Thursday 27 October 2011

Tentang Mereka yang Menangis di Tengah Jalan

Satu lagi makna perjuangan yang saya dapatkan beberapa hari belakangan ini.

Menjelang agenda perekrutan yang entah ke berapa kalinya yang dilakukan wajihah ini, maka saya memastikan diri untuk terus terlibat di dalamnya. Mumpung masih berstatus mahasiswa, punya waktu kosong yang amat banyak, fasilitas pendukung, dan cukup terkenal di kampus untuk beberapa waktu ini yang pastinya dijadikan modal utama untuk terus menarik mereka dalam pusaran kebenaran. Hahaha……

Mendadak dan mendesak sudah menjadi slogan tersendiri bagi kami. Padahal seharusnya hal ini tidak boleh ada. Actually, semua hal sudah dipersiapkan dengan sangat konsep yang amat matang. Menurut saya, sesuatu dikatakan menjadi dadakan dan kemudian mendesak disebabkan oleh bergantinya petugas.

Tidak bermaksud mengesampingkan urgensi regenerasi dalam roda organisasi, mungkin inilah salah satu kelemahan ketika regenerasi itu dilakukan. Namun proses ini akan terus dilalui karena jika tidak, maka tidak akan ada anggota yang belajar untuk mengerjakan hal baru dan mencoba beradaptasi dengan hal – hal baru itu.

Sedikit bercerita tentang perjuangan teman – teman ketika mempersiapkan suatu kegiatan. Tentu saja insya Allah ini adalah kisah nyata yang telah digariskan Allah dalam kehidupan fana ini J Dan yang pastinya saya berada di sana, ikut menyaksikan apa yang telah mereka perbuat. Setidaknya mendapatkan cerita ini langsung dari orang yang bersangkutan. Semoga Allah balas dengan kebaikan dan berkenan untuk bertemu dengan mereka di hari akhir kelak.
Amiiiin……

Tak jarang saat mempersiapkan kegiatan yang akan diadakan beberapa hari lagi, ketegangan semakin meninggi. Emosi bisa saja pecah saat itu tanpa peduli memandang di mana dan kapan hal itu terjadi.

Pagi sebelum acara, ketika dia sedang menyetrika bajunya datanglah pesan singkat beruntun yang juga diiringi dengan panggilan ke handphonenya. Mengabarkan bahwa tak bisa hadir di acara pagi ini karena berbagai alasan. Sakit, orang tua tak memberi izin, harus bikin tugas kuliah, ada kerja kelompok, banyak pekerjaan rumah menumpuk, baju belum dicuci, rumah belum dibersihkan dan berbagai macam alasan lainnya. Manusiawi lah menurut saya. Tapi tidak untuk sang penerima alasan.

Seketika itu juga air matanya entah bagaimana langsung jatuh dan ia menangis sejadi – jadinya di pagi itu beberapa jam sebelum kegiatan dimulai. Tiba – tiba saja ia merasa sendirian dan merasa ditinggalkan, diabaikan dan merasakan bahwa tak seorang pun peduli pada kegiatan hari ini. Hanya dia. Mungkin air mata itu merupakan sebuah tanda kemarahannya yang mendalam sehingga tak ada lagi kata – kata kasar yang bisa ia keluarkan kecuali aliran air yang menganak di pelupuk mata.

Semoga tiap tetes air matamu diganjar Allah di jannah-Nya kelak, kawan

Ketika merasa bekerja sendiri dan ditinggalkan begitu saja, air mata tak kan mampun dibendung. Pernah saya harus mendengarkan curhatan seorang akhwat waktu mengantarnya pulang di malam hari. Di perjalanan, tiba – tiba saja ia menangis tersedu – sedu mengingat betapa sulitnya ia menahan perasaan di rumah. Sikap orang tua yang tak mendukung sepenuhnya membuat akhwat itu harus ‘makan hati’ setiap minta izin untuk sekedar nginap atau pergi ke pulau seberang demi mengikuti sebuah pelatihan dengan biayanya sendiri.

Itu lah semangat. Istiqomah. Allah masih mentakdirkan ia bertahan di jalan ini. Entah sampai kapan ia akan bertahan, yang saya tahu, perlahan orang tuanya mulai menunjukkan isyarat bahwa mereka merestui apa yang dilakukan putrinya di luar kegiatan perkuliahan. Suatu waktu saya dibuat menganga ketika menemaninya di markas hanya untuk mencetak file – file yang berkaitan dengan kegiatan. Pasalnya, yang setia menungguinya saat itu ialah orang tuanya!!

Sedih saya melihat wajah kuyu itu terduduk lesu di depan pintu markas kami, karena tak ingin mengganggu anaknya bekerja. Pastinya itu adalah wajah penuh kepenatan setelah seharian penuh berkeringat mencari nafkah bagi keluarga. Saya tahu ia berasal dari keluarga yang sederhana dan masing – masing anggota keluarga berusaha sendiri untuk memenuhi kebutuhannya. Sebuah keluarga yang dipenuhi pekerja keras. Subhanallah……

Semoga Allah beri keberkahan dunia dan akhirat pada mereka.

Di lain hari, saya menyaksikan betapa layu dan sayunya mata seorang teman saya. Begitu saya tanya, ia menjawab bahwa semalaman ia harus mencetak sekian banyak kertas untuk memudahkan kepanitiaan esok harinya.

Cerita cukup menegangkan juga sampai ke telinga saya. Di mana saat para ikhwan ditugaskan untuk memasang bendera pada malam hari, beberapa di antaranya hampir saja tertangkap oleh polisi yang sedang patroli malam itu.

Mungkin mereka salah karena berada di tempat yang salah di waktu yang salah pula. Namun Allah masih menyayangi mereka dan memberikan jalan keluar yang tak terbayangkan oleh para ikhwan itu sebelumnya.

Salah satu dari mereka terselamatkan ketika tangkapan yang lain berulah dan berusaha melarikan diri. Kunci motor yang sudah berada di tangan polisi tak membuat ikhwan ini kehabisan akal. Berbekal gunting kecil yang senantiasa nangkring di tas, mesin motor bisa dihidupkan. Setelah itu yang ia tahu hanyalah berdoa pada ilahi Rabbi sembari memegang erat stang motor sekaligus melaju dengan kecepatan tinggi untuk menghindari kejaran polisi.

Semoga Allah senantiasa memberikan jalan keluar dan mereka lebih bersungguh – sungguh

Dakwah adalah cinta dan ia akan menuntut segalanya darimu. Demikian yang saya kutip dari beberapa teman dengan status fb yang sama.

Wahai teman, sesungguhnya Abu Bakar ra pernah merasa hampir putus asa dalam perjalanan hijrahnya bersama Rasulullah ke Madinah. Lalu apa yang dikatakan Rasul SAW?

“La tahzan, innallaha ma’ana. Jangan engkau bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita.”

Dalam Al Ankabuut Allah telah menjanjikan bahwasanya siapa yang bersungguh – sungguh maka ia akan diberikan jalan keluar. So  gak perlu merasa rugi ketika banyak hal yang dikorbankan, bahkan mungkin jika itu adalah perasaan kita sendiri (cewek.com).

Maka, jangan pernah lagi kita merasa sendiri atau pun ditinggalkan. Jika itu memang terjadi, maka yakinlah bahwa Allah masih menemani kita dalam perjalanan ini. Dia tak akan berlepas tangan, duhai saudaraku, dan ia tak akan pernah meninggalkan kita.

# tribute to all my friends, this struggle hasn’t ended. Keep fight on it!!!!

* Seseorang pernah mengajarkan kami untuk senantiasa meminta, " Ya Allah rezekikanlah kepada kami keikhlasan dalam setiap perkataan dan perbuatan kami"

Tuesday 25 October 2011

Unbelieveable - Craig David

Always said I would know where to find love,
Always thought I'd be ready and strong enough,
But some times I just felt I could give up.
But you came and changed my whole world now,
I'm somewhere I've never been before.
Now I see, what love means.

[Chorus]
It's so unbelievable,
And I don't want to let it go,
Something so beautiful,
Flowing down like a waterfall.
I feel like you've always been,
Forever a part of me.
And it's so unbelievable to finally be in love,
Somewhere I'd never thought I'd be.

In my heart, in my head, it's so clear now,
Hold my hand you've got nothing to fear now,
I was lost and you've rescued me some how-.
I'm alive, I'm in love you complete me,
And I've never been here before.
Now I see, what love means.

[Chorus]

When I think of what I have, and this chance I nearly lost,
I cant help but break down, and cry.
Ohh yeah, break down and cry.

[Chorus]

Now I see, what love means

Belajar Bersyukur

Sore itu saya kembali melihat sebuah pemandangan yang membuat hati ini terus mengucap rasa syukur kepada ilahi Rabbi.

Melihat seorang perempuan tua itu mengangkat dua buah ember dengan kedua tangannya, padahal jika dilihat, tubuhnya tak sesuai untuk mengerjakan hal seperti itu. Saya menyadari bahwa ada kekuatan tersembunyi yang membuat ia bisa mengangkat hal tersebut.

Saya belajar bersyukur

Bahwa di rumah keluarga saya tak perlu repot - repot untuk mengangkat air hanya untuk mandi atau pun berwudhu. Untuk minum maupun untuk kebutuhan yang lainnya. Sementara perempuan tua itu harus mengangkat air dengan jarak sekian meter yang pastinya membuat tubuh rentanya lelah karen aharus bola balik dalam sehari.

Saya belajar bersyukur

Di lampu merah ketika berhenti sejenak untuk menunggu giliran jalan berikutnya, saya melihat anak - anak loper koran yang menjajakan dagangannya di terik matahari. Berjalan dengan wajah lelah semntara ketika tiba di rumah nanti ada pemandangan yang mungkin saja membuat mereka tak bersemangat untuk belajar. Ketika tiba di rumah ternyata masih ada pekerjaan rumah dan sekolah yang menunggu untuk diselesaikan.

Saya belajar bersyukur

Bahwa di usia yang belia dulunya tak perlu berjalan di tengah panas matahari hanya untuk mendapatkan upah 5000 rupiah. Di usia yang masih dini untuk belajar tentang kehidupan, orang tua saya masih diberikan amanah untuk mengelola rezeki kami yang dititipkan Allah.

Saya belajar bersyukur

Hingga hari ini Allah masih menutupi aib saya yang luar biasa besar yang akan membuat saya malu sehingga tak akan mau lagi keluar rumah dan berjalan di jalan kebenaran. Allah masih berbaik hati kepada saya tidak membukanya di hadapan orang lain. Seandainya Allah mau, ia tidak akan menunda hal tersebut. Sungguh aib yang luar biasa sehingga ketika orang lain mengetahui, maka saya tak akan pernah lagi berani untuk berbicara tentang kebenaran.

Saya belajar bersyukur

Sementara seorang teman di pulau seberang terbaring tak berdaya karena kecelakaan yang dialaminya, saya masih bisa duduk di sekolah sambil mengerjakan tugas - tugas sekolah. Sementara ia merintis kesakitan karena retak kaki yang dialaminya, saya masih bisa berjalan dari parkiran menuju ruang kelas.

Sungguh Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang......

NGETES

TES AJA