula halnya dengan kegiatan, perlahan bem mencoba untuk terus melaksanakan program hingga membuka kesempatan luas bagi mahasiswa baru untuk ikut terlibat dalam kepanitiaan.

Toh hasil yang bem dapatkan hari ini hanya cercaan, kritikan, dan komentar sepihak dari orang – orang yang bahkan ia sendiri tidak mengerti dengan keadaan BEM. Bersuara keras mengeluarkan kata – kata bahwa bem periode 2011-2012 tidak berfungsi sama sekali. BEM tidur. BEM tidak punya program yang jelas. Ketua BEM hanya disibukkan dengan kegiatan di luar kampus dan lain sebagainya. Satu yang penulis tangkap, ketidakpuasan itu hanya tertuju pada satu pihak dalam hal ini adalah ketua. 

Seharusnya sebagai orang yang bijak dan memahami alur organisasi (benarkah mereka paham?), sebelum menilai sesuatu harus diadakan kajian terlebih dahulu dengan melampirkan data dan fakta yang ada di lapangan. Jika memang BEM tidak bekerja, apa buktinya? Data dan fakta apa yang mendukung hal tersebut? Sampaikan secara tertulis, tidak hanya sekedar berbicara di dalam forum. Berbicara secara sepihak tidak akan menyelesaikan masalah yang ada. Maka dari itu penulis sebenarnya berharap teman – teman mahasiswa memiliki inisiatif untuk membuka dialog untuk mempertanyakan kinerja BEM. Dan bukan disampaikan hanya dari mulut ke mulut tanpa pernah langsung ke organisasi BEM dalam forum yang legal.

Satu hal yang membuat penulis sangat kecewa adalah pernyataan miring bahwa BEM sama sekali tidak berfungsi, keluar dari pihak – pihak yang sebenarnya ada dalam tubuh bem, menjadi bagian dari BEM. Baik itu disampaikan di dalam forum ataupun hanya sebatas diskusi kosong dengan teman mahasiswa yang lain. Pihak – pihak yang sebenarnya adalah pengurus BEM (atau orang yang pernah penulis ajak untuk membangun BEM). Sungguh fenomena yang menggelitik. Jika mereka mengatakan BEM tidak berfungsi itu artinya mereka juga ikut bertanggungjawab untuk ketidakberfungsian BEM tersebut. Seharusnya orang seperti ini dipertanyakan, dan penulis menilai bahwa mereka bisa dicap sebagai pengkhianat organisasi. 

Bukan berarti BEM anti kritik. Malah BEM sangat membutuhkan kritikan dari mahasiswa, karena itulah bem menyediakan kotak saran. Yang sangat penulis sesalkan ialah kritikan itu datang tanpa disertai dengan adanya solusi dan kontibusi nyata dari para pengkritik. Kritikan itu disampaikan hanya untuk menjatuhkan satu orang tanpa melihat secara objektif dalam kacamata organisasi.

Berbicara itu mudah, namun pembuktiannya sulit. Memberikan masukan itu mudah, tapi untuk menjadi bagian dari perbaikan tidak semua orang bersedia. Ada orang – orang yang hanya mau berkomentar tanpa mau menyatakan kesediaan untuk membantu BEM secara total. BEM tidak butuh bantuan dari belakang seperti yang selalu dikatakan para komentator. BEM membutuhkan orang – orang yang  memiliki komitmen tinggi dan rasa kepemilikan terhadap BEM. Adakah kalian di antaranya?

Jika yang menghalangi mahasiswa selama ini untuk bekerja di BEM Adalah karena sosok ketua, maka penulis amat sesalkan hal tersebut. Jika tidak menyukai sosok ketua harusnya mahasiswa berani untuk melengserkannya lebih awal. Tidak di saat terakhir masa kepengurusan dengan menghujaninya dengan komentar tak bertanggungjawab. Artinya apa? Bahkan untuk mengganti seorang pemimpin perempuan pun mahasiswa tidak berani dan tidak memiliki inisiatif untuk itu. Yang bisa mereka lakukan hanyalah berbicara dan mengabaikan segala hal yang diarahkan. Mereka lebih memilih untuk tidak mendengarkan instruksi ketua untuk menjalankan program kerja ketimbang menggantinya dengan ketua yang lebih baik. 

Wahai mahasiswa, hari ini, penulis mendengar begitu banyak keluhan tentang kinerja BEM, maka hari ini semua yang ikut serta dalam membaca tulisan ini terutama yang hadir dalam debat kandidat juga bertanggungjawab terhadap permasalahan yang ada. Jangan hanya mengkritisi, juga jangan hanya berkomentar. Pernahkah anda berpikir dan berkontribusi untuk kemajuan BEM dan kampus kita? Kita semua sudah dewasa, ini saatnya untuk berkarya. Penulis selaku ketua BEM periode sebelumnya hanya bisa melakukan apa yang bisa penulis lakukan dengan keterbatasan yang penulis dan teman – teman pengurus miliki. 

Terakhir, tulisan ini penulis buat sebagai bagian dari instropeksi diri sendiri dan bagi kita yang menginginkan perubahan juga perbaikan BEM dan kampus yang kita cintai ini. Mohon maaf atas segala kekurangan penulis selama menjabat di BEM. Akhirul kalam wassalamu’alaikum warahmatullah wabarakatuh




Jalan Juang

Sabarlah wahai saudaraku tuk menggapai cita
Jalan yang kau tempuh sangat panjang
Tak sekedar bongkah batu karang

Yakinlah wahai saudaraku, kemenangan kan menjelang
Walau tak kita hadapi masanya
Tetap lah al haq pasti menang

Tanam di hati benih iman sejati
Berpadu dengan jiwa rabbani
Tempa jasadmu jadi pahlawan sejati 
Tuk tegakkan kalimah ilahi

Pancang tekadmu jangan mudah mengeluh
Pastikan asa mu semakin meninggi
Kejayaan Islam bukanlah sekedar mimpi
Tapi janji Allah yang akan pasti

Saturday 7 April 2012

Life Goes On

Curhat pagi - pagi.

Beberapa hari ini, tepatnya sudah hampir dua minggu aku tidak pergi ke kos teman yang biasanya kudatangi hampir setiap hari. Alasan awalnya sangat konyol, hanya karena tidak ada seorang pun dari mereka yang datang ketika aksi tolak BBM. Oleh karena mereka dan cewek - cewek lain tidak datang, maka peserta aksi resmi aku sendiri yang cewek (meski tak lama ada cewek dari organisasi lain datang, tapi rasanya gak sama).

Saat mereka wisuda aku juga lebih suka menghindar karena beberapa hal. Pertama karena aku masih kesal karena mereka gak hadir ketika aksi. Meskipun ada beberapa alasan yang emang syar'i dan masuk akal.
Kedua, aku udah harus mulai membiasakan diri tanpa kehadiran mereka. Biasanya setelah wisuda, maka rombongan pulang kampung akan segera mengosongkan aktivis di Tanjungpinang. Hhhh.....

Sedih? Iya

Tapi gak boleh kelamaan sedih, life goes on
Biarlah mereka pulang kampung dan aku di sini meneruskan kehidupan juga amanah yang masih tersisa. Lagipula aku masih punya banyak teman di sini. Tak ada teman, sendiri pun tidak masalah ;)


SEMANGAT NURUL!!!!!!!