Saturday, 23 August 2014

Cara Menghadapi Masalah

gambar ilustrasi
Sadar atau tidak setiap hari kita menjalani ujian yang terus menerus, berkepanjangan dan saling sambung menyambung. Mari kita sebut ujian - ujian tersebut sebagai masalah. Hidup selalu didampingi oleh masalah, ibarat sepasang kekasih, dua hal ini tak akan pernah terpisahkan.

Setiap kita pasti memiliki masalah yang harus diselesaikan, baik yang memiliki deadline maupun yang entah kapan akan selesainya. Entah itu adalah masalah yang berat atau hanya masalah sepele yang bisa selesai dengan menjentikkan tangan.

Masalah diciptakan untuk menguji kualitas kemanusiaan kita, mampukah menyelesaikan, dengan cara apa, dan berapa lama waktu yang dibutuhkan. Ibarat mengerjakan soal matematika, tak ada satupun soal yang tak bisa diselesaikan. Untuk menyelesaikannya pun kita diperbolehkan menggunakan rumus sesuai kemampuan. Tentu penggunaan rumus juga akan mempengaruhi waktu yang dibutuhkan.

Karena masalah digunakan untuk menguji kualitas kita sebagai manusia, ah lebih tepatnya hamba Tuhan yaitu Allah SWT Sang Pemilik Semesta, maka setiap orang memiliki masalah yang berbeda. Tak pernah sama. Sungguh luar biasa perhitungan Yang Maha Kuasa.

Anak sekolah tentu diberikan masalah yang tidak sama dengan orang tua atau mahasiswa. Pekerja kantoran tentu punya masalah yang jauh berbeda dengan pekerja lapangan. Meski bekerja di tempat yang sama, kita pun masih punya masalah berbeda.

Ada seorang perempuan yang diberikan masalah berupa sulitnya untuk memiliki anak. Di lain sisi ada pula perempuan yang diberi anak seabreg. Nah di sinilah kita diuji kualitas keimanan, kesyukuran juga kemampuan berserah diri, bersabar dengan masalah - masalah tersebut.

Kita kerap menganggap masalah kitalah yang paling besar, yang sulit sekali untuk diselesaikan sehingga terperangkap dalam pesimisme untuk menemukan jalan keluar. Tentu ini cara pikir yang tidak benar dan merugikan diri sendiri.

Tak satu pun di antara kita yang masalahnya lebih besar dari masalah orang lain atau sebaliknya. Semua masalah yang diberikan sudah dihitung berdasarkan kadar diri. Kita sedang berbicara kualitas.

Sebagai contoh, tentu kita sedikitnya bertanya - tanya mengapa Palestina negeri para syuhada  itu tak henti - hentinya dibombardir oleh Israel. Para ayah dan pemuda mereka diculik, anak - anak dibunuh, para istri hidup memprihatinkan tanpa rumah dan harta lainnya. Mengapa? Ou, mari kita lihat kualitas mereka.

Seluruh dunia tahu benar kualitas penghuni negeri ini. Dari rahim - rahim perempuan Palestina telah lahir ribuan penghafal Al Quran. Anak - anak tak lepas dari Al Quran, para laki - laki diberikan keberanian yang begitu besar yang membuat pasukan Israel gentar hanya dengan melihat mata mereka. Bandingkan dengan kita :)

Atau ada di antara kita yang sedang diuji dengan belum dipertemukannya dengan jodoh. Mungkin kita bertanya mengapa kita belum menikah padahal segala usaha telah dilakukan. Sementara teman - teman lain sudah memasuki dunia  itu satu demi satu. Atau kita diuji dengan harta yang sedikit sementara teman seangkatan sudah sukses dan berlimpah kekayaan. Kekayaan berlimpah pun adalah ujian.

Itulah masalah kita. Diberikan Allah SWT sesuai dengan kualitas yang kita punya dalam perhitungan yang tepat. Allah bilang kita pasti mampu menjalaninya.

Beruntunglah ketika masalah menerpa karena itu berarti Allah sedang memberikan ujian kenaikan. Kesempatan untuk lebih dekat pada-Nya, sebuah peluang untuk meningkatkan kualitas diri. Maka dari itu Rasulullah SAW yang mulia berkata pada Abu Bakar ra. "La tahzan". Jangan bersedih...

Sebagai orang - orang yang senantiasa ditimpa masalah, kita mestilah mengetahui bagaimana cara menghadapinya. Berikut sedikit catatan dari pertemuan yang saya ikuti

1. Merenungkan Dosa - Dosa Kita

Well, cara ini mengharuskan kita merendakan diri serendah - rendahnya di hadapan Sang Pencipta. Memutar otak dan kesadaran yang tinggi tentang hal - hal buruk berujung dosa yang sudah kita lakukan. Manusia kadang lupa bahwa dirinya berdosa, di saat itulah Allah memberikan masalah untuk membuat kita kembali mengingat dosa apa yang telah dilakukan kemudian memohon ampun untuk dosa - dosa tersebut.

Dalam QS Asy Syuro ayat 30 Allah SWT mengatakan bahwa apa-apa musibah yang menimpa diri kita dikarenakan oleh kesalahan kita sendiri. Bukankah di ayat lainnya Allah sudah mengingatkan bahwa keburukan yang kita buat adalah untuk diri kita sendiri. Karena itulah ketika diri ini ditimpa musibah adalah hal yang paling baik untuk merenungi dosa - dosa.

2. La Tahzan, Innallaha ma'ana
Saat itu Abu Bakar ra, digigit oleh ular hingga keluar air matanya sementara sahabatnya yang mulia, Muhammad SAW berbaring di kakinya. Saking sayangnya pada beliau, Abu Bakar berusaha untuk tidak menyuarakan kesakitan yang ia rasakan hingga akhirnya Rasulullah SAW terbangun karena tetesan air mata Abu Bakar ra.

Jangan sedih, sesungguhnya Allah bersama kita, kata Rasulullah SAW. Nyesss sungguh kata penghiburan yang menyejukkan. Bagaimana agama ini tidak mengajarkan umatnya untuk bersedih karena suatu masalah yang justru sebenarnya akan menaikkan kualitas mereka.

Jangan sedih, yakinlah seyakin yakinnya bahwa akan selalu ada jalan keluar yang akan Allah berikan. Bukankah masalah ini sudah sesuai dengan kadar kemampuan kita? Ia tak akan melampui batas dan selalu ada cahaya dalam kegelapan pekat sekalipun.

Mendekatlah pada Allah SWT untuk mencari cahaya itu. Masuklah dalam golongan orang - orang antimainstream yang membuat masalah berbuah pada kedekatannya pada Allah SWT. Di zaman ini, sudah terlalu mainstream bagi orang - orang untuk menjauhkan diri dari Penciptanya saat diterpa musibah.

3. Bersabar dengan takdir Allah SWT, baik yang disukai maupun tidak disukai.
Dari sekolah dasar kita sudah hafal betul tentang iman yang keenam, tentang qada dan qadhar. Setelah dewasa kita banyak lupa akan hal ini, luput dari pemikiran.

Takdir, sesuatu yang telah teerjadi atas izin Allah SWT tentu menyimpan hikmah tersendiri. Tugas kita untuk mencari hikmah itu dan bersabar dengan apa pun yang Allah berikan. Suka atau tidak suka.

Kita tak suka dengan suami yang malas, bersabarlah dengan itu. Kita belum mendapat jodoh atau belum lulus, bersabarlah dengan hal tersebut. Bukankah Allah mencintai orang - orang yang sabar?

4. Belajarlah dengan Mendengarkan Masalah Orang Lain
Saya tidak menyuruh untuk bergosip atau grasa grusu untuk mencari tahu masalah orang lain. Pengalaman saya mengajarkan untuk mendengarkan masalah orang lain.

Suatu ketika saya berkeluh kesah pada seorang teman tentang bagaimana hidup saya begitu tidak menyenangkan. Sejenak setelah itu, tanpa disadari ia pun bercerita tentang dirinya yang membuat saya hanya bisa menganga dan menyembunyikan malu yang teramat sangat. Dalam hati saya berkata, ah masalahnya begitu berat, tak ada apa - apanya dengan masalah yang sudah saya luahkan tadi :(

Suka atau tidak, sadar atau tidak masalah kita belumlah sebesar masalah yang orang lain hadapi. Hal ini membuat kita menjadi lebih bersyukur dan legowo dalam menghadapi ujian kehidupan. 

Demikianlah tulisan sederhana ini saya buat sebagai pengingat diri dan juga dalam rangka saling memberi nasehat serta saling mengingatkan satu sama lain. Mohon maaf atas kesalahan dalam penulisan. Akhir kata semoga masalah - masalah yang menerpa menjadi pemberat amalan di hari akhir dan membuat diri ini lebih dekat kepada Allah SWT

No comments:

Post a Comment