Sunday 8 March 2020

Cerita Lahiran Safa Part 1

Bismillahirrahmanirrahiiim.... Mau cerita lahiran yang ketiga nih? Siapa yang nunggu 😅😅😅 saya yakin setiap orang punya ceritanya dan pengalamannya sendiri. Untuk mengabadikan cerita itu saya memilih untuk menuliskannya, sekalian mau ngabisin jatah ribuan kata per hari sebagai perempuan 😁😁😁. Yahhh semoga bisa menghibur, menginspirasi yaaaa... 
.
.
.
Seperti biasa tulisannya bersambung. Enaknya ditulis di blog tapi ya gitu deh, blog udah jadi sarang laba2. 
.
.
.
Oke mari kita mulai. Saya melahirkan anak perempuan hari Kamis, 5 Maret 2020 jam 19.40 WIB. Beratnya 3,6 kilo dan panjang 52 cm. 400 gram lebih berat dari perkiraan dokter pas USG yg cuma 3,2 kg. Seperti biasa, kali ini melewati proses induksi lagi, dan alhamdulillah berakhir normal. Merasa sangat bersyukur karna ga semua yg memilih induksi bisa berakhir normal karna banyk faktor. Part berikutnya akan cerita soal alasan memilih induksi. 
.
.
.
Lahiran kali ini keinginan saya terkabul, salah satunya bisa lahiran lagi di RSIA Mutiara Aini, tempat yang sama dg Farah dulu. Mungkin karna merasa nyaman yaaa, terutama juga sama dokternya. Sebelumnya sempat kecewa karna kayanya ga bakalan lahiran di sana karna untuk pemakaian BPJS harus dirujuk dulu dari klinik faskesnya. Tapi jelang lahiran alhamdulillah ternyata bisa. 
.
.
Beberapa hari sebelum HPL saya cek ke dokter sekaligus mau nanya apa bisa induksi di Aini pakai BPJS. Alhamdulillah bisa. Dokter mengarahkan untuk minta rujukan dari klinik dngan menyertakan surat keterangan tentang hpl dan riwayat persalinan saya. Maka di tanggal 4 Maret (tanggal HPL nya) kami ke klinik untuk minta rujukan. Alhamdulillah dapat setelah ditanya tanya sama dokter di poli kenapa kami minta rujukan untuk induksi n kenapa ga nunggu aja karna kondisi kandungan juga masih bagus. 
.
.
.
Pagi tanggal 5 Maret 2020 saya dan bg Rio bergegas ke rumah sakit sebelum Farah n Alqi bangun. Sayangnya, Alqi udah bangun jadi nangis pas liat kami pergi. Asal bukan Farah karna dia bisa kepikiran seharian. Kami titip mereka sama neneknya di rumah. 
.
.
Memasuki ruang IGD bikin jantung berdebar debar meski ini proses yang ke sekian kalinya. Tensi yang biasanya cuma 90, pagi itu jadi 110. Setelah mendata n cek tensi, bidan mulai mengukur perut saya dan melakukan cek dalam, lalu dilanjutkan dengan pengambilan darah  
.
.
.
Data yang ditanya seputar 💖 ini kehamilan yg ke berapa 💖 anak ke berapa 💖 proses lahir anak pertama n kedua 💖 berat anak pertama n kedua. 
.
.
.
Begitu proses di IGD selesai kami pun masuk ke ruang bersalin. Hal pertama yg dilakukan adalah rekam jantung. Perut saya diletakkan alat bulat n diikat. Tangan juga pegang alat, setiap ada gerakan tombolnya ditekan satu kali. Proses rekam jantung berlangsung selama 20 menit karna saya pasien dokter A. Klo dokter B cuma minta 10 menit. Hehehe beda dokter beda permintaan ya. Dua puluh menit berbaring bikin pegel dan pinggul bagian kanan udah meronta. Selama itu saya cuma kepikiran, dengan kondisi bagian pinggul kaya gini kira kira saya kuat ngejan ga nanti ya??? Sungguh, proses mengejan adalah hal yang saya takuti selama persalinan normal. 
.
.
.
Lanjut next part yahhhh