Saturday 14 April 2012

Penulis, BEM, dan Kita Semua (Sebuah Pernyataan Sikap)

 Ditulis oleh Nurul Azizah, Ketua BEM STAI Miftahul Ulum Tanjungpinang

Bismillahirrahmanirrahiim

Assalamu’alaikum warahmatullah wabarakatuh 

Tulisan ini dibuat untuk menjawab pertanyaan dan pernyataan mahasiswa terhadap kinerja Badan Eksekutif Mahasiswa Stai Miftahul Ulum Tanjungpinang periode 2011-2012 yang disampaikan saat kegiatan debat kandidat calon presiden BEM periode 2012-2013. Sebagai seorang mahasiswa penulis menggunakan tulisan sebagai salah satu sarana untuk menyampaikan aspirasi terutama apa yang penulis pikirkan dan rasakan. Penulis sangat yakin tidak banyak yang masih mengingat apa saja yang disampaikan oleh teman – teman mahasiswa yang memberikan pernyataan miring mengenai kinerja bem setahun ini. Mengapa? Karena mereka hanya sekedar berbicara. Dan tulisan ini, tidak akan ada seorang pun yang akan melupakannya karena ia disampaikan secara tertulis dan dapat dibaca berulang kali.

Terkait dengan komentar tentang kinerja BEM maka penulis akan memetakan kondisi internal bem agar seluruh mahasiswa mengetahui dan dilibatkan dalam kondisi tersebut. Kepengurusan yang penulis bangun setahun yang lalu bukanlah terdiri dari orang – orang yang biasa. Para pengurus bem penulis pilih dari berbagai latar belakang yang berbeda, mulai dari jurusan, semester hingga organisasi eksternal yang mereka naungi. Tentunya dengan melihat kinerja mereka di organisasi kampus. Mereka bukanlah orang – orang yang penulis pilih hanya karena keaktifannya di kampus, tapi lebih kepada keaktifan mereka di organisasi kampus. Bukan orang yang hanya dikirim kampus untuk mengharumkan nama kampus atau untuk membuat kampus senang, tapi lebih kepada pengalaman organisasi mereka. Karena BEM tidak butuh orang yang hanya mengharumkan nama kampus tapi nonsense di organisasi.

Kepengurusan yang penulis bangun dengan harapan dapat membantu untuk melaksanakan fungsi bem yang sesungguhnya, ternyata tersendat di tengah jalan. Berbagai alasan disampaikan oleh pengurus. Kerja, kuliah, menikah, lebih aktif di organisasi luar dan lain sebagainya, bahkan ada yang mengundurkan diri sebelum dilantik dengan alasan pekerjaan. Inilah dilemma yang harus penulis hadapi selaku seorang pemimpin. Lalu apa yang penulis dapat lakukan? Banyak yang menyarankan untuk mereshuffle kepengurusan, tapi itu bukan hal mudah. Penulis masih ingin memberikan kesempatan untuk mengembalikan komitmen sebagai pengurus. 

Selain itu, penulis juga harus menghadapi kenyataan  betapa lemahnya keinginan mahasiswa STAI untuk berkecimpung dalam organisasi. Mahasiswa memilih untuk menjadi penonton jika ada kegiatan. Saran untuk membuat kegiatan itu banyak. Hanya saja setiap panulis tawarkan untuk membantu di kepanitiaan, kebanyakan mahasiswa menolak dengan alasan sibuk kerja dan kuliah. Saking rendahnya semangat mahasiswa untuk ikut serta dalam kegiatan kampus terutama organisasi kampus, bahkan untuk menjadi peserta dalam kegiatan pun sulitnya luar biasa. Dengan alasan ini pula lah penulis tidak melakukan reshuffle kepengurusan dan lebih memilih untuk berjalan dengan sisa kekuatan yang ada. 

Kemudian selama waktu yang tersisa, bem bergerak perlahan dengan hanya menyisakan beberapa orang pengurus aktif. Demikian pula halnya dengan kegiatan, perlahan bem mencoba untuk terus melaksanakan program hingga membuka kesempatan luas bagi mahasiswa baru untuk ikut terlibat dalam kepanitiaan.

Toh hasil yang bem dapatkan hari ini hanya cercaan, kritikan, dan komentar sepihak dari orang – orang yang bahkan ia sendiri tidak mengerti dengan keadaan BEM. Bersuara keras mengeluarkan kata – kata bahwa bem periode 2011-2012 tidak berfungsi sama sekali. BEM tidur. BEM tidak punya program yang jelas. Ketua BEM hanya disibukkan dengan kegiatan di luar kampus dan lain sebagainya. Satu yang penulis tangkap, ketidakpuasan itu hanya tertuju pada satu pihak dalam hal ini adalah ketua. 

Seharusnya sebagai orang yang bijak dan memahami alur organisasi (benarkah mereka paham?), sebelum menilai sesuatu harus diadakan kajian terlebih dahulu dengan melampirkan data dan fakta yang ada di lapangan. Jika memang BEM tidak bekerja, apa buktinya? Data dan fakta apa yang mendukung hal tersebut? Sampaikan secara tertulis, tidak hanya sekedar berbicara di dalam forum. Berbicara secara sepihak tidak akan menyelesaikan masalah yang ada. Maka dari itu penulis sebenarnya berharap teman – teman mahasiswa memiliki inisiatif untuk membuka dialog untuk mempertanyakan kinerja BEM. Dan bukan disampaikan hanya dari mulut ke mulut tanpa pernah langsung ke organisasi BEM dalam forum yang legal.

Satu hal yang membuat penulis sangat kecewa adalah pernyataan miring bahwa BEM sama sekali tidak berfungsi, keluar dari pihak – pihak yang sebenarnya ada dalam tubuh bem, menjadi bagian dari BEM. Baik itu disampaikan di dalam forum ataupun hanya sebatas diskusi kosong dengan teman mahasiswa yang lain. Pihak – pihak yang sebenarnya adalah pengurus BEM (atau orang yang pernah penulis ajak untuk membangun BEM). Sungguh fenomena yang menggelitik. Jika mereka mengatakan BEM tidak berfungsi itu artinya mereka juga ikut bertanggungjawab untuk ketidakberfungsian BEM tersebut. Seharusnya orang seperti ini dipertanyakan, dan penulis menilai bahwa mereka bisa dicap sebagai pengkhianat organisasi. 

Bukan berarti BEM anti kritik. Malah BEM sangat membutuhkan kritikan dari mahasiswa, karena itulah bem menyediakan kotak saran. Yang sangat penulis sesalkan ialah kritikan itu datang tanpa disertai dengan adanya solusi dan kontibusi nyata dari para pengkritik. Kritikan itu disampaikan hanya untuk menjatuhkan satu orang tanpa melihat secara objektif dalam kacamata organisasi.

Berbicara itu mudah, namun pembuktiannya sulit. Memberikan masukan itu mudah, tapi untuk menjadi bagian dari perbaikan tidak semua orang bersedia. Ada orang – orang yang hanya mau berkomentar tanpa mau menyatakan kesediaan untuk membantu BEM secara total. BEM tidak butuh bantuan dari belakang seperti yang selalu dikatakan para komentator. BEM membutuhkan orang – orang yang  memiliki komitmen tinggi dan rasa kepemilikan terhadap BEM. Adakah kalian di antaranya?

Jika yang menghalangi mahasiswa selama ini untuk bekerja di BEM Adalah karena sosok ketua, maka penulis amat sesalkan hal tersebut. Jika tidak menyukai sosok ketua harusnya mahasiswa berani untuk melengserkannya lebih awal. Tidak di saat terakhir masa kepengurusan dengan menghujaninya dengan komentar tak bertanggungjawab. Artinya apa? Bahkan untuk mengganti seorang pemimpin perempuan pun mahasiswa tidak berani dan tidak memiliki inisiatif untuk itu. Yang bisa mereka lakukan hanyalah berbicara dan mengabaikan segala hal yang diarahkan. Mereka lebih memilih untuk tidak mendengarkan instruksi ketua untuk menjalankan program kerja ketimbang menggantinya dengan ketua yang lebih baik. 

Wahai mahasiswa, hari ini, penulis mendengar begitu banyak keluhan tentang kinerja BEM, maka hari ini semua yang ikut serta dalam membaca tulisan ini terutama yang hadir dalam debat kandidat juga bertanggungjawab terhadap permasalahan yang ada. Jangan hanya mengkritisi, juga jangan hanya berkomentar. Pernahkah anda berpikir dan berkontribusi untuk kemajuan BEM dan kampus kita? Kita semua sudah dewasa, ini saatnya untuk berkarya. Penulis selaku ketua BEM periode sebelumnya hanya bisa melakukan apa yang bisa penulis lakukan dengan keterbatasan yang penulis dan teman – teman pengurus miliki. 

Terakhir, tulisan ini penulis buat sebagai bagian dari instropeksi diri sendiri dan bagi kita yang menginginkan perubahan juga perbaikan BEM dan kampus yang kita cintai ini. Mohon maaf atas segala kekurangan penulis selama menjabat di BEM. Akhirul kalam wassalamu’alaikum warahmatullah wabarakatuh




No comments:

Post a Comment