Sunday, 31 August 2014

Usup Nelpon


Sebelum zuhur semalam Usup nelpon. Males ngangkat aja sih awalnya karena ibu juga lagi ga di rumah. Tapi dari pada dari pada aku angkat telpon. Dan treennngggg, yang pertamanya males mau ngobrol malah jadi ngalor ngidul. 

Katanya habis zuhur mau berangkat latihan Tipan. Beuhh anak ini sebenarnya di sana ngafalin Quran apa ikut kegiatan lain sih? Waktu pulang kemarin habis lebaran beberapa kali dia pergi ke Gunung Bintan cuma buat latihan di atas gunung. Katanya seru. Pulang - pulang bawa bambu tiga batang. Entah buat apa

Giliran aku yang cerita, ujung - ujungnya kami nge gosip hahahaaa dia emang seru buat jadi pendengar. Tapi ya cuma pendengar aja, ga kasih respon yang menarik -_- 

Pernah akunya cerita berapi - api udah pake ekspresi begini begitu plus pake intonasi yang turun naik, responnya cuma "Oh gitu?" Lalu dia lanjunt nonton tivi -______________- 

Mumpung dia nelpon aku ingetin lagi buat ngirimin beberapa edisi majalah Annida. Engga baru juga ga apa, sekalian kalo ada majalah Tarbawi yang bagus. Eh Usup nanya, "Kakak udah beli Lapis - Lapis Keberkahan yang Salim A. Fillah?". 

Aku jawab engga karena lagi males baca buku kayak gitu. Tapi karena dia nawarin otomatis aku ga nolak xixixi... Sekalian deh nyari buku Parent With No Property - nya Han Hee-seok yang aku baca ringkasanya di blog buku Kak Ira Marby

Mudah - mudahan bulan depan jadi dikirim Usup :D 



Saturday, 30 August 2014

Jangan Lupa Senyum

Kata Rasulullah SAW, senyum itu ibadah. Lanjut lagi berwajah berseri - seri saat ketemu saudara itu lebih utama dan harus diusahakan dan diutamakan. Aih, kalo inget yang beginian sih sejuuuuuk aja bawaannya. 

Kita emang punya masalah yang beda, karena kualitas kita juga beda - beda kan. Pas lagi rapat yayasan, biasanya ada taujih dari ketua. Waktu itu Pak Tomi yang ngasih wejangan, inget banget nih aku inti yang disampein beliau. 

Doi ngingetin untuk meluruskan niat datang rapat. Kami dateng itu di tengah kesibukan pekerjaan, keluarga dan hal lainnya. Tapi untuk dakwah (ciyeee) yaa harus punya waktu khusus juga. 

Nah meski kita lagi dalam keadaaan diuji dengan masalah masing - masing, satu hal jangan lupakan, katanya. Jangan lupa senyum, akhi! 

Yaaa masalah kita segede apa sih sampe - sampe bisa ngilangin senyum di wajah aduhai kita ini. Deterjen aja masih ga bisa ngebersihin semua kotoran di baju - baju kotor kita. Apalagi yang namanya masalah. Masa bisa sampe ngapusin senyum sih. Hehehehe begitulah kira - kira. 

Kalo aku ngerasa lagi punya masalah berat banget suka inget kata - kata beliau nih. Yang awalnya mau nangis habis - habisan di motor eeeeh ditahan dulu. Karena belum bisa pasang muka senyum yaa pikirkan hal itu dengan rasa marah hehe... Setelah itu yaaa lebih mudah senyum

Emang sih senyum itu hal sederhana yang ga semua orang bisa ngelakuinnya. Liat aja salah satu comic yang namanya Benny :p Anteng banget pertahanin wajah-tanpa-senyum. Lah kok jadi ke Benny sih xixixii... 

Ya udah gitu aja sih

Seberat apa pun masalah hidup jangan sampe lupa senyum lho! Kalo masalah akhirat baru deh mikir - mikir buat senyum. Gimana mau senyum kalo mikir dosa - dosa yang numpuk berbaskom - baskom n tercatat berlembar - lembar di catatannya Atid. Sumpah kalo masalah beginian baru elu ga bisa senyum :s 

Selagi itu masih masalah kehidupan, enjoy lah dan nikmatin aja. Allah ga bakalan biarin kita terpuruk, Dia bakalan ngasih kita jalan keluar. Yakin!!! 


Thursday, 28 August 2014

[Korean Movie] Blind - 2011

Blind 2011
Saya mencoba menerjemahkan tulisan dari web berbahasa Inggris, cuma iseng sambil kembali belajar menerjemahkan. Tulisan ini saya ambil dari link ini sini

Pelemahan karakter protogonis utama dalam sebuah film kerapkali bisa membawa aktor atau aktris untuk melebarkan diri ke wilayah yang baru dan memberikan pertunjukan yang mencengangkan (dan, lagi - lagi, menjamin beberapa perak). Giliran Daniel Day-Lewis sebagai artis yang menderita kelumpuhan otak di My Left Foot (1989) mungkin yang paling signifikan, tapi aktor lainnya termasuk Russel Crowe (A Beautiful Mind, 2001), Denzel Washington (The Bone Collector, 1999), John Hurt (The Elephant Man, 1980) dan Colin Firth (The King's Speech, 2010) di antara yang banyak, banyak lainnya yang semuanya telah mengalami kesulitan dalam memperbaiki wajah orang.

Dengan Blind, Kim Ha-neul, mengambil peran yang memerankan seorang wanita rusak dan ketika melakukannya telah memenangkan penghargaan sebagai Aktris Terbaik 2011 di Daejong Award dan Blue Dragon Award. Suatu hal yang misterius, tentang penampilan Kim Ha-neul, juga film itu sendiri, tampil biasa saja.

Blind menceritakan tentang Min Soo-ah seorang kadet polisi yang menjanjikan, Kim Ha-neul, yang mengalami kecelakaan karena kesalahannya sendiri sehingga ia kehilangan penglihatan. Soo-ah berjuang untuk hidup di mana kehidupan di sekitarnya sepertinya tidak mentoleransi kekurangannya. Selagi berusaha mencari jalan pulang ke rumahnya di suatu malam, Soo-ah menjadi saksi dalam sebuah kasus penculikan dan harus menggunakan latihan dan indranya yang tinggi untuk membantu mencari sang pembunuh. Lebih jauh masalah menjadi rumit ketika Kwon Gi-seob (Yoo Seung-ho), saksi kedua memberikan keterangan berbeda dari kejadian tersebut. Diikuti oleh Detektif Jo (Jo Hee-bong), Soo-ah dan Gi-seob harus memecahkan misteri bersama - sama sebelum pembunuh menemukan mereka terlebih dahulu.

Film yang memperlihatkan kecacatan ini cenderung fokus pada kemalangan yang dipikul dan akhirnya melalui rangkaian cerita dapat teratasi. Dengan Blind, sutradara Ah Sang-hoon meminimalkan usaha untuk menyampaikan penderitaan yang dialami Soo-ah, lebih menggambarkan masalah secara jelas dan cepat seperti menyeberangi jalan yang berlebihan saat Soo-ah berjalan bersama anjing penjaganya yang setia. Ironisnya bagian luar gagal dirangkai secara berurutan, dalam sebuah usaha menekankan betapa keras dan dinginnya dunia luar. Perangkat tersebut menimbulkan empati, bagaimanapun juga tidak hanya kekurangan inovasi tapi kekerasan kepala Soo-ah lah yang membuatnya berada dalam situasi sulit. Yang artinya, bagian lainnya seperti kejar - kejaran di kereta api bawah tanah di mana Soo-ah harus menggunakan ubin lantai untuk keluar secepat mungkin difilmkan dan diedit dengan cara yang menengangkan, menawarkan aliran segar dalam pengambilannya. Salah satu isu fundamental dari Blind adalah bahwa Ahn Sang-hoon dan penulis naskah Choi Min-seok gagal memaksa pemeran protogonis menimbulkan empati dan kemudian saat karakter dua dimensi berada dalam bahaya, adegan pertarungan menjadi datar daripada adegan yang menegangkan.
Para aktor pada umumnya memberikan penampilan yang kompeten. Kim Ha-neul tentu saja dengan kehormatan yang menggambarkan wanita cacat, dengan tindakan yang kadang - kadang sangat meyakinkan bahwa dia berjuang di kehidupan harian. Yoo Seung-ho yang cukup baik dalam memerankan remaja yang suka memberontak Gi-seob, seperti Jo Hee-bong sebagai Detektif Jo yang membabi buta, mereka belum diberi kesempatan untuk menampilkan lebih dari yang seharusnya. Sayangnya, pelaku yang terburuk adalah Yang Yeong-jo sebagai dokter ahli yang mengobati wanita berubah menjadi Myeong-jin sang pembunuh berantai. Lagi, ini bukan salahnya semua sebagai pemeran yang sayangnya tergolong kurang sehat bahwa Yeong-jo hanya muncul untuk mengancam, membentak dan kadang - kadang mengobrol.


Blind tentunya memiliki potensi untuk pengambilan gambar yang kreatif dan menarik bergenre thriller, tapi sayangnya karena kurangnya pengembangan karakter dan inovasi, film ini menjadi lebih lembut dan cukup saja. Semua pemain yang terlibat memiliki penampilan yang cakap meskipun pembatasan yang dikenakan pada mereka, ketika Kim Ha-neul begitu meyakinkan memerankan saksi yang buta. Blind berisikan beberapa aksi yang menyediakan getaran menyenangkan dan meskipun bukan karya agung, film ini cukup menghibur untuk menjadi tontonan yang menarik.

Wednesday, 27 August 2014

Biar Pembaca Lebih Nyaman

Setelah menimbang dan seterusnya, maka diputuskan ada beberapa widget yang aku buang dari blog ini. Demi kenyamanan bersama dan keinginan yang besar agar pengunjung di blog ini bertambah. Yaah biar pengunjung nambah sih sebenarnya mesti rajin nulis n bikin tulisan yang sesuai kebutuhan. 

Hal pertama yang aku buang dari blog ini tadi pagi adalah slide show yang selama ini nangkring. Berawal dari sms Anggi tadi pagi kalo beberapa gambar yang tampil bener - bener ga layak buat dipasang. Pas aku cek, astaghfirullah emang bener. Ya udah daripada bikin pencitraan engga baik (busyeeet udah niru Jokowow), aku remove dari blog. 

Lalu gadget kedua yang musti pensiun dari blog ini adalah background music yang sudah setia menemani aku baik suka maupun duka. Yaah ini dilakukan setelah beberapa postingan di beberapa blog yang sukses bikin aku terpengaruh soal background music. 

Menurut mereka blog yang pake musik itu ribet and nyebelin. Ouccchhh jangan sampe di masa muda ini aku jadi orang yang menyebalkan. Cukuplah menjadi menyebalkan di dunia nyata, ga perlu ditambah di dunia maya. 

Katanya lagi, musik blog yang suka tiba - tiba nongol itu kadang bikin kaget apalagi dengan volume yang gede. Mianhaeyooo.... Akibatnya gelombang suka berimpit dengan musik yang juga lagi diputar di winamp masing - masing. 

Daripada engga nyaman berkunjung ke blog ini ya sudahlah aku relain aja itu musik. Cukup aku dengerin lewat winamp aja. Mesti tahu diri nih sebagai blogger pemula :-) 

Mungkin dua itu aja yang paling penting yang aku hapus pagi ini selain ada juga beberapa gadget ga penting lainnya yang aku buang. Yaaah moga aja lebih nyaman membaca tulisan yang ada. 

Oh ya templatenya juga aku ganti jadi nge - pink yang lembut. Setelah sekian lama bertahan dengan template kuning hitam. Template yang bikin tulisan PKS dijidat aku makin gede. Sengaja kalo bikin postingan ga di-read more biar ga repot nge klik. Walo pun aku sebenarnya pengen banget itu angka - angka naik T_T. Pengalaman sih kalo aku 'insert jump break' sisa tulisannya ga nemu -_- lagi males mau otak atik, dibiarin aja dulu. 

So happy reading guys...

Tuesday, 26 August 2014

Keluarga Mak Uwo



Mak Uwo dan ayah

Bang Oyon dan Bang Adi beserta istri dan anak - anaknya datang dari Batam untuk silaturahim. Nampaknya Bang Oyon yang sebenarnya tinggal di Padang ambil cuti jatah lebaran kemarin. Yaa lebih baik gitu kan, ongkos perjalanan juga lebih murah dan ga dikejar - kejar waktu buat kembali ke tempat kerja. 

Bang Oyon dan Bang Adi itu sepupu aku dari pihak ayah, yaa mungkin kalo hitungannya sepupu tiri kali ya karena beda kakek. Kapan - kapan deh bikin silsilah dan sejarah keluarga di sini, itung - itung jadi autobiografi kan ya. Hehehe... 

Mereka ini anak Mak Uwo yang dulunya ketika di Padang tinggal di Air Tawar (Aia Tawa kata orang sana) di rumah penjaga sekolah dan sekaligus kantin. Yaaa almarhum Pak Uwo itu jaga sekolah SD di sana, nah Mak Uwo sekalian bikin kantin. 

Mereka ini bersaudara banyak banget. Kalo aku ga salah hitung ada Da Ul (Uda Samsul), Uni Mira, Uni Santi, Bang Oyon, Bang Rio dan Bang Adi, totalnya ada 6 orang. Beuuuhhhh untunglah kecil - kecil dulu aku sering main ke rumahnya. Kalo engga alamat samppe sekarang aku akan kebalik - balik ngafalin namanya.

Nah di antara saudara ayah yang lain, Mak Uwo yang juga kakak tirinya adalah yang paling sering dijabanin. Ga tahu kenapa sih. Menurut aku karena keluarga ini asik banget. Mereka hidup sederhana tapi ga sombong, bukan aku ngatain keluarga lainnya sombong. Mereka baik, kalo ada konflik biasa lah namanya juga keluarga BESAR. Oke mereka benar - benar keluarga besar. 

Bang Adi

Sampe sekarang nih, anak - anaknya Mak Uwo itu mulai dari Da Ul sampe Bang Adi engga pernah ninggalin sholat. Beneran salut!! Padahal kalo dipikir kehidupan mereka udah menengah ke atas. Mereka tetep humble. Sesuatu yang sangat aku suka. 

Di antara 6 bersaudara itu, ketika kecil aku ya sering mainnya sama Bang Rio dan Bang Adi, dua anak paling buncit. Lebih seringnya sih sama Bang Adi, makanya seneng aja dengan Abang ini. Karena waktu itu Bang Oyon udah jadi remaja - pemuda gitu jarang di rumah. Apalagi yang di atasnya. 

Ketemu mereka lagi setelah hampir 10 tahun ga pulang - pulang ke Padang adalah ketika lebaran tahun 2011 lalu. Waaah blink blink cling cling ini mata liat perubahan mereka hehehhe.... Gimana engga, udah pada ganteng n gagah semua. Sampe Mak Uwo bilang, "Baliak ka bako se lah za". 

Baliak ka bako  itu maksudnya kembali ke bako. Jadi kalo istilahnya bako itu sodara dari pihak ayah. Maksudnya aku dinikahkan sama sepupu dari pihak ayah. Waaah kalo modelnya begitu aku ga bakalan nolak karena secara agama mereka sudah bagus. Tapi ya ga jodoh tuh hahahha..... 

Sekarang semuanya udah nikah kecuali Bang Rio. Da Ul tinggal di Qatar sama istri dan anak - anaknya. Ini yang bikin aku terkaget - kaget. Kemarin dengernya beliau ada di Papua trus pindah ke Tangerang, eeeh sekarang ada di Qatar. Masya Allah banget ini Uda, aku salut. 

Bang Oyon
Anak yang kedua, Uni Mira tinggal di Batam, nama suaminya Bang Deni, yang gokil n sukses bikin kami kepingkal - pingkal terus. So humble. Bang Adi juga tinggal di Batam, istrinya pake cadarrrr..... Kalo aku tebak sih Bang Adi ini gabung di Salafi. Soalnya beberapa kali ke Tanjungpinang yang waktu itu pas ada kajian yang aku dengar dari salafi. Yaaa semoga yang baik. 

Mungkin ini juga yang bikin dia kaget waktu aku nyaleg. Tapi dia menunjukkan sikap mendukung aja sih, inilah kenapa bang Adi itu jadi abang favorit akus ama Usup. 

Nah Uni Santi yang nikah sama bang Rafli tinggal di Duri. Suaminya kerja di hotel, aku pikir punya jabatan cukup tinggi dan tampaknya berbahasa Inggris aktif. Wah, luar biasa!! Nah Bang Rio yang awalnya di Batam sekarang udah pindah ke Yogyakarta. Di antara keenam orang ini cuma bang Rio yang dikuliahkan :-)

Bang Oyon, Bang Adi, Qisthi anak Uni Santi dan suaminya Bang Raffli
Kini Mak Uwo yang udah sakit - sakitan tinggal di Batam bersama Ni Mira. RUmahnya yang di Padang (mereka beli rumah baru di kawasan Lubuk Buaya) dihuni sama bang Oyon dan Istrinya. Sakit gula yang diderita Mak Uwo, sempat bikin Mak Uwo pake kursi roda beberapa waktu lalu. 

Semoga Mak Uwo diberi kesehatan dan kesempatan untuk pergi ke Qatar dan melanjutkan untuk ibadah umroh bersama Da Ul bulan depan. Aku yakin, Pak Uwo yang sudah almarhum mendapatkan apa yang ia investasikan pada anak - anaknya. Semuanya SHOLEH!!!

Monday, 25 August 2014

Just Go Ahead

Dalam agenda melingkar minggu lalu, kami mengawalinya dengan mengobrol. Nah pasangan aktivis dakwah paling anyar minggu ini pun menjadi topik perbincangan kami. 

Kemudian, salah seorang teman saya berkata, "Nurul ga ngucapin? Itu temen akrabnya kan". Saya cuma bisa nyengir sambil memikirkan jawaban apa yang perlu saya berikan. 

"Penting gitu?" ujar saya setelah memandangnya beberapa lama. Saya tahu dan sadar sekali ada banyak mata yang mengarah ketika kalimat itu meluncur dengan nada ketus dari saya, bahkan MR sendiri melihat saya dengan pandangan tak percaya dan penuh tanda tanya. 

Saya rasa sebagian mereka memendam rasa ingin tahu apa yang terjadi pada saya sehingga melontarkan kalimat ketus tersebut. Apalagi ketika saya berkata, "Teman akrab? Emangnya kami akrab?".

Rasanya tak percaya di usia begini saya masih punya masalah pertemanan. Hal yang seharusnya tak masuk lagi dalam daftar 'what to think'. Tapi ya begitulah... 

Daripada menulis di facebook, saya lebih memilih untuk meninggalkan catatan itu di sini, sebuah blog pribadi yang merekam jejak kehidupan saya. Tak harus hal yang menyenangkan, kali ini hal yang tak menyenangkan itu pun perlu saya ukir di sini. 

Akan ada yang berpikir bahwa sikap ketus itu muncul karena mereka menikah. Nah di sini saya perlu meluruskan bukan dikarenakan hal itu. Ahahaha tulisan ini berasa seperti konferensi pers. Baiklah.... 

Beberapa bulan yang lalu saya mengabari teman itu tanpa saya ketahui bahwa pasangannya ternyata adalah dia. Respon yang saya terima, "Iyakah? Dengan siapa?". Bukankah seharusnya ia mengatakan bahwa orang itu adalah dia? Oh, begitu saya mengetahuinya ada rasa kecewa. Ckckck ternyata saya juga bisa merasa kecewa, atau lebih tepatnya marah. 

Bahkan ketika telah mendekati hari pernikahan, yang bersangkutan belum memberi kabar. Saya pikir harusnya dia suddah tahu mengenai hal tersebut. Ya sudah, seperti kata teman saya mungkin kami ini bukan teman akrab yang harus dikasih tahu. Oke.... 

Saya menyadari betul bahwa mungkin saja dia sedang melaksanakan apa yang Rasul pesankan (ou yeahh). Sembunyikan khitbah, umumkan pernikahan. Tapi memandang kabar ini sudah tersebar seantero negeri (okeh mungkin ini agak lebay) yang bahkan ketika kami rapat kordinasi para caleg pun hal ini disinggung, harusnya ada alasan agar saya diberi kabarr bahagia itu. 

Yah sungguh kecewa sebenarnya. Dia beberapa kali mengirim pesan wa dan bbm yang saya balas sangat sangat singkat karena pertanyaan yang diajukan juga hanya pertanyaan basa basi. 

Barulah H-5 dia mengirimkan pesan yang lebih panjang, "Nurul kenapa marah sama kakak? Karena kakak tak kasih tahu? Seandainya Nurul tahu apa yang terjadi di sini." 

Baiklah, katakan apa pun yang ingin kau katakan. Katanya dia hanya ingin menjelaskan lewat telpon. Hey emang kami pacaran sampai - sampai saya harus mendengarkan penjelasan langsung darinya? Oke, hal ini sudah tak ada gunanya, tak perlu dilakukan. Go ahead. 

Karena hal ini saya merasa yaaa rada kecewa. Bagi anda yang membaca tulisan ini pastilah tertawa dengan prilaku kekanakan yang sedang saya tunjukkan. It's ok meski anda pun mungkin pernah mengalami hal yang sama tapi dengan respon yang berbeda. 




Saturday, 23 August 2014

Iseng - Iseng Kepribadian



Hohohoho suka aja ikut - ikut apps di facebook apalagi yang berkaitan dengan kepribadian. Kayaknya sih galau dengan kepribadian sendiri. Tapi dari sekian apps yang saya ikuti hasilnya hampir sama, tidak banyak perbedaan. 

Saya cukup mengenal diri sendiri.... Pada awalnya ya cuek aja, tapi ketika Raja Ali Haji dalam Gurindam 12 menuliskan bahwa untuk mengenal Allah dengan cara mengenal diri sendiri. Wah maaf ya kalo saya salah, karena saya lupa redaksinya. Yaaa cara mengenal Allah adalah dengan mengenal diri sendiri. Mulai dari bentuk fisik hingga karakter, bakat dan minat yang ada di dalam diri. 

Tapi hasil aplikasi ini agak lebay. Hal yang paling lucu adalah leadership, suatu hal yang saya sendiri tak memahaminya secara keseluruhan. Walo punya track record jadi ketua BEM, saya pikir kemampuan leadership saya masih jauh di bawah rata - rata -_-

Di link ini saya dijelaskan sebagai Pelaku Santai. Ya ya ya sudah banyak yang berkata saya terlalu santai. Silahkan baca hasilnya di sini

Cara Menghadapi Masalah

gambar ilustrasi
Sadar atau tidak setiap hari kita menjalani ujian yang terus menerus, berkepanjangan dan saling sambung menyambung. Mari kita sebut ujian - ujian tersebut sebagai masalah. Hidup selalu didampingi oleh masalah, ibarat sepasang kekasih, dua hal ini tak akan pernah terpisahkan.

Setiap kita pasti memiliki masalah yang harus diselesaikan, baik yang memiliki deadline maupun yang entah kapan akan selesainya. Entah itu adalah masalah yang berat atau hanya masalah sepele yang bisa selesai dengan menjentikkan tangan.

Masalah diciptakan untuk menguji kualitas kemanusiaan kita, mampukah menyelesaikan, dengan cara apa, dan berapa lama waktu yang dibutuhkan. Ibarat mengerjakan soal matematika, tak ada satupun soal yang tak bisa diselesaikan. Untuk menyelesaikannya pun kita diperbolehkan menggunakan rumus sesuai kemampuan. Tentu penggunaan rumus juga akan mempengaruhi waktu yang dibutuhkan.

Karena masalah digunakan untuk menguji kualitas kita sebagai manusia, ah lebih tepatnya hamba Tuhan yaitu Allah SWT Sang Pemilik Semesta, maka setiap orang memiliki masalah yang berbeda. Tak pernah sama. Sungguh luar biasa perhitungan Yang Maha Kuasa.

Anak sekolah tentu diberikan masalah yang tidak sama dengan orang tua atau mahasiswa. Pekerja kantoran tentu punya masalah yang jauh berbeda dengan pekerja lapangan. Meski bekerja di tempat yang sama, kita pun masih punya masalah berbeda.

Ada seorang perempuan yang diberikan masalah berupa sulitnya untuk memiliki anak. Di lain sisi ada pula perempuan yang diberi anak seabreg. Nah di sinilah kita diuji kualitas keimanan, kesyukuran juga kemampuan berserah diri, bersabar dengan masalah - masalah tersebut.

Kita kerap menganggap masalah kitalah yang paling besar, yang sulit sekali untuk diselesaikan sehingga terperangkap dalam pesimisme untuk menemukan jalan keluar. Tentu ini cara pikir yang tidak benar dan merugikan diri sendiri.

Tak satu pun di antara kita yang masalahnya lebih besar dari masalah orang lain atau sebaliknya. Semua masalah yang diberikan sudah dihitung berdasarkan kadar diri. Kita sedang berbicara kualitas.

Sebagai contoh, tentu kita sedikitnya bertanya - tanya mengapa Palestina negeri para syuhada  itu tak henti - hentinya dibombardir oleh Israel. Para ayah dan pemuda mereka diculik, anak - anak dibunuh, para istri hidup memprihatinkan tanpa rumah dan harta lainnya. Mengapa? Ou, mari kita lihat kualitas mereka.

Seluruh dunia tahu benar kualitas penghuni negeri ini. Dari rahim - rahim perempuan Palestina telah lahir ribuan penghafal Al Quran. Anak - anak tak lepas dari Al Quran, para laki - laki diberikan keberanian yang begitu besar yang membuat pasukan Israel gentar hanya dengan melihat mata mereka. Bandingkan dengan kita :)

Atau ada di antara kita yang sedang diuji dengan belum dipertemukannya dengan jodoh. Mungkin kita bertanya mengapa kita belum menikah padahal segala usaha telah dilakukan. Sementara teman - teman lain sudah memasuki dunia  itu satu demi satu. Atau kita diuji dengan harta yang sedikit sementara teman seangkatan sudah sukses dan berlimpah kekayaan. Kekayaan berlimpah pun adalah ujian.

Itulah masalah kita. Diberikan Allah SWT sesuai dengan kualitas yang kita punya dalam perhitungan yang tepat. Allah bilang kita pasti mampu menjalaninya.

Beruntunglah ketika masalah menerpa karena itu berarti Allah sedang memberikan ujian kenaikan. Kesempatan untuk lebih dekat pada-Nya, sebuah peluang untuk meningkatkan kualitas diri. Maka dari itu Rasulullah SAW yang mulia berkata pada Abu Bakar ra. "La tahzan". Jangan bersedih...

Sebagai orang - orang yang senantiasa ditimpa masalah, kita mestilah mengetahui bagaimana cara menghadapinya. Berikut sedikit catatan dari pertemuan yang saya ikuti

1. Merenungkan Dosa - Dosa Kita

Well, cara ini mengharuskan kita merendakan diri serendah - rendahnya di hadapan Sang Pencipta. Memutar otak dan kesadaran yang tinggi tentang hal - hal buruk berujung dosa yang sudah kita lakukan. Manusia kadang lupa bahwa dirinya berdosa, di saat itulah Allah memberikan masalah untuk membuat kita kembali mengingat dosa apa yang telah dilakukan kemudian memohon ampun untuk dosa - dosa tersebut.

Dalam QS Asy Syuro ayat 30 Allah SWT mengatakan bahwa apa-apa musibah yang menimpa diri kita dikarenakan oleh kesalahan kita sendiri. Bukankah di ayat lainnya Allah sudah mengingatkan bahwa keburukan yang kita buat adalah untuk diri kita sendiri. Karena itulah ketika diri ini ditimpa musibah adalah hal yang paling baik untuk merenungi dosa - dosa.

2. La Tahzan, Innallaha ma'ana
Saat itu Abu Bakar ra, digigit oleh ular hingga keluar air matanya sementara sahabatnya yang mulia, Muhammad SAW berbaring di kakinya. Saking sayangnya pada beliau, Abu Bakar berusaha untuk tidak menyuarakan kesakitan yang ia rasakan hingga akhirnya Rasulullah SAW terbangun karena tetesan air mata Abu Bakar ra.

Jangan sedih, sesungguhnya Allah bersama kita, kata Rasulullah SAW. Nyesss sungguh kata penghiburan yang menyejukkan. Bagaimana agama ini tidak mengajarkan umatnya untuk bersedih karena suatu masalah yang justru sebenarnya akan menaikkan kualitas mereka.

Jangan sedih, yakinlah seyakin yakinnya bahwa akan selalu ada jalan keluar yang akan Allah berikan. Bukankah masalah ini sudah sesuai dengan kadar kemampuan kita? Ia tak akan melampui batas dan selalu ada cahaya dalam kegelapan pekat sekalipun.

Mendekatlah pada Allah SWT untuk mencari cahaya itu. Masuklah dalam golongan orang - orang antimainstream yang membuat masalah berbuah pada kedekatannya pada Allah SWT. Di zaman ini, sudah terlalu mainstream bagi orang - orang untuk menjauhkan diri dari Penciptanya saat diterpa musibah.

3. Bersabar dengan takdir Allah SWT, baik yang disukai maupun tidak disukai.
Dari sekolah dasar kita sudah hafal betul tentang iman yang keenam, tentang qada dan qadhar. Setelah dewasa kita banyak lupa akan hal ini, luput dari pemikiran.

Takdir, sesuatu yang telah teerjadi atas izin Allah SWT tentu menyimpan hikmah tersendiri. Tugas kita untuk mencari hikmah itu dan bersabar dengan apa pun yang Allah berikan. Suka atau tidak suka.

Kita tak suka dengan suami yang malas, bersabarlah dengan itu. Kita belum mendapat jodoh atau belum lulus, bersabarlah dengan hal tersebut. Bukankah Allah mencintai orang - orang yang sabar?

4. Belajarlah dengan Mendengarkan Masalah Orang Lain
Saya tidak menyuruh untuk bergosip atau grasa grusu untuk mencari tahu masalah orang lain. Pengalaman saya mengajarkan untuk mendengarkan masalah orang lain.

Suatu ketika saya berkeluh kesah pada seorang teman tentang bagaimana hidup saya begitu tidak menyenangkan. Sejenak setelah itu, tanpa disadari ia pun bercerita tentang dirinya yang membuat saya hanya bisa menganga dan menyembunyikan malu yang teramat sangat. Dalam hati saya berkata, ah masalahnya begitu berat, tak ada apa - apanya dengan masalah yang sudah saya luahkan tadi :(

Suka atau tidak, sadar atau tidak masalah kita belumlah sebesar masalah yang orang lain hadapi. Hal ini membuat kita menjadi lebih bersyukur dan legowo dalam menghadapi ujian kehidupan. 

Demikianlah tulisan sederhana ini saya buat sebagai pengingat diri dan juga dalam rangka saling memberi nasehat serta saling mengingatkan satu sama lain. Mohon maaf atas kesalahan dalam penulisan. Akhir kata semoga masalah - masalah yang menerpa menjadi pemberat amalan di hari akhir dan membuat diri ini lebih dekat kepada Allah SWT

Tuesday, 19 August 2014

Sederhana dalam Berbagi

 Wah status Kak Iva WUlandari kali ini asik banget, let me re-write it on my blog. Suka banget

Duhai..semoga kenikmatan dan kebahagiaan kita tidak menjadi sebab kenelangsaan terlebih ketidaksyukuran saudara kita.

Dahulu, penanda yg bisa sebabkan seseorang riya' adalah harta berupa materi. Untuk perkara ini, saya rasa sampai saat ini banyak dr kita yg tahu dan sadar untuk tidak memamerkan materi yg dipunya.

Tapi sungguh... ada kecemasan akankah sy akan masuk pada kubangan riya' yg lainnya. Bahwa pasangan, karunia kehamilan juga anak adalah menjadi bagian nikmat dunia itu pula. Hingga kita berbangga dan mengabarkannya pd khalayak setiap waktu. Memang mengasyikkan bagi sy yg tengah hamil untuk sekedar menulis "hari ini debay bergerak", "ngidam ini nih", dan serangkaian penggalan apa yg sedang dirasa. Tp hanya berhenti pd itu saja. Saya sungguh pernah merasakan nelangsanya..kala proses menunggu hadirnya buah hati dalam rahim, sedang berseliweran teman yg sedang menceritakan serunya kehamilannya di beranda fb sy. Pula, sy memahami bagaimana rasanya saudara kita yg telah sekian tahun menikah, tapi belum diamanahi seorang anak. Bagaimana perasaannya ketika yg ia lihat tiap hari di beranda fb nya adalah postingan foto foto lucu anak-anak teman atau bahkan adik angkatannya yg telah dikaruniai dua atau tiga putra. Kawan-kawan yg tengah asyik membagikan cerita "anakku sudah pintar begini, begitu, dsb."

Semoga kita dikaruniai kerendahan hati dan kebijaksanaan untuk menggubah kabar gembira dan karunia yg kita dapat sebagai sarana yg menambah pengharapan baik bagi saudara kita yg belum mendapatkannya. pula mengingatkan akan kesyukuran bagi yg sedang atau lebih dahulu mendapatkannya.

Begitu pula, manjadi kewajiban kita yg telah lebih dulu menjejaki dunia rumah tangga untuk membantu saudara kita yg blm menikah, untuk terus berpengharapan baik. Serendah-rendahnya bantuan kita pd mereka, yakni menjaga hati mereka agar jgn sampai bahagia kita memadu kasih dgn pasangan, menelangsakan mereka yg telah keras berikhtiar namun belum juga mendapatkan nikmatnya pernikahan. Biarlah kemesraan menjadi madu manis untuk kita dan pasangan. Karena sungguh berbeda antara berbagi hikmah dan memamerkan kemesraan rumah tangga kita..

Sederhananya...membagikan kabar bahagia secukupnya, menampakkan karunia yg sedang kita punya secukupnya pula. Serta menyertakan satu dua kalimat yg menghadirkan pengharapan baik dan mengundang kesyukuran bagi orang lain yg membacanya (terkhusus posting di medsos).

Wahai diri, tersebab kemurahan Allah lah engkau berpunya aneka karunia dan nikmat. Pantaskah engkau berbangga dan jumawa pada orang lain yg belum peroleh kenikmatan yg sama?

#selftalk

--Iva Wulandari, 2014

Awal Nge Blog

Belum maksimal sih scrolling wall-nya grup Kumpulan Emak Blogger di facebook. Bulan lalu saya dapat notif ditimpukin Libster Award sama salah satu emak anggota grup. Karena belum sempat nulis, belum saya balas, eh gilirannya udah mau nyari postingan para emak udah ngebanjirin grup. Luar biasa para emak ini, posting hampir tiap hari. 

Karena engga nemu, kali ini saya mau berbagi cerita sejak kapan saya nge-blog. Well, ini salah satu pertanyaan yang diajukan si emak di antara pertanyaan lainnya. Lagipula saya belum pernah menceritakannya kan? Ahaha mungkin engga penting bagi sebagian orang, tapi ini cara saya merekam jejak :-) 

Nah sesuai arsip yang ada, saya udah mulai aktif nge blog di blogspot sejak tahun 2007 yang artinya ketika itu saya berusia 17 tahun. Awal pembuatan akun di blogspot adalah bagian dari percobaan saya mempraktekkan apa yang saya baca di majalah. Fyi, hampir setiap minggu saya membeli majalah - majalah bekas di sebelah Swalayan Pinang Lestari. Lumayan, untuk kantong anak sekolah yang cuma dapat sekian ribu dari orang tua buat jajan. Setelah dipotong uang transportasi, uang itu saya simpan buat beli majalah. 

Ketika itu selain aneka yess! majalah remaja yang informatif menurut saya (yang isinya ga cuma iklan dan berita artis) adalah keren beken dan teen. Eh ini disebut apa? Mungkin bukan majalah tapi tabloid. Di Teen, ada kolom informasi tentang teknologi dan internet. Di sinilah saya mendapatkan informasi tentang blogger.com

Pada suatu kesempatan, pulang sekolah  bersama teman - teman kami pergi ke warnet. Nah, selain memeriksa friendster (medsos yang populer saat itu) saya mulai membuat blog melalui blogspot. 

Di awal pembuatannya bahkan sebenarnya hingga kini saya ingin menjadikan blog ini sebagai catatan warisan yang bermanfaat, untuk siapa saja. Selain itu tentunya juga menjadi catatan harian. 

Orang - orang ga akan bikin sebuah situs pribadi kalo engga suka nulis. Well, ini di luar alasan dan kebutuhan seorang publik figur ya. Yang saya pahami hari ini adalah seseorang bisa terkenal melalui tulisan dan bila ingin mengenal karakter seseorang lihatlah bagaimana cara ia menulis. 

Karena itulah hingga hari ini blog ini saya tujukan buat mereka yang ingin mengenal saya. Ahaha bukan apa - apa saya menyadari bahwa ada orang - orang yang ingin mengenal saya baik sebagaimana saya juga ingin berkenalan dengan orang - orang. Blog merupakan sarana yang bisa memudahkan itu. 

Selain itu nge blog adalah cara saya untuk menyampaikan sesuatu yang baik yang mungkin bisa menginspirasi orang lain. Yang bisa membuat seseorang menjadi lebih baik, untung - untung mendapat hidayah dan kebaikan lainnya. Siapa sih yang ga mau jadi jembatan buat kebaikan orang lain. Kalo bicara soal pahala atau imbalan yang kita dapat engga main - main. Dijamin langsung sama Allah SWT, ganjaran yang besar, lebih besar dari langit, bumi dan seisinya. 

Juga, semangat nge blog ini terus tumbuh mengingat tiga hal yang ga akan putus saat kematian datang menjemput saya. Sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan doa anak sholeh. Hari ini saya berpikir mana dari ketiga hal itu yang paling mungkin bisa saya lakukan. 

Berhubung saya adalah seorang yang belum menikah dan punya anak, tentu saya tak bisa mengharapkan akan ada anak - anak sholeh yang akan doain saya saat saya mati kelak. Berharap banyak pada murid - murid semoga mereka masih mengingat saya sebagai gurunya. 

Kemudian, untuk sedekah jariyah, saya menyadari bahwa saya bukanlah seorang yang memiliki banyak harta. Karena itulah, saya mengambil poin ilmu yang bermanfaat. Sadar atau tidak bagi kita yang masih meneruskan tradisi membaca, menulis dan berdiskusi adalah termasuk golongan orang - orang yang menggali ilmu. 

Orang - orang ini adalah orang yang berilmu, meski ilmu yang kita punya tingkatannya beda - beda, toh alhamdulillah kita masih berada dalam golongan itu kan. 

Ketika ilmu yang kita dapatkan dituliskan, ada satu harapan besar tulisan itu akan dibaca kemudian bernilai kebaikan dan diamalkan oleh orang yang membaca. Nah, sadar atau tidak, kebaikan kita akan bertambah. Teruuuus bahkan saat nyawa tak lagi di badan. 

Dalam perjalanannya, untuk terus menulis di blog memang tak mudah. Ada kendala yang saya hadapi seperti tidak adanya ide untuk menulis, tak punya waktu luang untuk menulis, terbatasnya kuota, tak ada waktu untuk ke warnet atau laptop yang bermasalah. Meski demikian, saya selalu mengingat bahwa ini adalah rekam jejak saya. Bagaimana pun tak akan ada orang lain yang akan menulisnya selain saya sendiri. 

Oh ya blog ini pernah saya anggurkan selama hampir setahun karena kegiatan sekolah yang begitu padat jelang ujian nasional. Ditambah lagi saya juga lupa apa password nya hehehe... Nasib baik setahun kemudian ingatan itu kembali :D 


Jilbab Versi Quran

Berjilbab itu sudah baik, ikut perintah Allah SWT. Nah yang masih belum kita ketahui adalah jilbab versi Al Quran itu yang pegimane.

1. Menutupi seluruh tubuh kecuali muka da telapak tangan
2. Menutupi dada
3. Tidak ketat, tidak memperlihatka bentuk tubuh
4. Tidak tipis dan transparan
5. Tidak menyerupai pakaian laki - laki
5. Tidak mencolok dan menarik perhatian

Semoga kita senantiasa berusaha lebih baik

Tuesday, 12 August 2014

Mimpi Ini Mengerikan

www.duniadigital.net
Sungguh mimpi yang mengerikan dan tak pernah saya berharap akan mengalaminya di kehidupan nyata. Mungkin karena tidur dalam cara yang tidak benar, karena itu dua hari belakangan mimpi mengerikan berturut - turut mendatangi dan menghiasi tidur. Mungkin juga karena beberapa hal yang saya baca dan lihat beberapa hari yang lalu. 

Menjadi salah satu saksi kecelakaan naas tak pernah menjadi impian. Mungkin karena kecelakaan di batu 8 beberapa hari yang lalu yang menewaskan seorang laki - laki. Gambar kepala pecahnya yang beredar di sosial media sepertinya masuk ke dalam alam bawah sadar saya sehingga memimpikan hal yang sama. Atau cerita sepupu tentang kecelakaan di Senggarang yang juga menewaskan sebuah keluarga. Ditabrak oleh lori besar pengangkut bauksit. Sang bapak terlempar ke lori yang satu, sementara si anak terlempar ke jalan dan berakhir dengan dilindas oleh lori bauksit dari arah yang berlawanan.Ahhh darah yang begitu banyak tergenang. 

Malam tadi, itu pula yang menjadi penghias bunga tidur saya. Berada di persimpangan lampu merah, ikut antri menunggu lampu hijau berpendar. Di arah yang berlawanan sebuah motor juga sedang menunggu giliran yang sama. Tiba - tiba muncul lah truk pertamina berwarna merah putih dari belakang yang sudah oleng. Si supir tampaknya berusaha sekuat mungkin untuk mengendalikan stir. Apa daya, terlambat. Truk menabrak motor kemudian membanting stir ke kiri dan berakhir dengan melindas seluruh tubuh pengendara motor. Ak!!! 

Saya ingin bangun karena tak sanggup melihat darah dan kondisi orang itu, tapi tak bisa. Orang yang dibonceng seperti masih bernasib baik karena hanya mengalami luka di bagian paha, tapi luka - luka itu tetap terlihat mengerikan dengan darah yang tak berhenti mengalir. Sementara itu truk penabrak melarikan diri ke jalan lain. 


Wednesday, 6 August 2014

Mikir Mikir: Aktivis Hizbut Tahrir tak Paham Demokrasi

Mikir Mikir: Aktivis Hizbut Tahrir tak Paham Demokrasi: Oleh: Sigit Kamseno Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Saya ingin mengawali tulisan ini dengan mengucapkan terimakasih ata...

Monday, 4 August 2014

Pertama Kali ke Numbing

Apa kabar? Jangan lupa untuk senyum dan bahagia ya :) 

Pagi itu saya menerima berita duka meninggalnya ayah Rahayu, innalillahi wa innailaihirojiuuun... Kabar ayahnya sakit sudah lama kami dengar, sempat ingin menjenguknya ketika tour de Batam, tapi belum kesampaian. Awal April 2012 saya terima sms. Setelah berpikir beberapa orang ikhwan saya smsi termasuk Usup, adik saya. Ngajakin mereka untuk pergi melayat ke rumah Ayu yang letaknya di Pulau Numbing. 

Saya tak meng-sms akhwat karena saya pikir ini jam kerja, dan kurang yakin mereka bisa ikut karena lokasinya cukup jauh.

Pukul 10.30 WIB sudah ada yang mengkonfirmasi dan setuju untuk pergi bareng dan ketemuan di pelabuhan Barek Motor, Kijang. Saya, Usup, Yasril, Wira, Apriandi dan Hatta. Kami naik kapal kayu tanpa tahu apa itu pulau Numbing. Ongkos kapalnya Rp. 10.000,- dan lama perjalanannya bikin kami melongo, yaitu hampir 1 jam. Wah ini udah sama kayak ke Batam. Kami berangkat sekitar pukul 12 siang, tepat sebelum azan Zuhur. 

Ini pertama kalinya kami berempat pergi ke Numbing. Selain Ayu, kader KAMMI yang juga berasal dari sini adalah Heryandi. Dalam perjalanan, saya rasa ombaknya tidak terlalu besar karena kapal bergerak biasa. Tidak seperti yang saya alami saat ke Pangkil, beberapa ibu hampir copot jantungnya karena kapal meloncat cukup tinggi karena ombak dan air sempat masuk.

Satu jam kemudian kami tiba di Numbing, waaah banyak juga rumah di tepi pulau dan tepat di atas laut. Nampaknya anak - anak di sini sering mandi di laut, senangnyaaaa.... 

Saya kira tempat kapal berhenti adalah pelabuhan, ternyata itu adalah rumah penduduk, tepatnya kedai Cina yang rupanya biasa digunakan sebagai tempat lalu lalang orang yang baru datang. Pelabuhan lainnya tak jauh dari sana, mungkin karena di sini sekalian menurunkan barang - barang dagangan. 

Hujan turun dengan lebat sekali hingga kami tak bisa langsung pergi ke rumah Ayu, mesti berteduh sejenak di depan kedai tadi. Beberapa orang juga ikut berteduh dengan kami. Karena saya perempuan sendiri, saya mengambil tempat berteduh agak jauh dari anak laki - laki. Pengennya gabung tapi tempatnya kecil sekali -_- jadilah selama hampir 15 menit saya bengong sendirian sementara mereka ketawa - ketawa di sana. 

Begitu hujan perlahan menjadi gerimis, kami pun melangkah menuju rumah Ayu yang ternyata tak jauh dari pelabuhan. Jalanannya bersih, dekat laut ada beberapa kapal kayu dan sampan milih warga yang ditambatkan. 

Saya sempat bertanya pada salah seorang warga, jam berapa kapal terakhir menuju Kijang. 

"Waah tadi siang itu kapal terakhir, ke Kijang lagi besok pagi sekitar jam 7" 

Seketika saya beku di tempat dan berpandangan dengan anak - anak itu dengan ekspresi terkejut kami masing - masing. 

Tapi karena rumah ayu sudah kelihatan, kami simpan dulu masalah tersebut. Saya lihat ada banyak orang di rumah ayu. Seperti biasa ada kursi untuk para pelayat. Begitu tiba di sana, kami berpisah. Usup, Yasril, Apriandi, Wira dan Hatta bergabung dengan para lelaki dan saya menuju pintu belakang. Ah, di sanalah baru saya mengutuk diri kenapa tak mengajak teman perempuan. 

Apa yang harus saya lakukan? Saya tak berpengalaman dan sangat kaku untuk menghibur seseorang ataupun berbaur dengan orang - orang. Ya sudahlah, sudah sampai di sini mau apalagi. 

Ketika bertemu Ayu, saya jadi ingat Widya di hari ibunya meninggal karena kecelakaan beberapa tahun lalu. Saya akui, kedua orang ini sangat tegar di hari meninggalnya orang tua mereka. Air matanya seolah - olah sudah kering, yaa benar - benar kering, hanya meninggalkan merah bekas menangis. 

Sesungguhnya setelah kesulitan ada kemudahan, janji Allah bagi orang - orang yang tertimpa musibah. 

Di dalam rumah, saya duduk sebentar dan ngobrol dengan beberapa tetangga. Ayah ayu meninggal karena sakit. Yaaa kami dengar kabar ayahnya dirawat di Batam, saya rasa cukup lama juga. Semoga amalan beliau diterima Allah SWT serta anak dan istrinya senantiasa mengirim doa. 

Kami sempat sholat di salah satu mesjid di pulau itu. Kecil dan bersih. Sebelum menuju pelabuhan, kami sempatkan mengambil jalan mengitari lingkungan pulau Numbing. Waah ada pabrik karet rupanya di sini, para pekerja pabrik diberi lingkungan tersendiri. Lingkungannya apik, masih teduh dan banyak pohon yang rimbun. 

Karena sudah sore, kami pun berjalan menuju pelabuhan sembari ngobrol satu sama lain. Kadang mereka bikin tingkah yang sukses bikin saya tertawa. Tiba di pelabuhan, betul betul kosong. Tak ada seorang pun yang berdiri di sana. Duh!

Kami baru ingat kalo sore itu tidak akan ada kapal ke Kijang. Dengan sikap optimis kami mengiyakan informasi dari warga dan duduk di pelabuhan sambil menunggu kapal yang lewat, mana tahu bisa kami tumpangi. 

Harap harap cemas kami duduk santai di bangku - bangku semen sambil memicingkan mata mengawasi laut dengan harapan ada kapal lewat. Tiba - tiba dari arah yang berlawanan dengan kami datang tadi, lewatlah sebuah kapal kayu yang lebih kecil dari yang kami tumpangi sebelumnya. Secara otommatis kami pun berdiri dan salah satu dari kami melambai pada bapak - bapak itu. 

Betapa kecewanya kami ketika tahu bahwa beliau adalah warga pulau seberang yang baru saja akan pulau -_- kami pun duduk kembali. Huft.... 

Selagi menunggu ada saja hal - hal yang kami lakukan. Sebenarnya saya lebih memperhatikan apa yang anak - anak itu lakukan. Saya pikir, ada banyak momen di mana hanya saya sendiri perempuan di mana yang lainnya laki - laki, tapi kali ini sedikit berbeda. 

Kami membicarakan hal - hal aneh. Tentang diri masing - masing, tentang kampus, tentang teman lain, keluarga dan hal - hal menarik. Sering kali saya tertawa mendengar lelucon mereka. Melalui percakapan - percakapan itu saya sedikitnya mulai mengenal anak - anak itu. 

Saya baru tahu kalau Hatta punya adik perempuan yang kuliah di Jakarta. Kenapa? Ahahaha itu karena dia menelpon adiknya di depan kami. Karena bosan menunggu, Hatta mulai bertanya siapa yang punya pulsa atau bonus telpon lebih. Yang beruntung adalah Yasril. Cukup lama juga hape Yasril dipakai untuk menelpon adiknya itu. 

Hatta mulai memarahi adiknya supaya baik - baik di sana dan menyuruhnya untuk masuk KAMMI. Sayang, di kampus adiknya KAMMI tidak diperkenankan karena sudah ada Muhammadiyah di sana. Yaa tidak apa - apa yang penting baik dan tidak menyesatkan. 

Tak terasa hari sudah semakin sore, kami mulai galau akan ketiadaan kapal yang benar - benar tidak ada. Kata salah seorang warga mungkin kami bisa pulang dengan memakai kapal carteran seharga Rp. 300.000,-. Mendengar harga itu saya sudah sangat nyerah karena memang hanya membawa uang seadanya. 

Sampai Maghrib tiba kami masih belum beranjak dari pelabuhan. Nampaknya anak - anak ini pun tak bawa uang. Hhhh kami pikir ke Numbing sama dengan ke Penyengat. Modal 10,000 sudah bisa pulang, ternyata kami salah. 

Kami semakin grasa grusu. Mau pulang ga ada kapal, ga ada uang. Masak mau nginap di rumah ayu. Orang lagi ketimpa musibah masak kami harus merepotkan dengan menginap di sana. Hatta juga bertekad sekali untuk pulang karena besok dia ada ujian. Beuh anak ini pengen pulang tapi dia tak bawa duit -_- Begitu pula Apriandi, WIra dan Yasril. Usup kayaknya santai - santai aja. 

Daaaaaaaan pertolongan pun datang. Taraaaaaaa...... 

Sekitar pukul 7 malam, datanglah seorang laki - laki keturunan Cina dengan motor beatnya. Bruummmmm ia parkirkan motor tepat di tepi pelabuhan. Kemudian dia duduk bersama kami. Rupanya bapak ini juga ingin ke Kijang. Wah, sama ini. Saya harap ada kapal yang mau mengantar kami dengan ongkos terjangkau. Lumayan kan 7 orang dan 1 motor. 

Pucuk dicinta, ulam pun tiba. Muka kami begitu sumringah saat ada warga yang bersedia mengantar dengan pompongnya dengan ongkos sekitar 250-300 ribu rupiah. Langsung saja kami merogoh kocek dalam - dalam. 

Karena si bapak Cina bawa motor beliau bersedia untuk membayar lebih dan kami membayar sisanya dibagi untuk 6 orang. Lumayan. Yang paling banyak membawa uang saat itu adalah Wira sekitar 100,000,- duh memang kami ini kocek mahasiswa. Apriandi sendiri mengeluh karena ia tadi tak sempat narik uang di ATM. Yaaa kan ga ada yang nyangka bakal gini jadinya. 

Tiba - tiba ayu datang bersama abang dan beberapa sepupunya ke pelabuhan. Mereka meminta kami untuk menginap. Tapi karena sudah dapat kapal kami pun menolaknya. Meski demikian, ayu minta kami balik lagi ke rumah untuk makan malam dulu. 

Aduuuuh malunya kami pada saat itu. Mau melayat eeeh malah ngerepotin yang dilayat. Akhirnya kami pun balik lagi ke rumah ayu dan makan di sana. Sungguh, ketika itu saya benar - benar malu, anak - anak itu pun begitu. Tapi tampaknya hilang karena perut yang memang sangat kelaparan karena kami juga tak makan siang. Krrriiiiiuuukkkk..... 

Selepas isya pemilik kapal, oke ga pantes saya sebut kapal karena ini sebenarnya adalah POMPONG, sudah siap untuk mengantar kami pulang. Sebelum pulang kami berpamitan pada ayu dan keluarganya. Di pelabuhan, saat bersalaman dengan ayu tiba - tiba dia menyelipkan uang kertas ke tangan saya sejumlah 250ribu. Aaaaaaaakkkkk tolooooooong, kami sungguh malu. 

Saya bersikeras menolaknya karena kami tak ingin membebani keluarga yang sedang kena musibah. Tapi ayu pun bersikeras memberikannya dengan alasan mana tau kami butuh biaya tambahan untuk pompong. Karena dikatakan begitu saya terima uangnya karena kami memang sudah tidak punya uang lagi sepeser pun -_- 

Saat saya beritahu anak - anak lain tentang uang itu, "Yaaa macam mana lagi, Kak"  Sesampai di Pinang saya bertekad akan mengembalikan uang itu. Dan memang kami sama sekali tak memakainya. Uangnya pun sudah saya kembalikan.

Sekitar pukul 8 malam kami bertolak ke pelabuhan Barek Motor, Kijang. Ou maaaan, ini benar - benar menegangkan. Pompong yang kami tumpangi benar - benar kecil dan tanpa atap. Layak saya sebut ini sampan dengan mesin kecil di belakangnya. 

Malam itu kami pulang mengarungi lautan. Saya merasa ini sungguh mengerikan karena jika kami tenggelam atau kapal terbalik entah siapa yang akan menolong. 

Tapi ternyata perasaan itu hanya sebentar. Belum setengah perjalanan kami mulai menikmati angin laut yang langsung kami rasakan. Melihat langit dari tengah laut dan pulau - pulau di sekitarnya serta beberapa kapal barang dan lainnya. Masya Allah momen itu begitu menyenangkan dan saya mensyukurinya. 

Saya diberi kesempatan untuk melakukan perjalanan dengan anak - anak ini, mengenal mereka, menjejaki pulau Numbing, naik sampan malam - malam, merasakan pertolongan Allah dan berkenalan dengan bapak cina yang menyenangkan. 

Alhamdulillah malam itu angin tidak nakal sehingga sampan kami bergerak tanpa menghadapi ombak tinggi. Sekitar pukul 9 kami sampai di Kijang dan kembali bersyukur bahwa motor yang kami parkir (sembarangan) masih ada di tempatnya utuh bersama helm. 

Dalam perjalanan pulang ke Tanjungpinang, bapak Cina menunjukkan rumahnya pada kami, tepat di tepi jalan. Beliau mengajak kami untuk singgah, tapi karena sudah malam dengan berat hati kami tak bisa mampir dan meneruskan perjalanan ke Tanjungpinang. 

Saya tak menceritakan perjalanan ini ke ibu sesegara mungkin karena khawatir besok - besok kami tak boleh lagi ke mana - mana. Tapi cerita ini sudah saya ceritakan dan ekspresinya hanya datar hahahha.... 

Alhamdulillah, sampai jumpa di perjalanan berikutnya.

Saturday, 2 August 2014

Berita di Batam Pos

Noni Lela Kasenda, 72, mengadu ke Mapolsek Sekupang, Jumat (1/8) siang.  Ia mengadukan tetangganya yang bernama Eva, 30, dengan tuduhan telah menganiaya dirinya.

Noni mengadu Si Eva  memukul kepalanya dengan menggunakan panci.
Pemukulan tersebut, menurut Noni, dilakukan Eva pada hari Senin (28/7) malam atau tepat hari raya pertama saat dirinya sedang membeli nasi di warung.


gambar ilustrasi
Berita yang saya baca di portal Batam Pos dengan judul Nenek 72 Tahun Cekcok dengan Tetangga Umur 30 Tahun sebenarnya adalah kejadian yang sudah biasa kita lihat sehari - hari. Hehehe bukan bermaksud untuk bilang bahwa pemukulan terhadap nenek - nenek berusia 70-an adalah pemandangan harian, tapi perkelahian antar perempuan seperti berita di atas :) maaf ya pemirsaaa.....

Saya ga fokus pada isi beritanya. Begitu membaca berita ini yang pertama kali saya bayangkan adalah wartawannya. Memasang berita seperti ini di media, baik cetak maupun online bukan lagi suatu hal yang dianggap unik (menurut saya) karena masih ada berita yang lebih unik. 

Suatu malam ada kesempatan berbagi cerita dengan beberapa teman di sebuah kedai makan. Waah awalnya saya ragu untuk ikut karena laki - laki semua. Namun, karena sudah diajak dan perut memang lapar, saya pun ikut. 

Malam itu kami ngobrol ngalor ngidul, lompat dari topik yang satu ke topik yang lainnya. Lebih banyak membahas masalah pekerjaan, padahal pekerjaan kami beda - beda, hanya dua orang yang sama. Tapi di satu titik kami bertemu, yaa masing - masing kami pernah mencoba untuk menjadi jurnalis. 

 Ketika itu salah satu teman saya yang masih berprofesi sebagai wartawan berbagi cerita yang membuat saya membayangkan wartawan Batam Pos saat menulis berita pemukulan nenek tadi.

Saat proses pencarian berita dan terkejar deadline, terkadang beberapa wartawan lebih memilih nongkrong di kantor polisi untuk dapatkan berita. Cara ini tentu lebih mudah karena wartawan cukup bertanya pada polisi kasus apa yang dilaporkan hari itu dan informasi yang bersangkutan. Jika dikira cukup layak untuk dinaikkan jadi berita segera tulis dan kirim ke kantor dengan redaksi judul yang menarik dan unik. 

Nah inilah yang membuat saya membayangkan wartawan Batam Pos saat menulis berita tersebut. Well, good job. Saya selalu menyukai para wartawan, terutama mereka yang mau menuliskan berita - berita benar. Bukan berita bohong yang membuat masyarakat salah pandangan akan suatu masalah.