Wednesday 27 January 2010

Galaunya Pemerintahan SBY Menuju Evaluasi 100 Hari Pertama

Tradisi program 100 hari bagi seorang presiden di Indonesia dikenal sejak masa reformasi. Waktu tiga bulan masa pemerintahan begitu dinanti-nanti oleh seluruh kalangan masyarakat yang penasaran kira-kira langkah apa saja yang sudah diambil oleh presiden. Kemudian prestasi apa saja yang sudah dicapai dalam rentang waktu tersebut.

Akhir Januari ini bertepatan dengan 100 hari pemerintahan SBY – Boediono. SBY – Boediono menetapkan lima strategi pokok selama 5 tahun yang kemudian dikembangkan menjadi 15 program kerja pilihan pada 100 hari pertama. Lima strategi tersebut adalah pertama, melanjutkan pembangunan ekonomi Indonesia untuk mencapai kesejahteraan bagi seluruh Rakyat Indonesia. Kedua, melanjutkan upaya menciptakan good government dan good corporate governance. Ketiga, demokratisasi pembangunan dengan memberikan ruang yang cukup untuk partisipasi dan kreativitas segenap komponen bangsa. Keempat, melanjutkan penegakan hukum tanpa pandang bulu dan memberantas korupsi. Kelima, belajar dari pengalaman yang lalu dan dari negara-negara lain, pembangunan masyarakat Indonesia adalah pembangunan yang inklusif bagi segenap komponen bangsa.

Dari kelima strategi itu, Presiden SBY menetapkan 15 program kerja 100 hari pertama yang disampaikan setelah Sidang Kabinet pada 5 November 2009 lalu di Kantor Presiden, Komplek Istana, Jakarta.

Program – program tersebut meliputi pemberantasan mafia hukum, revitalisasi industri pertahanan, penanggulangan terorisme, meningkatkan daya listrik di seluruh Indonesia, meningkatkan produksi dan ketahanan pangan, revitalisasi pabrik pupuk dan gula, mengurai keruwetan agrarian dan tata ruang, membangun infrastruktur, mengucurkan dana Rp. 100 triliun per tahun untuk kredit Usaha Kecil dan Menengah, mencari solusi pembiayaan dan investasi, merumuskan kontribusi Indonesia dalam isu perubahan iklim dan lingkungan, reformasi kesehatan, mensinkronkan antara pendidikan dan dunia kerja, kesiapsiagaan penanggulangan bencana, serta sinergi antara pusat dan daerah.

Begitu program ini muncul, banyak kalangan yang memandang negative terhadap pelaksanaannya 100 hari ke depan. Program kerja dinilai omong kosong, hanya sebagai pencitraan, dan hanya untuk menjalankan tradisi yang sudah berjalan sejak reformasi.

Dalam perjalanannya, SBY dan Boediono menghadapi berbagai permasalahan yang menuntut ketegasan dan keberanian presiden dalam mengambil sikap. Kasus-kasus yang bermunculan satu persatu benar-benar menguji pemerintahan SBY. Saat Antasari Azhar ketua KPK tersandung kasus pembunuhan, yang lain pun bermunculan. Terakhir kasus Bank Century yang sangat controversial karena melibatkan Boediono sang wakil presiden dan Sri Mulyani, Menteri Keuangan.

Orang-orang terdekat beliau yang terlibat kasus membuat presiden melemah sehingga menghambat program kerja yang telah ditetapkan. Selain itu, kesetiaan pun sulit ia dapatkan. Manakah pihak yang benar-benar berpihak padanya dan manakah pihak yang menjadi musuh dalam selimut.

Untuk masalah pembangunan, hambatan presiden adalah masalah anggaran. Sebagian besar biaya untuk pembangunan berasal dari APBN. Ini tentu saja memberatkan pemerintahan untuk mensukseskan pembangunan yang merata. Sementara itu APBD lebih banyak dihabiskan untuk gaji dan biaya-biaya birokrasi sehingga anggaran untuk pembangunan sangat kecil sekali.

Evaluasi 100 Hari SBY – Boediono
Mengenai evaluasi program kerja 100 hari SBY, maka pertanyaan yang akan muncul ialah indikator apa yang akan digunakan dalam penilaian tersebut? Di Amerika Serikat, hal tersebut dinilai dari berapa undang-undang yang mampu diloloskan demi suatu perubahan ke arah yang lebih baik dalam rentang waktu tersebut. Nah, di Indonesia indikator seperti apakah yang dapat mengevaluasi program-program ini?

Penulis mencoba mengumpulkan pendapat masyarakat mengenai program kerja 100 hari SBY – Boediono. Masyarakat menilai program ini gagal total alias tidak berhasil. Pertama, tidak tegasnya SBY dalam menyikapi kasus perseteruan antara Kapolri dan KPK beberapa waktu lalu yang juga dinilai sangat lambat penanganannya oleh masyarakat. Ini sudah cukup menjadi bukti ketidak konsistenan beliau untuk memberantas kasus korupsi. Kedua, belum maksimalnya kerja para menteri. Hingga saat ini belum ada menteri yang mampu menunjukkan prestasinya. Menurut pengamat politik dari Univesitas Airlangga, belum ada menteri yang menonjol, tapi tidak ada juga menteri yang tidak kompeten sama sekali. Ketiga, tersitanya waktu presiden dalam menyelesaikan kasus Bank Century yang berujung pada hak angket yang diajukan oleh anggota DPR. Keempat, tindakan fatal yang dilakukan oleh presiden dalam kebijakan luar negerinya dengan Cina di bidang ekonomi yang terkesan tidak mempedulikan pengusaha lokal.

Gembar-gembor 100 hari SBY Boediono menimbulkan berbagai reaksi di kalangan masyarakat. Beberapa kalangan memprediksikan bahwa evaluasi ini akan berujung pada reshuffle kabinet di mana SBY kembali akan mengganti menteri-menteri yang dianggapnya tidak dapat berkerja dengan baik seperti yang pernah dilakukan pada periode sebelumnya. Kemudian mahasiswa yang ikut meramaikan jalanan tanggal 28 Januari 2010 menuntut agar SBY mundur karena sudah tidak layak untuk melanjutkan kekuasaannya. Isu impeachment terhadap presiden ini sangat sensitif sekali karena mengingatkan penulis akan pemimpin sebelumnya yaitu mantan presiden Abdurrahman Wahid dan Soeharto yang juga diturunkan oleh mahasiswa. Dan jika hal itu terjadi lagi, berarti bangsa ini harus kembali ke titik awal.

Mengenai masalah pemecatan beberapa menteri, tanggapan yang muncul sangat beragam. Pertama, bila memang SBY melakukan hal tersebut itu artinya bahwa susunan kabinet saat ini sudah salah dari awal. Ketidakpercayaan masyarakat kepada SBY dalam memilih orang-orang yang akan bekerja padanya untuk bersama-sama membangun Indonesia akan semakin besar. Kedua, pemecatan beberapa menteri penulis rasa tidak pantas karena 100 hari tidak bisa dijadikan tolok ukur untuk menilai kinerja mereka secara keseluruhan. Seharusnya menteri-menteri ini diberikan waktu lebih lama untuk membantu presiden.

Semoga evaluasi 100 hari ini dapat dijadikan cermin oleh presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan wakilnya Boediono beserta jajaran menteri akan pemerintahan mereka. Penulis berharap, reaksi masyarakat akan membuat dua penguasa ini dan menterinya, terutama sang presiden lebih tegas dalam bersikap dan menghilangkan rasa takut yang berlebihan. Tunjukkan pada masyarakat bahwa ia masih mampu memimpin Indonesia 5 tahun ke depan. Jika hal tersebut tidak sanggup dilaksanakan, maka pilihan terakhir adalah mundur dari kursi kepresidenan karena sudah tidak ada gunanya lagi mempertahankan rezim kekuasaannya.

Tanjungpinang, 27 Januari 2010
Dalam usaha menganalisa suatu masalah

Monday 25 January 2010

CERITA SEMALAM

Bacalah wahai temanku, ceritaku semalam dengan sepupuku tersayang. Kau ingin tahu apa yang kami ceritakan semalam? Bacalah tulisanku ini hingga akhir.

Sepupuku Lestari. Ups, aku bukan ingin bercerita tentangnya, teman. Semalam aku diceritakan oleh sepupuku Lestari mengenai masa kuliahnya. Tentang kehidupan mahasiswa di tempat ia melanjutkan pendidikan strata satunya. Semalam ia bercerita tentang teman-temannya yang tentu saja bukan temanku. Tapi kau adalah temanku bukan? Hmmmm............. simaklah pamaparan sepupuku. Lagi kuharap padamu teman, bacalah tulisanku ini hingga akhir.

Cerita pertama semalam ialah tentang betapa rendah dan bodohnya para mahasiswi sekarang. Kau tahu teman, kerap kali laki-laki dan perempuan berstatus mahasiswa tertangkap basah di antara semak-semak di lingkungan kampus sedang berbuat hal sangat tidak pantas. Melanggar norma agama dan merusak nilai moral. Banyak juga pintu kamar kos yang didobrak oleh para mahasiswa di sekitarnya yang kemudian mendapati dua orang berlainan jenis kelamin di dalamnya. Teman, meraka melakukan sesuatu yang bisa halal jika telah memiliki ikatan sah. Sepupuku bilang dalam setahun kasus-kasus seperti itu bisa mencapai angka puluhan, temanku.

Cerita keduaku semalam, temanku, bacalah baik-baik. Ianya mengenai seorang ketua BEM Fakultas Perikanan. Ia dan teman-temannya di Badan Eksekutif Mahasiswa berorasi menolak rektor universitas yang baru. Dari seluruh BEM yang ada di universitas tersebut, hanya dialah yang berkeras menolak terpilihnya rektor baru. Apa yang terjadi dengannya setelah itu, temanku? Tragis benar nasibnya. Kuliahnya dipersulit dan dihalang-halangi. Walu begitu ia mencoba untuk tetap bertahan. Tapi apa daya, teman, kekuatan yang dimilikinya tak sebanding dengan kekuatan universitas. Akhirnya ia menyerah dan pindah ke universitas lain.

Apakah kau masih setia membaca ceritaku ini??
Mari kuceritakan cerita ketigaku semalam. Kali ini cerita kami beralih pada seorang aktivis kampus. Mulanya di awal semester ia bukanlah siapa-siapa. Hampir tidak ada kegiatan kampus pun yang ia ikuti. Kata sepupuku, anak itu benar-benar polos. Indeks prestasinya nyaris sempurna. Memasuki semester tiga ia mulai berkenalan dengan dunia organisasi dan dalam hitungan minggu gelar aktivis kamps pun disandangnya. Hal ini tak diimbangi dengan prestasi akademiknya. Perlahan Ipnya mulai turun. Saat sepupuku bertanya bagaimana tanggapan orang tuanya, ia hanya menjawab,
” Untungnya orang tua saya ga ngerti, Kak. Saya bilang aja semakin kecil angkanya, makin bagus nilainya. ”
Upss!!! Sepupuku hanya bisa geleng-geleng kepala temanku. Ambisi anak itu adalah menjadi ketua BEM Universitas. Wow, tidak main-main. Ia harus bersaing dengan ketua BEM dari fakultas lainnya. Dari penuturannya pada sepupuku, baginya ada kepuasan tersendiri saat ia berhasil mensukseskan sebuah kegiatan. Lalu, berhasilkah ia dengan ambisinya, tanyaku. Sepupuku tidak tahu.

Teman, cerita kami semalam berakhir dengan cerita tentang senior sepupuku. Dia adalah seseorang yang sangat idealis. Kali ini adalah ketua BEM lagi. Aktif di kampus dan juga di luar kampus. Ia benar-benar menyuarakan suara mahasiswa dan juga masyarakat. Setiap kebijakan yang bertentangan dengan idealismenya akan diprotes. Tibalah saat ia diwisuda. Prestasinya menakjubkan bagi seorang aktivis. Tak lama ia keluar dari lingkungan kampus dan teman-teman mahasiswanya, idealisme yang dulu dipertahankannya runtuh. Godaan di dunia kerja tak sanggup dilawannya. Aku jadi teringat pada pesan singkat seorang temanku. Ia bilang, terkadang kita bisa menghindari zina dan minuman keras, tapi begitu disodori materi kita sangat sulit bisa menghindar.

Keempat cerita ini sulit sekali kulupakan teman. Berjam-jam aku mendengarkan ceritanya, sampai-sampai tidak lagi menyadari bahwa waktu sudah menunjukkan pukul 2 dini hari. Bisakah kau ambil hikmah dari cerita kami semalam teman??
Di kepalaku berserabutan pertanyaan-pertanyaan yang sangat ingin kuajukan kepada sepupuku atau pun siapa saja yang membaca ceritaku ini. Samakah pertanyaan kita, temanku???

Tanjungpinang, 13 Januari 2010
In reminding my friends who have been ( and almost ) graduated
Wishing they are still in the way

Sunday 24 January 2010

FASE KETIGA DAN APA YANG DAPAT KITA LAKUKAN

Ditulisan sebelumnya penulis telah memaparkan 2 fase kedudukan dan peran perempuan dalam kebangkitan Islam. Pertama, fase jahiliyah. Pada fase ini perempuan-perempuan di seluruh belahan dunia mendapat perlakuan yang sama sekali tidak berpihak kepadanya. Penyiksaan, penghinaan, direndahkan martabatnya, dan tidak diakui kebaradaannya dalam masyarakat.

Kedua, fase datangnya Islam di mana Islam mengangkat harkat dan martabat perempuan. Perempuan mendapatkan kedudukan yang sama dengan laki-laki dalam kehidupan sosialnya. Perempuan juga diperbolehkan berkarya di luar rumah selama ia tidak meninggalkan tugas utamanya, yaitu mengurus rumah tangga.

Fase ketiga akan kita bahas ditulisan kali ini. Fase ketiga adalah fase kebangkitan Islam. Ini adalah masa sekarang. Saat ini muslimah adalah kelompok yang mengambil sikap pertengahan. Seperti yang telah penulis sebutkan, Islam tidak melarang perempuan untuk berkiprah di luar rumah selama ia tidak meninggalkan tugas utamanya. Dan umat Islam saat ini memerlukan muslimah-muslimah tangguh untuk membentuk masyarakat yang mulia dan menegakkan syariat Islam.
” Bila muslimah atau perempuan di suatu daerah rusak, maka kaum itu bisa rusak dan hancur pula. ”

Jadi, apa yang dapat kita, sebagai seorang muslimah, lakukan untuk menyelamatkan bangunan Islam ini??

Hal utama yang harus dilakukan ialah memperbaiki diri pribadi. Seorang muslimah harus mampu membuat dirinya baik. Karena, bagaimana maungkin ia akan membuat orang lain menjadi baik jika dirinya tidak baik?

Banyak hal yang bisa kita upayakan dalam rangka memperbaiki antara lain dengan banyak membaca buku, berdiskusi, dan mengikuti kajian-kajian Islam di lingkungan sekolah, kampus dan masyarakat. Dengan usaha-usaha ini maka akan terbentuk kepribadian seorang muslimah, di antaranya akhlak yang mulia, lurus akidahnya, benar dalam beribadah, mampu melawana hawa nafsu dan bermanfaat bagi orang lain.

Suri tauladan kita Rasulullah saw besabda, “ Sebaik-baik manusiaa adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain. “ ( HR. Qudhy dari Jabir )
“ Bangsa ini rusak bukan karena hanya karena tindakan setan yang membabi buta, melainkan juga karena orang-orang baik memilih untuk diam. “
Statement di atas merupakan tamparan bagi kita umat Islam. Seringkali kita disibukkan dengan rutinitas sehari-hari tanpa mencermati dan menyadari kondisi social dan masyarakat saat ini.

Sebagai seorang muslimah banyak hal yang dapat kita lakukan untuk negeri ini. Lakukanlah hal yang ternudah terlebih dahulu. Di saat kita berusaha memperbaiki diri maka iringilah dengan :
1. Menulis. Tulislah beragam fenomena social masyarakat saat ini yang sudah jauh dari nilai-nilai Islam. Analisis dan berikan solusi. Kirim tulisan tersebut ke media massa atau tempel di mading sekolah atau kampus.
2. memberikan pendidikan yang bernuansa Islam kepada orang-orang sekitar kta. Mengajak mereka untuk ikut kajian Islam dan menjadikan diri teladan di masyarakat.

Beberapa hal di atas adalah langkah termudah yang dapat kita lakukan ( sebagai mahasiswa ). Yang tersulit adalah memecut diri kita untuk memulainya. Nah, maukah kita bermanfaat untuk orang lain???

Tanjungpinang, 12 Januari 2010

Thursday 7 January 2010

3 Fase Kedudukan dan Peran Perempuan dalam Kebangkitan Islam

“ Dan orang – orang yang beriman, lelaki dan perempua, sebagian mereka menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh yang makruh dan mencegah dari yang mungkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu ajan diberi rahmat oleh Allah, Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksan. ”
( QS. At Taubah, 9 : 71 )

Adalah tulisan ini dibuat oleh penulis dalam rangka menjelaskan secara singkat 3 fase pergerakan muslimah dan perannya dalam kebangkitan Islam. Tulisan ini penulis persembahkan untuk teman-teman penulis, yang masih memiliki kepedulian terhadap orang-orang di sekitarnya.

1. Fase Jahiliyah
Fase jahiliyah ialah fase sebelum datangnya Islam. Pada fase ini manusia berada dalam kekosongan dakwah para Rasul. Fase ini ditandai dengan rusaknya garis-garis kehidupan di masa itu.
Di fase ini, perempuan di seluruh belahan dunia mendapat perlakuan yang tidak adil dan kejam. Sama sekali tidak manusiawi. Kedudukan perempuan dalam masyarakat sama sekali tidak diperhitungkan.
Dalam ajaran Nasrani, misalnya, perempuan adalah salah satu dari 4 golongan yang tidak akan didengar perkataannya setelah orang gila, orang lanjut usia, dan anak-anak. Di Romawi, perempuan juga sangat direndahkan bahkan dihina. Tak jarang ia juga disiksa dengan kejam. Di Athena, menurut Encyclopedia Britannica, status perempuan disamakan dengan status budak. Dan di dalam UU Hammurabi wanita tak lebih dari binatang ternak. hal yang sama juga dialami oleh perempuan-perempuan di Cina yang hidup pada masa itu. Mereka dianggap sebagai warisan dan penyakit.
Bahkan di Arab, seperti kita ketahui, memiliki anak perempuan, adalah suatu penghinaan yang amat besar. Maka, setiap bayi perempuan yang lahir harus dikubur hidup-hidup. Kalaupun dibiarkan hidup, kebaradaannya sama sekali tidak diakui. Tidak mendapat warisan dan hidup miskin. Tak hanya itu, dalam tradisinya, saat suaminya meninggal istri tersebut dapat diwariskan layaknya harta pusaka. Dalam agama Hindu, seorang istri harus ikut mati dan dibakar ketika suaminya meninggal.
Inilah fenomena tentang kedudukan perempuan di masa lalu, masa sebelum Islam datang. Maka sungguh beruntung dan bersyukur bagi kita yang hidup di masa ini tidak mendapat perlakuan seperti yang telah penulis ganbarkan di atas.

2. Fase Datangnya Islam
“ Barangsiapa yang mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun perempaun dalamkedaan beriman, maka pasti akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan Kami berikan balasan dengan ppahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.“
( QS. An Nahl : 97 )

“ Bagi laki – laki ada hak bagian dari harta peniggalan kedua orang tua dankerabatnya, dan bagi perempuan ada hak bagian ( pula ) dari harta peninggalan kedua orang tua dan kerabatnya, baik sedikit atua banyak menurut bagian yang ditetapkan.”
( QS. An Nisa, 4 : 7 )

“ Hanya laki – laki yang berakhlak mulia yang menghormati perempuan dan hanya laki – laki berakhlak hina yang merendahkan perempuan. “

“ Orang yang paling sempuna agamanya adalah orang yang paling bak wataknya. Orang yang paling baik di antara kalian adalah yang memperlakukan anggota keluarga perempuannya paling baik. ”
( HR. At Tarmidzi )

Ayat – ayat dan hadist di atas merupakan beberapa bukti yang menunjukkan betapa Islam begitu memuliakan perempuan. Dengan datangnya Islam maka derajat perempuan diangkat dan memiliki kedudukan yang sama dengan laki-laki di kehidupan sosialnya. Di Arab, setelah Islam diajarkan oleh Rasulullah saw. pembunuhan terhadap bayi – bayi perempuan tidak dilakukan lagi. Kebiasaan – kebiasaan jahiliyah pun ditinggalkan oleh masyarakat yang mengikuti ajaran ini.

Perempuan yang mulanya dipandang sebelah mata, bahkan diabaikan mulai menunjukkan eksistensinya. Sejarah membuktikan banyak perempuan pada zaman Rasulullah memiliki peran yang luar biasa dalam dakwah beliau. Setelah beliau wafat pun tak sedikit perempuan-perempuan yang senantiasaa mengembangkan dirinya dan berperan di aspek kehidupan.

Islam memberikan kesempatan kepada perempuan untuk berkarya dan terjun ke masyarakat tanpa meninggalkan tugas utamanya ( sebagai ibu rumah tangga bagi yang telah menikah ). Beberapa muslimah di zaman Rasulullah yang patut dijadikan teladan antara lain :
 Khadijah binti Khuwailid
Beliau adalah wanita pertama yang masuk Islam. Khadijah adalah contoh muslimah ideal di zaman Rasulullah. Beliau terkenal cerdas, penuh kasih sayang dan berhati lembut. Ia berhasil mendidik putri-putrinya Fatimah, Ummu Kultsum, Zainab dan Ruqayyah menjadi perempuan solehah. Tak hanya itu ia juga piawai dalam berbisnis dan sangat dermawan.

 Aisyah binti Abu Bakar Ash Shiddiq
Aisyah adalah istri Rasulullah yang sangat cerdas. Banyak sahabat Rasulullah yang menjadikannya sebagai sumber rujukan atas berbagai persoalan di masa kekhalifahan. Beliau juga meriwayatkan 2220 hadis dair Rasulullah.

 Fatimah Az Zahra
Anak perempuan Rasulullah ini terkenal dengan kesabarannya dan selalu mendukung perjuangan ayahnya dalam menegakkan Islam.

Selain ketiga muslimah di atas, masih banyak lagi muslimah yang berpartisipasi dalam kegiatan dakwah Rasul. Mereka memelihara hak tetangganya, belajar dan mengajar serta mengkritik para penguasa.

Ini adalah tulisan yang panjang. Oleh karena itu fase terakhir, yaitu fase kebangkitan Islam akan penulis sambung di tulisan berikutnya. Semoga dengan melihat kembali sejarah perempuan baik sebelum datang maupun setelah datangnya Islam mampu memberikan suntikan semangat kepada kita semua.

Tanjungpinang, 7 Januari 2010
Hasil Fokat
Forum Diskusi Akhwat KAMMI Daerah Kepulauan Riau
Dalam Rangka Memperingati Hari Ibu 22 Desember 2009

RINDU UNTUK DIPERHATIKAN

Penulis kembali tertarik dengan sebuah acara yang ditayangkan oleh Metro TV, The Golden Ways. Acara yang tayang setiap hari minggu ini merupakan sebauah acara motivasi yang diisi oleh Mario Teguh.
Beliau sebagai pengisi acara mampu mengeluarkan kata-kata yang dapat menyadarkan pemirsanya tentang kehidupan. Pikiran-pikiran positif dalam menghadapi permasalahan dalam hidup mewarnai acara ini di tiap episodenya.

Sebenarnya penulis melewatkan episode The Golden Ways kali ini. Namun dari tayangan sekilas yang penulis lihat, dan dari judul di atas, penulis ingin menyimpulkan sedikit uraian dari Mario Teguh

Rindu untuk diperhatikan. Diperhatikan oleh siapa? Apa yang harus diperhatikan? Mengapa harus diperhatikan? Mungkin begitulah kira-kira pertanyaan yang muncul di benak kita saat membaca kalimat tersebut. Tentu saja penafsiran setiap orang akan berbeda-beda. Apakah penampilan secara fisik yang perlu diperhatikan? Atau performance di hadapan orang banyak? Atau kemapuan khusus yang kita miliki?

Banyak dari kita yang merasa tidak mendapat perhatian sama sekali dari orang laian terutama oranag-orang terdekat. Hal ini merupakan masalah tersendiribagi kita yang benar-benar menginginkan perhatian orang lain. Nah, sebenarnya perhatian seperti apa yang kita butuhkan? Dari siapa kita bisa memperoleh perhatian itu? Dan mengapa kita ingin diperhatikan?


Tunjukkan bahwa kita layak untuk diperhatikan. Dari awal. ”


Demikianlah kata-kata kunci minggu ini. Jika kita memang ingin diperhatikan oleh orang lain, maka yang harus dilakukan bukanlah memperhatikan orang lain terlebih dahulu. Menurut penulis, dalam hal ini hukum timbal balik tidak berlaku. Konsep jika ingin diperlakukan dengan baik maka berlaku baiklah pada orang lain, juga tidak dapat dipakai.

Tunjukkan bahwa kita layak diperhatikan. Jadi yang harus dilakukan ialah membenahi diri, memperbaiki diri pribadi agar lebih mendapat perhatian. Seseorang akan diperhatikan jika ia memiliki keunikan tertentu. Jika ia memiliki sesuatu yang tidak dimiliki oleh orang-orang di sekitarnya, jika ia sangat berbeda. Untuk itu, masing-masing kita harus meiliki modal untuk berbeda dari orang lain. Karena bagaimana kita akan diperhatikan bila kita tidak memiliki sesuatu yang layak untuk diperhatikan.

Anggota tubuh misalnya. Khususnya bagi perempuan, yang paling mendapat perhatian ( secara fisik ) adalah bagian wajah. Bagi perempuan, wajah mempunyai keistimewaan sehingga ia mendapat perhatian yang lebih. Di dalam keluarga setiap anak berhak mendapat perhatian dari ayah dan ibu. Tapi dari sekian anak-anak tersebut ada satu anak yang lebih mendapat perhatian. Apakah karena kepatuhan, kecerdasan, ataupun kenakalannya ( yang tekahir ini tidak patut dicontoh )

Begitu juga di lingkungan sekolah, kampus, organisasi, kerja, dan masyarakat. Di kelas, siswa yang cerdas akan lebih banyak mendapat perhatian dari guru dan teman-temannya. Begitu juga mahasiswa yang aktif baik di dalam maupun di luar kelas. Saat kita dapat diandalkan dalam sebuah oraganisasi atau di lingkungan kerja, perhatian dari atasan atau pemimpin akan tercurah pada kita. Demikian pula di masyarakat.

Mendapat perhatian tidak harus dengan kecedasan akal. Manusia diberikan tiga modal oleh Allah swt agar bisa menarik perhatian, akal, ruh dan jasad. Seseorang yang tidak cerdas, bisa mendapat perhatian dengan kekuatan ruhnya. Ataupun dengan potensi jasadnya. Dari ketiga modal di atas, mestilah ada salah satu di antaranya yang menonjol pada diri seorang manusia. Tinggal bagaimana seseorang tersebut mengoptimalkan apa yang sudah ada.

Yakinlah, bahwa perhatian orang lain tidak akan menghampiri kita bila kita sendiri tidak memiliki apa-apa untuk diperhatikan. Bila kita di posisi pemberi perhatian, pastilah kita akan memilih mana yang layak untuk diperhatikan. Jadi, berhentilah menyalahkan orang lain ketika tak seorang pun yang memperhatikan kita. Tepuk dada, tanya selera. Sudahkah kita layak diperhatikan????

Tg. Pinang, 7 Januari 2010
Satu Hari Menuju 20 Tahun