Wednesday 26 June 2013

Kemegahan dalam Kesulitan

Ambruk hati melihat tatapan nanar seorang pedagang mainan di lokasi STQ tadi malam. Menggelar lapak di sudut lokasi yang disediakan panitia dengan barang dagangan berupa peci dan mainan anak - anak. Matanya menerawang entah sedang memikirkan apa. 

Sementara di lokasi lainnya para pejabat dan masyarakat Kota Tanjungpinang dengan gegap gempita dalam acara pembukaan STQ duduk manis di balkon yang telah disediakan. Mengenakan baju kurung Melayu dengan kain songket mengkilat yang melilit di pinggang. Sesekali berpindah ke panggung untuk memberikan kata sambutan dengan mobil jemputan yang mirip dengan kendaraan di lapangan golf. 

Sungguh pemandangan yang kontras bagi. Apalagi saat para penari memasuki lapangan untuk mempersembahkan hasil latihan mereka selama berminggu - minggu dengan mengerahkan tenaga dan waktu. Mereka para penari yang berasal dari siswa siswa di sekolah menengah Kota Tanjungpinang mungkin telah berusaha semaksimal mungkin untuk mensukseskan acara. Bahkan bisa jadi di antaranya mengorbankan jadwal les untuk ikut latihan. 

Mereka berlarian di tengah lapangan STQ tersebut dengan membawa bendera diiringi dengan musik yang menambah keheroikan aksinya. 

Saya tak melihat indahnya para penari. Terbersit dalam pikiran ini tentang orang - orang yang kurang beruntung dibalik megahnya pembukaan STQ. Mereka para tukang yang telah bekerja keras di bawah terik matahari. Mereka para pedagang yang bersyukur karena diberi kesempatan untuk berjualan di sana. 

Lalu apa?

Wajah bapak pedagang itu menghancurkan hati saya. Walau saya hanya menebak apa yang sedang dipikirkannya, namun kesedihan dan lelahnya hidup tergurat di wajah tuanya. 

Kini harga bahan bakar minyak resmi naik di bulan Juni 2013 oleh pemerintah. Kebijakan semena - mena ini tentu membawa dampak yang besar bagi masyarakat menengah ke bawah. Beberapa argumentasi dari para ahli tentang pentingnya menaikkan harga bahan bakar minyak bagi saya tak masuk akal. Ditambah lagi dengan kebijakan BLSM. 

Membayangkan masyarakat mengantri demi 150,000 membuat saya ingin muntah. Mungkin kita tidak sedang dalam posisi mereka yang hidup di bawah garis kemiskinan. Yang untuk membeli beras pun mereka harus berhitung - hitung agar kebutuhan lainnya tak terganggu. 

Apa yang sedang dipikirkan oleh pemerintah dengan memberikan 150,000 kepada mereka? Jika ini adalah biaya kompensasi, saya pikir percuma pemerintah mengeluarkan peraturan tentang tak dibenarkannya masyarakat memberi uang kepada pengemis. BLSM telah menjadikan masyarakat layaknya pengemis dan pemerintah adalah seorang 'dermawan' yang lalu lalang di pasar kemudian memberikan seribu rupiah sisa belanja kepada pengemis di sudut pasar. 

Tulisan ini mungkin tak akan berguna lagi karena toh harga BBM sudah naik. Kami harus membeli bensin 6500/liter yang tentu menaikkan pengeluaran. 

BLSM yang sudah mulai digulirkan itu membuat miris. Saya tak sedang berbicara tentang perasaan. Apalah arti seratus lima puluh ribu itu bagi masyarakat. Bukan saya sedang mengajarkan tentang kufur nikmat atau tak bersyukur sama sekali dengan apa yang diberikan. Tapi ini adalah pembodohan dan pemiskinan!

Kini masyarakat harus memaksakan diri untuk berdiri di kaki sendiri. Seperti para nelayan yang kerja sampingan dengan mencari kaleng dan barang - barang bekas. Seperti guru yang mungkin kembali mengojek. Seperti karyawan swasta yang harus mencari kerja paruh waktu di malam hari. Seperti ibu rumah tangga yang harus memutar otak untuk mencari uang tambahan dengan berjualan kue. Seperti pengamen yang harus bekerja lebih keras. Atau seperti pencopet yang harus menaikkan setorannya dengan mengambil lebih banyak dompet. Seperti mahasiswa yang harus tunggang langgang menjadi guru privat ke sana ke mari. 

Maka saksikanlah Indonesia



Monday 24 June 2013

Untukmu Yang Selalu Telat

Untukmu yang selalu datang telat, mungkin ini sebuah bukti cintamu padaku yang memang berbadan besar
Untukmu yang selalu datang telat, terima kasih karena telah membuatku berkeringat setiap pagi bahkan kadang ada keinginan untuk mandi sekali lagi
Untukmu yang selalu datang telat, aku tau rumahmu tak sedekat rumahku, dan aku berusaha memaklumi itu
Untukmu yang selalu datang telat, kudoakan agar suatu hari nanti kau bisa membantuku meski kadang aku tak butuh bantuanmu
Untukmu yang selalu datang telat, terima kasih karena aku telah belajar banyak dari orang sepertimu
Untukmu yang selalu datang telat, mungkin dirimu lebih beruntung karena setelat apa pun dirimu tak ada beban yang harus kau pikul bernama tanggungjawab
Untukmu yang selalu telat, aku tak tahu harus berbuat dan berkata apa lagi untuk menunjukkan bahwa aku kadang merasa capek
Untukmu yang selalu telat, maaf jika aku terlalu memaksamu untuk membantuku
Untukmu yang selalu telat, maafkan aku terlalu menginginkan kau untuk di posisi yang sama denganku setiap pagi
Untukmu yang selalu telat, kucoba memahami kesulitan - kesulitanmu untuk datang lebih awal
Untukmu yang selalu telat, maafkan aku jika hari ini aku kembali mengeluh tentang betapa lelahnya membersihkan kantor sendirian
Untukmu yang selalu telat, maafkan aku yang hari ini enggan menegurmu karena aku tak selelah dirimu
Untukmu yang selalu telat, maaf jika hari ini wajah manisku tak mampu tersenyum padamu
Untukmu yang selalu telat, maaf jika hari ini tak kujawab pertanyaanmu dan lebih memilih pergi sambil berpura - pura tak mendengar apa pun
Untukmu yang selalu telat, maaf jika hari ini membuatmu kesal karena masalah sepele yang menyelimuti hatiku
Untukmu yang selalu telat, mungkin selamanya kau tak akan bisa datang lebih awal dariku, namun aku akan mencoba belajar memahami keadaanmu
Untukmu yang selalu telat, maafkan aku jika aku menuliskan hal ini, aku hanya ingin agar kemarahan itu terekam sekaligus menghapusnya dalam kata - kata 
Untukmu yang selalu telat, mungkin aku tak akan lagi berharap bahwa esok pagi kau akan datang lebih awal
Untukmu yang selalu telat, posisimu lebih aman daripadaku
Untukmu yang selalu telat, aku tahu keberadaanmu lebih menyenangkan namun yang kutahu rasa syukurku lebih besar
Untukmu yang selalu telat, terima kasih karena dengan begini aku belajar banyak tentang lapang dada
Untukmu yang selalu telat, terima kasih karena hari ini aku belajar dan melakukan begitu banyak hal 
Untukmu yang selalu telat, terima kasih karena telah mengingatkanku akan pentingnya sebuah keikhlasan
Untukmu yang selalu telat, terima kasih karena dengan begini aku akan lebih pintar menata diri 
Untukmu yang selalu telat, terima kasih karena telah mengajarkan aku arti sebuah kerja keras
Untukmu yang selalu telat, meski nanti kau tak akan pernah datang lebih awal, selalu ada harap dalam diriku bahwa kau akan datang pagi sekali bahkan sebelum aku sempat untuk heran
Untukmu yang selalu telat, aku berharap ini bukanlah perasaan benci yang kuutarakan namun ini adalah balasan cinta dariku 
Terakhir, untukmu yang selalu telat, semoga kau selalu sehat dan melakukan hal - hal yang bermanfaat


Saturday 8 June 2013

Jangan Tidur Dulu

Ini sudah tengah malam, tapi mataku masih bisa bertahan untuk menyelesaikan seluruh laporan pertanggungjawaban ini. Sabtu (8/6) besok KAMMI sudah akan Musda IV. Rupanya dua tahun itu udah akan berlalu. Kupikir, kami masih baru saja terlepas dari tangan ketua yang lama, Azroi. Ternyata besok sudah akan demisioner lagi bersama Dachroni dan yang lainnya.

Laporan ini seharusnya sudah selesai dari jauh - jauh hari. Namun apa nak dikata kalau manusia lebih banyak lalai daripada mengerjakannya lebih cepat dari waktu yang ditentukan.

Yah semoga besok berjalan lancar, meski jam tidur berkurang, aku merasa malu jika harus terlelap lebih cepat sementara mereka di Muktamar VIII beberapa waktu lalu syuro selama tiga jam untuk menentukan ketua umum baru. Syuro dimulai dari jam 12 malam dan berakhir pukul 3 pagi yang ditandai dengan masuknya postingan di bbm grup dari Dachroni dan Ivan.


Heart Attack - Demi Lovato

Puttin’ my defences up
‘Cause I don’t wanna fall in love
If I ever did that
I think I’d have a heart attack

Never put my love out on the line
Never said yes to the right guy
Never had trouble getting what I want
But when it comes to you, I’m never good enough
When I don’t care
I can play ‘em like a Ken doll
Won’t wash my hair
Then make 'em bounce like a basketball

But you make me wanna act like a girl
Paint my nails and wear high heels
Yea you, make me so nervous
That I just can’t hold your hand

You make me glow, but I cover up
Won’t let it show, so I’m
Puttin’ my defences up
Cause I don’t wanna fall in love
If I ever did that
I think I’d have a heart attack (x3)

Never break a sweat for the other guys
When you come around, I get paralyzed
And everytime I try to be myself
It comes out wrong like a cry for help
It’s just not fair
Pain’s more trouble than love is worth
I gasp for air
It feels so good, but you know it hurts

But you make me wanna act like a girl
Paint my nails and wear perfume
For you, make me so nervous
That I just can’t hold your hand

You make me glow, but I cover up
Won’t let it show, so I’m
Puttin’ my defences up
Cause I don’t wanna fall in love
If I ever did that
I think I’d have a heart attack (x3)

The feelings got lost in my lungs
They’re burning, I’d rather be numb
And there’s no one else to blame
So scared I take off and I run
I’m flying too close to the sun
And I burst into flames

You make me glow, but I cover up
Won’t let it show, so I’m
Puttin’ my defences up
‘Cause I don’t wanna fall in love
If I ever did that
I think I'd have a heart attack (x2)
I think I'd have a heart attack
I think I'd have a heart attack (x2)

Thursday 6 June 2013

Catatan Bedah Buku "Kepri, The Beauty of Nature"

Malam ini sudah janji dengan Pak Edi untuk hadir di acara bedah buku beliau tentang tempat – tempat wisata di Provinsi Kepri. Sebelum saya menceritakan apa isi pertemuan tersebut, izinkan saya bercerita bagaimana saya bisa mengenal beliau.

Saya mengawali perkenalan setelahmembaca opini yang beliau tulis di Koran Haluan Kepri beberapa waktu lalu yang berjudul “Membranding Wisata dengan“Kepri” atau “Riau Islands” di November 2012 yang lalu. Tulisan tersebut berisi catatan hasil pertemuannya dengan seorang turis asing yang merasa aneh ketika mendengar kata Kepri karena selama ini ia lebih familiar dengan sebutan Riau Islands untuk kawasan Kepulauan Riau saat ini.

Kala itu tulisan opini mengenai pariwisata agak jarang saya temukan di kolom – kolom opini, yang didominasi topik politik, ekonomi, pendidikan. Entah karena saya tak begitu melek media, namun tulisan itu cukup menarik. Apalagi menyangkut Kepri yang belakangan begitu saya minati.

Bakat iseng menyapa orang tak dikenal di sosial media menggiring saya untuk mencari nama penulisnya di facebook. Dan ketemu! Tanpa pikir panjang saya langsung memperkenalkan diri dan mendiskusikan beberapa hal dalam tulisan tersebut.

Keisengan itu berbuah silaturahim yang baru buat saya. Rupanya beliau menulis buku – buku yang saya dapatkan dari Dinas Pariwisata Prov Kepri. Semakin menarik! Sayang, belum semua buku pariwisata itu saya lahap dan ada juga yang belum saya dapatkan, terutama tentang peraturan daerahnya.

Singkat cerita, berawal dari keisengan di facebook, saya mendapatkan informasi baru melalui beliau terkait pariwistadi Kepulauan Riau. Lalu malam ini rupanya di pameran yang diadakan oleh Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah (BPAD) Prov Kepri, pak Edi bersama teman – teman dari Batam Link Publisher mengisi kegiatan bedah buku di sana.

Sesi pertama adalah Rahman Fadli yangmenceritakan pengalamannya berkunjung ke Negara ASEAN dalam waktu sembilan hariyang ia khususkan setelah mengambil cuti dari tempat kerja. Di awal beliaumenyebutkan bahwa perjalanannya tersebut hanya menghabiskan biaya kurang lebih3,5 juta rupiah. Sebuah harga yang murah meriah dibandingkan kepuasanmengunjungi tempat – tempat tersebut.

Yang saya tangkap dalam penyampaiannyaadalah tentang kondisi Negara di ASEAN yang tertutup debu kendaraan. Saya jadiingat Jakarta, tapi Tanjungpinang juga sudah sangat berdebu. Juga tentang kesulitannya berkomunikasi dengan penduduk setempat yang tidak bisa berbahasaInggris. Pikir saya, mungkin beliau kurang beruntung karena tak bertemu dengan penduduk yang punya skill tersebut.

Dari perjalanannya selama 9 haritersebut, ternyata biaya paling besar yang harus dikeluarkan adalah ketika harus pulang ke Indonesia melalui Singapura yang menghabiskan setengah anggarannya.

Perjalanannya ini membuktikan bahwa kami yang saat ini beruntung tinggal di Kepri, khususnya Batam dan Tanjungpinang dimudahkan aksesnya untuk berkunjung ke Negara lainnya tanpa harus mengeluarkan biaya yang besar.

Mungkin teman – teman di Indonesia bagian lainnya tidak memiliki kesempatan seperti itu, namun kami di Kepri berpeluang besar untuk berperjalanan dengan biaya sederhana. Semoga tahun berikutnya beliau mampu menginjakkan kaki di Eropa, Amerika dan Afrika kemudian menuliskan kisahnya.

Di sesi kedua, kami dikenalkan padaseorang penulis novel yang bernama Julie Kendall. Ada bukunya yang saya lihatmemakai nama aslinya, namun belakangan diganti dengan Abi Zhie (Abi = ayah).Konon, diganti karena namanya yang mirip dengan sutradara terkenal asal AmerikaSerikat. Memang ketika saya mencoba mencarinya di facebook, yang temukan bukanbeliau, tapi justru sutradara tersebut.

Tibalah di sesi ketiga, sesi yang sayatunggu karena akan membahas buku panduan pariwisata yang saya pernah dapatkan dariDinas Pariwisata setempat dengan judul “Kepri the Beauty of Nature, anEssential Guide to Explore Kepri”.

Dalam presentasinya, Pak Edi lebihbanyak mengeskplorasi tempat – tempat wisata di Lingga, Anambas dan Natuna. Tempatwisata lainnya tetap dijelaskan, namun porsinya lebih sedikit (langsung bacabukunya aja). Beliau sepertinya tengah mengarahkan bahwa untuk Kepulauan Riau,wisata maritim mestilah menjadi andalan dan dipasarkan ke luar negeri.

Kepri yang telah memiliki modal keindahanalam yang tak kalah dengan daerah – daerah Indonesia lainnya bisa lebih melejitbila potensi pariwisata yang ada dimanfaatkan dengan baik. Tentu saja,pemanfaatan tersebut harus tetap memperhatikan hal – hal yang harus tetapdijaga dari tempat bersangkutan.

Seperti Anambas dan Natuna, keduakabupaten yang baru saja berpisah ini sebenarnya memiliki daya tarik wisatayang luar biasa di antara 5 kabupaten/kota lainnya di Kepulauan Riau. Lautnyayang masih jernih akan menjadi daya tarik bagi para wisatawan, terutama yangberasal dari luar negeri untuk ikut menikmati.

Apalagi di kedua kabupaten ini terdapatdua pantai yang menjadi sorotan internasional dengan dianugerahkannya PulauBawah sebagai pulau tropis terbaik di Asia. Juga Pantai Sisi yang menjadi pulauterbaik di dunia. Dan itu semua terdapat di Kepri.

Menurut penulis (Edi-read), sasaran tourismmarketing untuk Natuna dan Anambas adalah masyarakat internasional yangnotabene memiliki modal lebih untuk berkunjung ke sana. Bukan karena apa – apa,biaya wisata yang mahal dikarenakan transportasi (laut) menuju kedua kabupatentersebut yang berada di perbatasan Indonesia. Selain itu, biaya akomodasi dankonsumsi yang juga mahal menuntut para wisatawan harus merogoh kocek lebihdalam. Bagi wisatawan lokal tentu masih diharapkan untuk menikmati wisata dikepulauan ini.

Ada satu hal yang saya ingin tahubagaimana konsep pariwisata yang ditawarkan oleh penulis yang telah melakukanekspedisi ke hampir seluruh Kepri tersebut. Di Natuna dan Anambas, terutama,siapa pun pasti ingin daerah ini berkembang dan maju seperti daerah lainnya diKepri.

Secara idealnya, sebuah kawasan wisataakan mendatangkan income bagi daerah bila pemerintah mampu menyediakan saranadan prasarana untuk mendukung kawasan tersebut. Tak sekedar itu, perawatan danpenjagaan akan keasrian serta keaslian lokasi wisata menjadi sangat pentinguntuk diperhatikan.

Dengan mengoptimalkan pariwisata ditempat ini, saya yakin tahun – tahun yang akan datang, keduanya telah mengalamiperkembangan yang amat pesat. Di samping itu yang menjadi hasrat saya adalahbagaimana menjaga tempat ini tidak seperti Bali dan Lagoi.

Wisata pantai merupakan wisata yangdigemari oleh para turis mancanegara, terutama untuk berjemur, snorkeling,surfing, diving dan sebagainya. Sebagai tanah Melayu, tentu memiliki norma dannilai tersendiri yang masih lekat dalam masyarakatnya yang mayoritas beragama Islam.

Saya sendiri tidak ingin Anambas dan Natuna menjadi sebuah tempat pameran turis – turis minim pakaian yang seliweranke sana kemari, baik itu hanya sekedar berjemur. Memang tidak mudah untukmenghilangkan kebiasaan turis yang suka berjemur dan sebagainya, namun ada harapan yang saya sematkan pada langit, tempat ini tak menjadi tempat yang biasa. Biasa berjemur, biasa minim busana.

Selain itu, ada sedikit kekhawatiran dalam hati saya melihat kondisi air terjun di Anambas yang beberapa waktu lalu diberitakan di Koran. Persis seperti yang dikatakan oleh Pak Edi dalam presentasinya, air terjun ini mulai mengalami kerusakan alam. Hutan di sekitar kawasan tersebut mulai tergerus.

Ini juga saya takutkan terjadi kawasan lainnya seperti kerusakan kehidupan laut akibat pembuangan limbah sembarangan seperti yang terjadi di Karimun dan Batam. Sayang jika kejernihan air laut di Natuna harus terkotori dengan hitamnya limbah pabrik dari oknum yang tak bertanggungjawab.

So far, dari apa yang disampaikan oleh pak Edi dan kawan – kawan ada satu hal menarik yang saya rekam. Wisata adalah tentang melihat. Orang harusmengeluarkan sejumlah biaya hanya untuk melihat laut yang biru, air yangjernih, air terjun yang mengalir, pasir yang lembut, teluk yang indah, negeriyang kaya akan keindahan alam.

Namun dibalik itu semua, ada rasa kepuasan mendalam ketika telah menyaksikan apa yang sebelumnya hanya dilihat melalui foto – foto di internet. Mendeklarasikan diri pernah menginjak tanahy ang begitu indah. Melihat kehidupan masyarakat yang begitu sederhana, yang jauh dari hiruk pikuk kota.

Beruntung saya hadir malam ini untukmenyaksikan presentasi dari pak Edi dan kawan – kawan. Membuka mata bahwa masih ada bagian dunia yang belum saya kunjungi. Bahwa masih ada kelompok masyarakat yang belum saya temui. Bahwa ada laut yang belum saya selami. Bahwa ada banyak hal yang belum saya tulis. Dan itu semua ada di provinsi ini, Kepri.

Kepada kawan – kawan di luar daerah,ada harapan besar bagi kami di Provinsi Kepulauan Riau agar masyarakat Indonesia juga mengenal Kepri lebih dekat. Melihat bahwa Kepri juga menyediakan keindahan laut yang sayang untuk dilewatkan.

Let’s visit Kepri!