Saturday, 29 November 2014

Kenapa Kita Hidup di Zaman Ini?

*catatan pertemuan sekolah peradaban 
"Ilmu itu ialah mengenal dan beramal. Pelajari semua ilmu yang kau sukai tetapi ingatlah bahwa Allah tak akan memberi manfaat dari ilmu itu sebelum engkau mengenalkannya terlebih dahulu" (Mu'adz bin Jabal)

Gara-gara whatsapp ga aktif hampir aja kehilangan momen buat hadir di sekolah peradaban. Tapi rupanya masih dapat kesempatan sih untuk hadir walo harus telat satu jam. Konsekuensinya emang agak ketinggalan dari awal. Harus disyukuri dulu karena engga banyak yang bisa hadir, walopun kaya sih jarkomannya udah nyampe ke mana-mana.

Untuk menuliskan ini aku rada bingung sih mau mulai dari mana karena menurut pendapatku ini udah kayak kajian buku Risalah Pergerakan-nya Imam Hasan Al Banna. Jadi inget ketika dulu disuruh untuk baca dan presentasikan buku itu. Karena kurang persiapan dan ga baca sampe habis, akhirnya kuambil aja sedikit bagian yang menurutku adalah hal penting. Eh ternyata kata ustadznya, "Yang antum bahas itu cuma kulitnya". Nge-jleb banget. Gara-gara itu aku dikasih seabrek daftar buku bacaan yang ikhwan banget -_- alhamdulillah salah satu buku, Konsep Pemikiran Gerakan Ikhwan berhasil ku-copy dari Kak Luluk (kamsahamnida, eonnie).

Walo belum kelar bacanya tapi kupikir ini buku ngebahas pemikiran yang panjang banget. Isinya sih tentang 10 rukun baiat (arkanul bai'ah). Tapi buseeet, ngebahas al fahmu aja udah makan setengah buku. Ngebahas al fahmu lengkap dengan 20 prinsip yang harus dipegang. Sisanya, dari al ikhlas sampe tsiqoh ga begitu banyak penjelasan. Duh malah jadi ngomongin buku.

Jelang maghrib, ustadz nya nanya ke peserta : KENAPA KITA DIPILIH ALLAH UNTUK HIDUP DI PERIODE KEEMPAT?

Ohohoo sebelumnya disampein tentang periode umat Islam yang udah diprediksi Rasulullah SAW menjadi 5 periode : 


1. Periode kenabian, di mana di zaman ini Rasulullah SAW masih hidup sehingga semua permasalahan bisa ditanyakan langsung ke Rasul. Kalo ada pertanyaan, bahkan di antaranya banyak yang langsung dijawab sama Allah SWT melalui firmanNya. Dalam Al Quran biasanya ditandai dengan kalimat yas aluunaka. Aku ingetnya surah Al Anfal ayat 1 sih tentang harta rampasan perang. Trus ayat tentang zhihar di surah Al Mujadalah (yang ini mohon koreksinya ya, kawan).

2. Periode kekhalifahan, yaitu di zaman kepemimpinannya khulafaur rasyidin yang empat; Abu Bakar Ash Shiddiq, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib. Nah, ada satu lagi nih khalifah yang oleh para ulama hampir disamakan dengan para khulafaurrasiyidin, yaitu Khalifah Umar bin Abdul Azis yang ga lain adalah cucunya Umar bin Khattab. Gimana ga nyama-nyamain khalifah sebelumnya, di zaman Umar bin Abdul Aziz memimpin, zakat itu sampe diekspor keluar saking sulitnya mencari orang yang berhak nerima zakat alias udah pada sejahtera.

3. Periode raja yang menggigit, nah ini sih bentuknya masih kaya khalifah gitu cuma mereka berlaku seperti raja yang menggigit. Kenapa menggigit? Soalnya pemerintahnya represif. Orang-orang yang berbeda pendapat dan mengkritik pemerintah langsung dibasmi. Ouch, jadi inget orde baru (orde lama juga sih sampe sekrang hehe). Di zaman ini ada ulama seperti Ibnu Taimiyah yang juga ngerasain penjara dan Imam Hambali. Periode ini berakhir ketika Turki Utsmani runtuh (karena gerakan sekuler).

4. Periode raja yang zalim, yang berlangsung dari tahun 1924 M sampe waktu yang ga bisa diprediksikan karena kita sedang hidup di zaman ini. Wowww kebayang dong gimana tanda-tandanya. Kita hidup di masa di mana para pemimpin menindas orang-orang yang dipimpinnya alias zalim. Kapan ini berakhir? Entahlah, tergantung umat Islam sih

5. Periode khilafah yang kembali pada kenabian, di sinilah masa kejayaan umat Islam berabad-abad lalu akan kembali. Makmur, adil sejahtera bakalan jadi hal yang biasa. Periode ini juga menandakan akan telah dekatnya hari kiamat itu. Mau hidup di zaman ini? :)

Nah balik lagi ke pertanyaan tadi. Kenapa Allah milih kita buat hidup di zaman yang penuh kezaliman ini? Padahal kalo boleh milih nih, kita tuh maunya hidup di periode yang kedua kalinya di mana seluruh aspek kehidupan telah mendapat perlindungan dan dijamin oleh negara. Atau periode pertama biar bisa ketemu Rasulullah SAW dengan konsekuensi mesti punya jiwa jihad yang ga ada matinya.

Beberapa peserta menjawab. Ada yang bilang karena kita adalah umat terbaik, kuntum khoiru ummat ukhrijat linnas (tebak deh itu surah apa dalam Quran). Dari peserta lainnya bilang, inilah bentuk kasih sayang Allah pada kita yang ngasih kesempatan untuk hidup di masa yang membutuhkan komitmen tinggi untuk berislam sehingga balasan yang diberikan pun setimpal pula. Kalo menurutmu, kenapa?

Well, well, apa pun jawabanmu intinya cuma dua. Kita hari ini punya dua pilihan dalam hidup. Menjadi bagian dari masalah atau menjadi bagian dari solusi.

Gimana engga, dengan adanya raja-raja zalim, hari hari indah kita langsung penuh masalah. Mulai dari masalah politik, sosial, ekonomi, pertahanan negara, keluarga sampe akhlak anak muda. Seeeemua adalah masalah.

Coba di cek, sebagai kader dakwah, manakah posisi kita dalam menghadapi high level competition and contribution alias menimbang kompetisi dan kontirbusi kita di lingkungan masing-masing :
1. Adanya diharapkan, tiadanya dicemaskan (excellent person)
2. Adanya diharapkan, tiadanya biasa aja (ordinary person)
3, Ada dan tiadanya sama aja (ghost)
4. Adanya dicemaskan, tiadanya diharapkan (extra dreadful person)
Nilai diri masing-masing deh apakah itu di rumah, di sekolah/kampus/kantor, lingkungan tetangga, organisasi dll. But, penilaian terbaik tentang ini adalah nilai yang keluar dari orang lain. So tanya mereka ya ;)

Imam syahid Hasan Al Banna udah berpesan (pake sambel) untuk ngebanyakin aktivitas di masyarakat agar mereka bahagia. Hmm rupanya di periode ini banyak masyarakat kita ga bahagia, mungkin termasuk kita. Ih jangan sampe lah ya. Kebahagiaan itu bersumber dari keyakinan pada Allah, jika hari ini kita ga bahagia, hmmm tanyakan keyakinan hati ini pada pemiliknya ya.

Penjelasan selanjutnya rada bersifat internal sih buat aku. Silahkan tanya via inbox.

Karena kita bertekad untuk menjadi bagian dari solusi, maka dakwah harus lebih gencar. Salah satunya dengan melihat peluang dakwah seperti apa yang kita miliki di lingkungan masing-masing. Jadikan seluruh aktivitas punya nilai dakwah.

Kita diharapkan untuk jadi kader robbani. RObbani apaan sih? Bukannya itu merk jilbab yang dipake Fatin? *sori gagal fokus -_-
Dalam QS Ali Imran ayat 109 udah jelas banget apa makna dari robbani. Kader robbani adalah kader yang : 


1. menguasai ilmu agama (nah ini sifatnya fardhu 'ain, wajib alias kudu dikerjain semua muslim tanpa terkecuali)


2. menguasai ilmu profesi, nah di tahap ini dia belajar untuk mengelola dirinya sendiri agar menjadi seorang yang profesional


3. menguasai ilmu manajemen, setelah lulus tahap dua, selanjutnya adalah mengelola orang lain. Misalnya yang dulunya guru, harus udah bisa jadi kepala sekolah.


4. menguasai ilmu kebijakan publik, baik formal, nonformal maupun informal. Udah wilayah politik eitsss bukan cuma politik praktis ya, ga usah berpikiran sempit seolah-olah politik cuma ngomongin masalah partai. Di level ini, kader robbani yang udah mumpuni jadi kepala sekolah, setidaknya memproyeksikan diri menjadi kepala dinas di mana kebijakannya tidak hanya mempengaruhi satu sekolah tapi seluruh sekolah di wilayah tersebut. Atau jadi camat dan lain sebagainya yang berhubungan dengan kebijakan publik. Anggota dewan juga boleh deh :D

Karena tujuan kita adalah menjadi kader robbani, makanya ga ada yang namanya anak bodoh. Yang ada sih cuma anak yang belum dapat kesempatan untuk bertemu dengan guru yang baik. Kita yang guru, mentor, dan murobbi mesti instropeksi juga, apakah kita sudah masuk dalam kategori baik?

Selanjutnya peserta disuguhi tayangan mengenai guru yang baik, diilustrasikan dari salah satu film terbaik Hollywood, FACING THE GIANT. Bercerita tentang team (aduuuh apa itu ya nama olahraganya, apa rugby? Mereka pake seragam yang bikin bahunya gede dan permainannya sampe ngimpit pemain lain) yang kalah berkali-kali. AKhirnya pelatih mereka diganti.

Si pelatih bukannya ngajarin teknik permainan yang canggih, tapi doi pake pendekatan spiritual. Mental juara para anggota tim dibangun habis-habisan. Walo kerasa rada kejam, tapi usaha pelatihnya sukses berat. Slogan, kamu pasti bisa!!! Kata ustadznya, film ini bagus banget.

Tapi aku lebih tertarik sama tayangan berikutnya bagaimana sebuah perjuangan membutuhkan pengorbanan dan strategi yang benar. Diambil dari cuplikan serangan tentara Jepang ke Amerika, tepatnya di Pearl Harbor, sesuai dengan judul filmnya.

Bagian ini aku tulis berikutnya ya, karena bisa jadi panjang banget. Selain ini film favorit, juga film pertama yang dikasih hikmah dibaliknya.

Well, sebagai penutup mari mengutip kata terakhir
Impian itu menghendaki perjuangan.
Perjuangan butuh pengorbanan
dan pengorbanan menghendaki komitmen
sebesar kesibukanmu karena Allah, maka sebesar itu pula kesibukan orang lain untukmu (Al Mughirah bin Syu'bah

Semoga bermanfaat dan mohon kritik juga saran untuk perkataan yang kurang berkenan

*ada dua kisah inspiratif mengenai Tri Mumpuni dan produsen pengusaha Ahmad Fanani yang dijelaskan oleh ustadz, silahkan mencari informasinya

Wednesday, 26 November 2014

Menangkap dan Melempar

Kupikir anak-anak Pinang Hijau, terutama yang tinggal di blok C-C4 sudah kehilangan tempat bermain mereka. Sejak lapangan disulap menjadi lapangan badminton jarang sekali ada anak-anak berkumpul di sore hari atau hari libur untuk sekedar bermain. Tapi rupanya masih ada generasi penerus kami yang menghabiskan waktunya untuk menangkap ikan dan belut di parit.

Melihat mereka siang ini kupikir sejak dini mereka harus belajar menangkap dan melempar. Mengapa? Karena begitu mereka menginjak usia 6 tahun dan punya teman sepermainan lebih banyak, tanpa disadari mereka, terutama anak laki-laki akan terjun ke parit dan sejenisnya untuk berlatih menangkap ikan :D

Aku ingin mengungkapkan sedikit pendapatku tentang dua kegiatan sederhana ini sebelum aku mencari faktanya dari sumber yang mendukung. Ketika beberapa waktu yang lalu aku beraktivitas sebagai guru TK, tiap hari kami harus mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan anak, aktivitas pendukung, psikologi anak, cara menjadi guru yang baik dan sebagainya.

Sekolah kami memiliki tiga kelas yang terdiri dari satu kelas PAUD untuk anak usia 3-4 tahun, TK kecil untuk usia 4-5 tahun dan TK besar untuk usia 5-6 tahun. Dari ketiga kelas ini aku diamanahkan kepala sekolah untuk berada di TK besar. Alhamdulillah tidak di dua kelas lainnya karena sepertinya aku tak sanggup untuk menghadapi anak-anak seusia itu.

Begitu kuperhatikan saat para berkumpul untuk membuat satuan kegiatan harian, ada beberapa hal yang harus diajarkan pada anak-anak di usia tertentu, salah satunya adalah menangkap dan melempar. Seingatku dua hal ini ditekankan pada anak usia 4-5 tahun.

Menurutku kepala sekolah meletakkan kelas ini di bawah, selain sisi keselamatan, adalah agar mereka bisa bebas melakukan aktivitas harian. Salah satu hal yang dikembangkan dari segi motorik murid-murid di TK kecil adalah kemampuan mereka dalam menangkap dan melempar bola. Ohooo awalnya kupikir sepele sekali, rupanya kegiatan ini punya pengaruh pada kegesitan mereka.

Berdasarkan pengamatanku yang masih jahil ini, ketika anak melempar bola mereka belajar untuk mengatur kekuatan tangan. Ketepatan mencapai sasaran juga diperlukan sehingga dari sini mereka belajar untuk fokus. Menangkap pun begitu. Anak yang bisa menangkap sesuatu dengan baik biasanya lebih lincah dan punya daya konsentrasi yang tinggi. Entahlah jika aku salah menilai hal ini.

Beberapa kali di saat jam pelajaran, aku turun ke lantai satu, memang anak-anak itu bermain dalam kolam bola dan beberapa di luar bersama para ummi untuk melakukan melempar dan menangkap. Dan ga semua anak bisa melakukannya dengan baik.

Sementara TK kecil fokus pada melatih fisik, anak-anak di kelasku fokus untuk menghaluskan sisi motorik mereka yang lain. Kami harus mengajari mereka untuk bisa menghubungkan tau membuat garis dengan rapi, tentu sebagai persiapan untuk menulis.

Nah rupanya kekuatan tangan anak juga harus dilatih. Salah satu latihan mereka adalah dengan bermain plastisin. Well, bagi sebagian anak plastisin merupakan barang mahal. Tak semua orang tua mampu membelikan plastisin, ditambah mereka tak begitu paham apa fungsi plastisin sebenarnya.

Melatih kekuatan tangan biasanya dilakukan oleh para anak-anak 3-4 tahun alias di kelas PAUD. Dari buku yang kubaca kami bisa melakukannya dengan alat sederhana, yaitu kertas. Bisa dengan kertas yang tak lagi dipakai maupun dengan kertas koran. Kupikir Khalisa bisa kuajari hal ini.

Di awal adalah meremas kertas itu menjadi bola yang besar. Selanjutnya akan sampai pada tahap meremas-reman kertas menjadi bola-bola kecil. Well, ini sangat berguna dan sangat pas untuk melatih tangan-tangan kecil itu.

Untuk para orang tua, tangan adalah salah satu anggota tubuh yang sangat punya peran penting dalam kehidupan. Hampir segala aktivitas hari ini menggunakan tangan. Pun ini sangat berguna agar motorik halus mereka terlatih dan tak canggung lagi dalam menulis.

Semoga bermanfaat, maaf jika ada kesalahan. Silahkan sampai kritik dan saran.
Have a nice day!

Monday, 24 November 2014

Jelang 25 Tahun

Udah memasuki akhir bulan November. Buat para pegawai, selamat gajian ya... Buat pegawai swasta dan negeri yang gajian di awal bulan, moga rezekinya selalu lancar.

Bulan depan udah masuk Desember 2014. Suka diem kalo udah akhir tahun. Sebenarnya baru belakangan ini sih. Setelah Desember artinya Januari kan, nah nambah lagi deh satu angka. Tahun depan aku udah berumur seperempat abad alias 25 tahun. Hewww...

Di usia yang begini mesti evaluasi tentang segala hal mengenai pencapaian diri. Yaah kalo sekarang secara manusiawi aku kadang ya suka khawatir plus gregetan juga kalo udah ditanya soal kapan lulus kuliah, kapan nikah dan kapan punya pekerjaan tetap.

Usia begini seolah-olah hidup cuma untuk selesaikan pendidikan, nikah, kerja, punya rumah kendaraan dan seabrek hal lainnya. Engga bisa nyalahin juga sih, secara itu juga standar masyarakat hari ini. Sebagai bagian dari mereka ya wajar aku akan selalu ditanyai hal-hal begituan.

Siapa sih yang ga pengen lulus kuliah tepat waktu? Soal ketelatan lulus aku ga akan nyalahin siapa-siapa karena itu kan sudah pilihan. Waktu teman-teman lain pake toga wisuda sedetik ada rasa ingin, tapi perlahan kutepis. Inget kata-kata @maulasam, wisuda itu gembiranya cuma sejenak setelah itu galau berbulan-bulan (karena ga dapat kerjaan).

Iya juga sih, banyak yang kejadian begitu. Beberapa tahun ini aku perhatikan ada kegalauan tingkat tinggi yang kudapati dari senior dan teman seangkatan. Mereka bertanya apakah aku punya lowongan pekerjaan untuk mereka. Minta aku mencarikan informasi penerimaan cpns atau penerimaan guru di sekolah-sekolah.

Wisuda itu simbolis. Ada yang sangat ingin wisuda karena inilah impian orang tua mereka yang telah membiayai kuliah selama bertahun-tahun. Menurutku itu ga salah. Ada banyak anak di dunia ini yang ingin membuat orang tua mereka bangga melalui nilai-nilai akademik yang mereka miliki. Ada juga yang ingin segera wisuda karena tuntutan pekerjaan atau untuk syarat pernikahan. Yah semua orang punya alasan masing-masing.

Lalu menikah. Aaah, cukup sulit untuk menjawab pertanyaan yang seperti ini. Bukan tak pernah kucoba meminta tolong untuk dicarikan jodoh. Mungkin memang belum waktunya saja. Tapi rupanya ada orang-orang tak sabar di luar sana yang ingin sekali melihat aku menikah. Kuharap mereka juga akan memberikan bantuan dana untuk biaya pestanya nanti hahaha...

Tentang pernikahan sepertinya aku sedikit terpengaruh pada cerita yang sering kutonton. Memang tak semua orang menggambarkan bahwa pernikahan adalah sesuatu yang indah. Woww untuk hal ini aku sedikit menolaknya. Ada begitu banyak rumah tangga yang kulihat terasa hambar. Ups, tidak bermaksud pesimis

Mengenai pekerjaan aku selalu meyakini bahwa Allah akan memberikannya padaku. Bukan berarti hanya menampung. Tentu aku meminta pada Pemilik Pekerjaan sebuah pekerjaan yang layak dan yang tak membuat intensitas kegiatan pembinaanku turun drastis (kalau berkurang pasti iya). Allah akan berikan sesuai kebutuhan hambaNya dan sesuai kemampuan dan sesuai pula waktunya. Hey, untuk satu hal ini aku belum pernah merasa kecewa.

Memang setahun yang lalu kuputuskan untuk berhenti dari kantor karena ingin fokus pada hal-hal yang harus kukerjakan. Tentu setelah itu dari segi ekonomi aku tak sama seperti sebelumnya. Kuharap mereka bersabar dengan kondisi ini.

Menjelang usia 25 tahun yang kata orang adalah ambang batas akhir keproduktifan seorang perempuan aku berharap ada hal-hal yang lebih baik yang akan datang padaku. Apa yang kupunya hari ini tentu sudah sangat lebih dari cukup, harus kusyukuri.

Melihat kehidupan orang lain bisa jadi bahan evaluasi kehidupanku tapi tidak boleh membuatku lebih rendah. Apa yang ada hari ini adalah yang terbaik. Jika orang lain telah lulus kuliah, maka mungkin itulah yang terbaik baginya. Jika orang lain sudah menikah, maka itu pulalah yang terbaik baginya.

Aku? Kehidupan hari ini adalah kehidupan terbaik. Rumput tetangga kadang memang lebih bagus, tapi aku juga adalah tetangga bagi orang lain yang bisa jadi merasa bahwa kehidupanku lebih baik dari mereka hahaha...

Eh iya, dibalik itu ada hal penting yang harus kita renungkan. Di usia ini, sudah setinggi apa tumpukan dosa kita? Sudah berapa banyak amal yang kita tabung. Bila hari ini kita selalu bicara tentang karya, maka karya apa yang sudah kita buat yang dapat mengantarkan kita ke surga Allah SWT.

Sunday, 23 November 2014

Akhlak = Tauhid? (Catatan Kisah JPRMI)

Hari Minggu emang hari paling kece buat tidur lebih lama alias bangun telat di atas jam 9 pagi. Ditambah lagi dengan kondisi cuaca yang super duper brrrr buat narik selimut. Tapi sepertinya mulai minggu ini harus bangun lebih awal karena JPRMI alias Jaringan Pemuda dan Remaja Mesjid Indonesia bakalan ngadain kajian rutin.


Well, sebagai informasi buat remaja n pemuda Tanjungpinang, JPRMI insya Allah akan terus ngadaian KISAH alias Kajian Islam Setiap Ahad pukul 9 pagi yang bertempat di Mesjid Zul Firdaus, Bintan Centre, Tanjungpinang, Kepri.

Alhamdulillah akhirnya ada kajian rutin juga. Kadang rada iri kalo baca postingan kajian di TL-nya Ustadz Akmal Sjafril dan kawan-kawan. Atau temen-temen yang aktif di Insist Jakarta. Kayaknya sih kalo di luar kota banyak banget kajian Islam. Nah, semoga langkah awal JPRMI ini menjadi modal buat kita yang penasaran sama Islam dan ingin menggali ilmu itu lebih dalam lagi.

Di antara ratusan ribu orang yang ngebaca pengumuman soal kajian ini di facebook, grup wa, BC bbm dan sms, aku dan belasan orang lainnya disetting untuk hadir :D Pasti bukan kebetulan. Padahal sih tadinya ga niat mau pergi, maunya di rumah aja sambil nonton TV.

Alhamdulillah meski rada telat datang, ternyata kajian belum dimulai. Melihat mesjid yang masih sepi, anteng ah, engga boleh ga semangat walopun yang datang sedikit. Begitu markir motor, eh pak tukang bilang untuk parkir agak jauh dari mesjid. Yah, biar ga ketimpa bahan bangunan, soalnya mesjid lagi dalam proses renovasi. Ohooo di tempat parkir rupanya udah ada tiga orang akhwat manis yang juga baru datang. Mesti aku yang duluan senyum dan yang duluan nyapa mereka.

Kajian minggu ini tentang aqidah dan akhlak yang disampaikan oleh Ustadz Suparman. Beliau lulusan universitas di Sudan yang juga kuliah bareng istrinya. Tahun ini beliau mengabdikan diri di Tanjungpinang.

Hmm sebelumnya beliau menyampaikan tentang bagwa ilmu itu harus didapatkan dengan belajar. Tak ada ilmu tanpa belajar. Belajar yang tepat adalah dengan guru. Belajar yang hanya dengan membaca maka akan lebih banyak kesalahannya.

Islam ada satu-satunya agama yang menjadikan hati dan jiwa menjadi tenang. Tapi seringkali kita ga merasakan hal tersebut. Pertanyaannya kenapa?

Menjelaskan tentang akidan dan akhlak, tentu saja ini merupakan satu kesatuan yang tak bisa dipisahkan. Banyak di antara kita yang susah ngebedain apa itu akhlak dan apa itu aqidah.

Dalam penjelasannya, Ustadz Suparman menganalogikan keduanya seperti jam dinding. Bagaimana jam dinding itu bisa bergerak? Tentu karena ia mempunya mesin. Lalu bagaimana mesin bisa menggerakkan jarum? Tak lain karena ia memiliki baterai. Oleh karena itu jam dinding bisa bergerak karena adanya baterai yang memiliki energi untuk menggerakkannya.

Seperti itulah aqidah dan akhlak. Aqidah adalah sebuah keyakinan yang ada dalam diri seseorang yang meyakini dengan sebenar-benarnya mengenai keberadaan Allah dan hari akhir, hari di mana seluruh amal perbuatan akan dihitung. Sementara akhlak secara sederhana diartikan sebagai cara seorang manusia berinteraksi dengan Allah SWT, dengan saudaranya, dengan tetangganya, dengan teman-temannya dan dengan lingkungannya.

Oleh karena itu, akhlak seseorang akan mencerminkan sejauh mana keyakinannya pada Allah SWT dan hari akhir. Cara ia berinteraksi adalah tergantung kelurusan aqidahnya. Keyakinan adalah baterai, akhlak adalah jarum jam yang berputar. Jika baik aqidahnya, maka akhlak yang akan ia tunjukkan adalah akhlak yang baik. Demikian sebaliknya.

Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara akhlak adalah landasan utama. Kita sering ya mendengar bahwa baik buruknya suatu negara adalah tergantung pada wanitanya. Orang bilang, wanita adalah tiang negara. Tentu ini berhubungan dengan akhlak yang kita bicarakan tadi. Kemuliaan akhlak wanita dalam satu negara akan mempengaruhi keberlangsungan kehidupan beradab di negara tersebut.

Lebih jauh lagi dijelaskan, untuk melihat kualitas keislaman seseorang, lihatlah akhlaknya. Lihatlah bagaimana ia berinteraksi dengan Allah, apakah ia melaksanakan seluruh perintah dan menjauhi larangan atau sebaliknya. Lihatlah bagaimana ia memperlakukan makhluk Allah yang lain seperti binatang dan tumbuhan. Lihatlah bagaimana ia memperlakukan sesamanya.

Kembali lagi pada ketenangan jiwa yang kita sebut di awal tulisan ini. Kenapa sih kayaknya kita ga bahagia, padahal kita udah jadi seorang muslim.

Nah, ayuk kembali pada penjelasan aqidah.

Sesungguhnya, keyakinan yang paling tinggi yang diharapkan ada dalam diri seorang muslim adalah muroqobatullah alias ia merasakan betul pengawasan Allah. Masih ingat bangunan Islam?

Islam terdiri dari 3 elemen yaitu iman sebagai pondasi, nilai-nilai Islam yang dipresentasikan dalam bentuk amalan sebagai tiangnya dan yang ketiga adalah ihsan sebagai atapnya.

Ihsan sendiri diartikan sebagai engkau beribadah seolah-olah engkau melihat Allah, jika engkau tak melihatnya maka yakinlah bahwa Allah melihat apa pun yang engkau lakukan.

Nah, di sini nih sumber kebahagiaan. Merasa diperhatikan dan diawasi terus oleh Allah. Sebagai seorang muslim harusnya kita memiliki prinsip wakaafa billahi syahida. Dan cukuplah Allah menjadi saksi

Saat menjalankan nilai-nilai Islam jangan pernah dipengaruhi oleh penilaian orang lain terhadap kita. Biarlah hanya Allah yang menjadi saksi apa yang kita lakukan. Mempedulikan penilaian manusia bisa-bisa membuat kita terjebak seperti kisah keledai, pemuda dan ayahnya (yang ingin tahu cerita si keledai hubungi pemilik blog aja biar dibikin tulisan selanjutnya).

Potensi kita sering terhalangi oleh hal-hal duniawi. Contoh, kita pengen sholat dhuha di sekolah, kampus ataupun kantor. Tapi karena kita khawatir dibilang sok sholeh atau diciyein teman-teman akhirnya engga jadi sholat dhuha. Atau ketika memutuskan untuk ga pacaran sebelum menikah. Karena takut dibilang ga gaul atau jomblo level satu, ujung-ujungnya kita pacaran juga sama cowok sebelah. Hewww....

Yang begini nih yang bikin kita bergerak dalam penilaian manusia sehingga hal-hal yang harusnya menjadi akhlak seorang muslim engga jadi terlaksana karena takut dibilang ini itu sama manusia.

Hellooo, Iman Hasan Al Banna jauh-jauh hari udah berpesan. Jika kamu dikritik karena akhlakmu, maka berubahlah. Tapi jika kamu dikritik karena keyakinan dan prinsip gerakanmu, maka abaikan dan teruslah maju.

So, kalo kita dikritik karena akhlak yang ga bener misalnya karena suka nyontek, males belajar, suka boncengan dengan cowok yang bukan mahromm (meskipun statusnya teman atawa pacar) maka berubahlah. Kenapa? Karena Islam tidak mengajarkan hal-hal tersebut.

Sebaliknya kalo kamu dikritik karena suka baca Quran atau sholat dhuha atau nyebarin buletin Islam di kampus, sekolah atau kantor, lanjutkan saja. Abaikan orang-orang yang ngatain perbuatan itu sia-sia.

Kalau kita engga mau merubah akhlak tercela menjadi akhlak yang terpuji, maka keyakinan kita pada Allah dan hari akhir akan dipertanyakan. Saat kita enggan untuk pakai jilbab misalnya, karena belum siap atau karena dilarang orang tua, bisa jadi kita belum sepenuhnya meyakini akan adanya perintah Allah maupun hari di mana seluruh amalan dihitung. Ups, jangan sampai kita jadi orang yang lalai.

Tahukah kamu bahwa dahsyatnya kekuatan Islam adalah karena aqidahnya yang ga bisa dikalahkan oleh kekuatan manapun di dunia ini. Lalu di manakah letaknya aqidah itu? Jawabannya ada di hati.

Kamu tahu hati? Hati adalah segumpal daging yang ketika ia baik maka baiklah seluruhnya. Sebaliknya jika ia buruk maka buruklah semuanya. Ia adalah raja dalam diri kita yang bersemayam tapi kita tak bisa memilikinya. Lalu siapa pemilik hati? Dia-lah Allah SWT. Dia-lah yang membolak-balikkan hati kita. Karena itu hati tak akan pernah berbohong. Ia tak seperti akal yang bekerja untuk berpikir dan terkadang mampu membalikkan sebuah kebenaran.

Kekuatan seorang muslim itu ada pada hatinya. Pada aqidahnya. Pada keyakinannya. Muslim yang memiliki keyakinan tinggi terhadap Allah dan hari akhir tak akan bisa dikalahkan. Keyakinannyalah yang memberinya energi untuk bergerak dan terus bergerak.

Maka kadang kita temui seorang ulama yang hanya tidur 2 jam tapi sangat greget dakwahnya. Harusnya ia merasakan penat. Tapi darimanakah datangnya kekuatan yang menjadikan ia senantiasa sehat? Tak lain dari keyakinannya pada Allah SWT dan hari akhir.

Atau masih ingatkah pada Syekh Ahmad Yasin dari Palestina itu? Seorang tua yang lumpuh. Namun mengapa ia begitu ditakuti oleh Israel? Mengapa ia yang bahkan tak mampu untuk berjalan harus tewas oleh Apache? Mengapa beliau mampu mengobarkan semangat jihad para pemuda Palestina hanya melalui lisannya? Jawabannya adalah hati. Keyakinannya pada Allah SWT dan hari akhirnya telah menggerakkan jarum akhlaknya.

Aqidah dan akhlak sangat berkaitan dengan kondisi hati kita. Sebagai penutup kutuliskan kalimat akhir dari kajian minggu ini.

Wahyu Allah tidak akan membekas kecuali pada hati yang dekat Allah SWT. Bila hati kita tak lagi bisa menerima hidayah melalui ibadah-ibadah, tilawah, maka mintalah hati yang lain pada Allah.

Sekian semoga bermanfaat dan minggu depan kita berkesempatan untuk hadir lagi dalam majelis ilmu ini :)


*oh ya sedikit informasi bahwa tanggal 21 Desember 2014, insya Allah JPRMI akan mengadakan pertemuan dengan sleuruh pemuda dan remaja mesjid se-Kepri. Untuk minggu depan kajian insya Allah akan diisi oleh Ustadzah Rojiah atau Siti Maheran

Saturday, 22 November 2014

Bertanya

Menurutku, bertanya adalah hal wajib yang harus selalu dilakukan oleh manusia, terutama bagi pelajar, mahasiswa dan pecinta ilmu. Bagiku, bertanya adalah salah satu proses untuk menggali ilmu, mencari tahu sesuatu yang belum diketahui. Bertanya atas rasa ingin tahu akan membangkitkan kreativitas seseorang. Dengan bertanya, ia akan berusaha mendapatkan jawaban dari pertanyaan - pertanyaannya. 

Lihatlah perbedaan antara anak kecil yang terus mengajukan pertanyaan kepada orang tuanya dengan anak yang lebih banyak diam, tak banyak menggunakan lidahnya untuk berbicara. Perkembangan keduanya tentu berbeda. Kita mestinya harus terus menjadi seperti anak-anak yang penuh rasa ingin tahu akan sesuatu. Sibuk bertanya dan mencari tahu jawaban akan masalah ataupun sesuatu yang membuat kita tertarik. 

Meski demikian, sebagai pelajar dulunya, bertanya adalah sesuatu yang sangat sulit untuk dilakukan, terutama di dalam kelas. Aku masih mengingat masa-masa di mana lidahku terlalu kelu untuk mengajukan satu atau dua pertanyaan pada guru akan hal tak kumengerti. Rasanya sungguh menyakitkan karena jantung tak berhenti untuk berdebar, ditambah lagi aku tak dapat jawaban. 

Aku selalu iri pada teman-teman yang dengan mudahnya mengangkat tangan hanya untuk pertanyaan yang menurutku kadang tidak penting alias sepele sekali. Tapi para guru selalu memujinya karena keberanian yang ia miliki. Ouch, rasanya tersiksa sekali melihat ada orang mendapat pujian karena hal demikian. Nuraniku mulai berontak dan berkata, jika dia bisa kenapa aku tidak. 

Mulailah proses bertanya di dalam kelas yang kususun sedemikian rupa agar bisa menjadi seperti teman lain. Walaupun aku tahu bahwa anak-anak yang bertanya hanya segelintir, tapi rasa tak ingin kalah memaksaku untuk mulai melakukan hal konyol. 

Aku ingat bagaimana seorang Hermione Granger, salah satu tokoh dalam novel Harry Potter, membuatku sangat kagum saat membaca setiap seri novel itu. Aku tahu aku bukan siswa yang super duper cerdas sepertinya, tapi kupikir aku bisa meniru yang ia lakukan. Membaca materi pelajaran sebelum guru masuk dan mengangkat tangan untuk menjawab serta bertanya di dalam kelas. 

Tentu tidak mudah. Ada proses penyusunan ulang mental yang harus kulewati. Pertama diawali dengan mengibas-ngibaskan tanganku yang kaku dan berat sekali untuk terangkat di dalam kelas.Ketika guru bertanya apakah di antara kami ada yang ingin bertanya mengenai materi tadi, tangan kananku seperti menggantung di udara. Keraguan menghalanginya untuk terangkat. Padahal telah kupelajari bagaimana tangan yang keren untuk bertanya. Apakah harus mengacungkan tinju? Atau cukup telunjuk? Atau menegakkan kelima jari seperti Hermione?

Setelah itu aku mulai membuat daftar guru yang mengajar di kelas kami. Mulai dari guru Bahasa Indonesia hingga olahraga. Well aku benci pelajaran olahraga karena kami selalu diminta untuk lari mengelilingi sekolah yang berbukit, memiliki banyak tangga. Melelahkan dan membuat engselku terasa akan putus. 

Berbekal daftar yang kubuat aku mulai proses bertanya tersebut. Dengan tekad untuk menghilangkan kekakuan di lidahku, aku mulai memberanikan diri untuk mengangkat tangan di kelas. Ah, aku ingat saat itu pelajaran Geografi. 

Hasilnya? Sungguh menyenangkan. Pertama kali kulakukan ada begitu banyak keringat dan rasa yang tak nyaman di sekujur tubuh. Belum lagi jantung yang terus berdetak kencang seakan - akan ia akan keluar dari tubuhku. 

Benar, orang-orang selalu berkata, langkah pertama adalah yang paling berat namun setelah itu kau akan rasakan bagaimana kau dapat melangkahkan kaki dengan ringan tanpa beban. 

Aku melewatkan seminggu hanya untuk membaca materi pelajaran, membuat daftar guru dan pertanyaan apa yang akan kulontarkan. Kulakukan ini rutin. Banyak sekali manfaat yang aku dapatkan dari aktivitas ini. Selain aku semakin memahami materi, aku mulai membangun kemampuan berkomunikasi yang tampaknya cukup sulit untuk dikuasai oleh setiap anak di kelasku. 

Rupanya suatu waktu aku mendapatkan dalil tentang anjuran seorang penuntut ilmu untuk bertanya kepada orang yang memiliki pengetahuan 

Dan kami tidak mengutus sebelum engkau (Muhammad) melainkan orang laki-laki yang Kami beri wahyu kepada mereka, maka bertanyalah kepada orang yang memiliki pengetahuan jika kamu tidak mengetahui (QS An Nahl : 43)

Di catatan kaki ada penjelassan mengenai orang yang memiliki pengetahuan adalah orang yang mempunyai pengetahuan tentang nabi dan kitab-kitab. 

Nah ternyata anjuran untuk bertanya juga bermanfaat ga cuma untuk si penanya. Salah seorang di antara kita dianjurkan untuk bertanya dalam sebuah forum untuk membantu orang lain yang ada di forum tersebut bisa memahami hal-hal yang dibahas. Karena bisa jadi ia tidak paham dan enggan untuk bertanya. So, pertanyaan yang kita ajukan bisa membantunya untuk lebih paham. 

Emang sih sebagian kita suka jengkel kalo ada teman yang bertanyanya kelewatan sampe ga ingat waktu. Nah, sebagai orang yang suka bertanya kita juga mesti ingat kondisi yang ada di kelas. Kalaupun tidak cukup waktunya, silahkan ajukan pertanyaan tersebut di luar forum. 

Alhamdulillah bertanya itu sangat banyak manfaatnya. Tapi kita juga harus menghindarkan diri dari pertanyaan-pertanyaan yang tidak perlu, tidak penting dan tidak bermanfaat. Jangan sampai kita jadi seperti bangsa Yahudi yang selalu bertanya, bukan karena rasa ingin tahu, tapi karena ia sombong. Sampai-sampai bangsa ini bertanya bagaimana rupa Tuhan yang sesungguhnya, padahal mereka telah diselamatkan. Yah, ujung-ujungnya Yahudi toh ingkar pada Allah juga kan. 

Bukan karena ia tak percaya, tapi karena ia sombong

Karena itu, bertanyalah karena ia akan menjawab rasa ingin tahumu
Bertanyalah karena ia akan membantumu mengembangkan kemampuan berkomunikasi
Bertanyalah karena ia akan membantumu memahami sesuatu secara keseluruhan
Bertanyalah...... 

Thursday, 20 November 2014

Bahas Syahadatain Yuk!

Assalamu'alaikum cantik :) mari kita buka dengan lafaz basmallah, bismillahirrahmanirrahiiim

Alhamdulillah wa syukurillah, Maha Suci Allah dengan segala ciptaanNya yang tak henti-hentinya membuat kita berdecak kagum karena nilai seninya yang luar biasa, begitu pula manfaatnya. Pertama mari bersyukur pada Rabb semesta alam yang telah memilih kita untuk duduk dalam mentoring ini, memilih kita di antara jutaan bahkan miliaran umat muslim lain yang belum merasakan kenikmatan seperti yang kita dapatkan hari ini.

Tidak lupa kita kirimkan shalawat beriring salam kepada teladan sepanjang zaman, manusia paling mulia, yang paling berpengaruh dalam kehidupan dunia dan akhirat kita, Nabi Muhammad SAW. Allahumma sholli 'ala sayyidina muhammad, wa 'ala ali sayyidina muhammad. Sungguh, tak ada yang lebih kita inginkan kecuali pertemuan dengannya di hari akhir kelak.

Cantik, semoga imanku dan imanmu hari ini senantiasa stabil dan menanjak setiap harinya. Ketika ia turun semoga kita masih diberi kesempatan untuk membuatnya naik lagi dan tidak membawa kita dalam keterpurukan.

Hari ini mari kita bahas tentang syahadatain :)

Ah, sepertinya begitu membosankan ya. Dua kalimat ini udah kita pelajari terus dari sekolah dasar hingga hari ini. Hampir setiap guru selalu bertanya, apa kita tahu tentang syahadatain? Bagaimana bunyinya? Apa artinya? Mengapa harus bersyahadat dan pertanyaan-pertanyaan mainstream lainnya xixixi...

btw, sudah pernah nonton kiamat sudah dekat? yang suka nonton sinetron atau drama harusnya sih masukin sinetron ini dalam daftar wajib nonton ya ^_^

kita bahas filmnya aja karena kalo sinetron kepanjangan.

Film karya Deddy Mizwar ini dibintangi sama Andre Taulany dan pemain lainnya yang lupa sih namanya kalo mau disebutin. Coba nanti digugling siapa aja pemainnya. Sebenarnya ini FTV tapi mendapat respon yang luar biasa sampe dibikin jadi sinetron.

Ceritanya sih sederhana tentang pemuda yang jatuh cinta sama anak kiai. Namanya juga anak kiai, yaaa bapaknya ga bisa sembarangan kasih izin ke laki-laki yang deketin anaknya. Nah pemuda ini langsung ditantangin nikah sama anak perempuannya tapi pake persyaratan.

Tau gak, pemuda itu yang diperankan sama Andre Taulany rupanya Islam KTP doang! Ngaji engga, sholat juga engga dan karena kelamaan tinggal di luar negeri orang tuanya sampe engga mengkhitankan. Duh, padahal khitan kan salah satu sunnah Rasul. Jadi deh, si pemuda belajar Islam dari awal. Mulai belajar sholat sampe baca Quran sama anak SD.

Orang-orang terdekat si pemuda mulai heran melihat perubahannya, dan bertanya-tanya kenapa dia belajar Islam sampe segitunya. Karena malu sama orang tua, adik dan teman-temannya, si pemuda ini ngasih alasan alias ngeles.

Dikarang deh tuh cerita kiamat sudah dekat berdasarkan berita di CNN tentang meteor yang akan menghantam bumi. Papa dan Mamanya pun bergidik ngeri mendengar cerita tersebut. Meski awalnya ga percaya ternyata mereka juga mulai belajar Islam lho.

Sampe suatu hari mereka ketemu di perpustakaan buat nyari buku. Ada percakapan menarik dari keduanya.

"Pa, nasib kita gimana ya nanti? Masuk surga atau neraka?" kata si Mama.

"Aaah tenang aja, Ma. Kita ini kan sudah banyak berbuat kebaikan. Kita menyumbang ke mana - mana. Panti asuhan, mesjid, buat anak yatim dan lain sebagainya."

Nah, cantik ayo kita perhatikan percakapan sederhana di atas ;)

Sederhana tapi penuh makna.

Dalam hadits yang diriwayatin sama Ahmad, Rasulullah menjawab perkara yang pasti tentang orang yang bisa masuk surga, yaitu orang yang mati dalam keadaan tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun. Waaah inikan artinya dengan bersyahadat aja udah jadi modal buat kita masuk surga.

Hmmm begitukah?

Rupanya ada penjelasan lanjutan nih dari Rasul, katanya mengikrarkan kalimat syahadat itu udah kayak kunci surga. Tapi kalo kunci kan mesti punya gigi dong (bukan Gigi istrinya Raffi Ahmad ya xxixi). Naaah, gigi kunci itu diibaratkan kandungan syahadat itu sendiri. Artinya kita mesti nurut apa kata Allah dan RasulNya.

Bersyahadat tapi ga sholat, waduh kita mesti buang jauh-jauh impian buat masuk surga. Bersyahadat tapi ga ikut pedoman yang udah ditulis dalam al Quran, hmm bisa bisa kita engga dipandang sama Allah dan Rasulnya. Hiyyy.... jangan sampe deh.

Trus gimana dengan percakapan di atas? Nah, gini teman-teman. Alhamdulillah ya kedua orang tua pemuda itu udah muslim dan banyak berbuat kebaikan. Ini patut kita acungi jempol. Mereka menggunakan hartanya di jalan yang benar.

Tapi ada satu kekurangan yang bisa bikin semua amalannya engga akan dilihat sama Allah. Yaitu tentang sholatnya. Hmmm....

Kita udah sama sama tahu dong kalo sholat itu adalah amalan pertama yang akan Allah tanyai kelak di hari akhir. Kalo sholat seseorang itu udah bagus, maka dijamin semua amalannya juga akan baik. Sebaliknya, jika sholatnya amburadul bahkan engga sholat sama sekali, waah ini bisa berbahaya karena bisa jadi amalan lainnya akan sama buruknya dengan kualitas sholatnya. Wah, wah, wah betapa pentingnya sholat itu ya. Yuk terus perbaiki kualitas dan kuantitas sholat kita.

Betapa dahsyatnya dua kalimat syahadat ya teman-teman. Kabarnya, dua kalimat inilah yang mengguncangkan dunia. Pengaruhnya luar biasa. Membuat siapa pun yang mendengarkannya dengan iman akan berdegup jantungnya, dan akan selalu tumbuh di hatinya rasa rindu untuk bisa bertemu dengan Allah dan RAsulNya kelak.

Eits, sebaliknya bagi para pembangkang, kalimat ini membuat mereka dalam bahaya. Contohnya kayak Abu Lahab yang langsung pengen membinasakan Rasulullah SAW. Si Abu Lahab itu bukannya dia ga percaya sama apa yang dibilang Muhammad, tapi karena dia yang emang asli orang Arab dan paham benar dengan bahasa Arab, sangat memahami apa yang harus ia terima dengan bersyahadat.

Ou ou, pemuka Quraisy sekaliber Abu Lahab ga mau dong harus tiba-tiba menghambakan diri pada Allah. Selama ini ia menyembah berhala yang ia percaya sebagai agama nenek moyangnya. Karena kesombongannya lebih besar, Abu Lahab ga mau masuk Islam. Sekali lagi, bukan karena dia engga tahu arti syahadat, malah dia ngerti banget, tapi Abu Lahab engga mau merendahkan dirinya pada Muhammad dan Tuhan Muhammad.

Nah, sebenarnya kenapa sih syahadatain itu penting banget? Apa cuma buat masuk surga?

Karena waktu kita sudah habis, mari kita sambung di pertemuan berikutnya... Semoga dipanjangkan usia kita sehingga bisa dateng ke majelis ini lagi ya

Kita tutup dengan lafadz hamdallah, alhamdulillahirabbil'alamiiin...
Subhanaka allahumma wa bihamdika asyhadu allaa ilaaha illa anta astaghfiruka wa aatuubu ilaiik

Wassalamu'alaikum warahmatullah wabarakatuh :)

Wednesday, 19 November 2014

Negara Hemat, Rakyat Sekarat

Hal yang tak pernah aku pahami sedari dulu kala adalah alasan pemerintah menaikkan harga BBM setiap waktunya. Mengapa pemerintah harus menaikkan harga BBM sementara mereka memahami benar kondisi keuangan rakyatnya. Atau jangan - jangan mereka tidak tahu? 

Alasan yang sama dari pemerintahan SBY selama 10 tahun belakangan adalah untuk mengurangi beban negara, karena itulah subsidi harus dicabut sehingga harga BBM menjadi naik. Negara lalu dapat menghemat sekian triliun rupiah yang akan digunakan untuk pembangunan. 

Baiklah, apa pun alasan dibalik itu, aku tetap engga setuju dengan kenaikan harga BBM. Kenaikan seribu atau dua ribu bukan masalah sebenarnya, melainkan dampak yang timbul dari dua ribu rupiah itu. 

Kita tahu bahan bakar minyak sudah termasuk dalam kebutuhan primer hari ini disamping sandang pangan dan papan. Keberadaannya mempengaruhi seluruh aspek kehidupan kita kan. 

Kenaikan ini berdampak pada naiknya biaya produksi perusahaan yang otomatis untuk tetap mendapatkan keuntungan harga produk juga harus dinaikkan. Siapa yang akan membeli produk? Kita. 

Kenaikan harga minyak tentu berpengaruh pada biaya transportasi. Perusahaan yang bersangkutan atau alat transportasi pasti juga tidak mau rugi. Apa mereka penganut besar pasak daripada tiang? No, mereka ini pengusaha. Yang dicari adalah keuntungan. Untuk tetap untung, satu-satunya cara adalah menaikkan ongkos transportasi. Lalu siapa yang menggunakan alat transportasi? Kita

Tak hanya itu kenaikan harga minyak ini sangat mempengaruhi harga kebutuhan barang pokok. Fenomena yang selalu terjadi, begitu isu kenaikan bbm berhembus, secara otomatis para pedagang menaikkan sendiri harga barang-barang mereka. Padahal belum ketok palu. Lalu siapa yang akan membeli barang-barang itu? Kita. 

Apa selanjutnya? Kitalah yang akan membeli kebutuhan pokok tersebut dengan harga yang tak bisa kita kendalikan. Kitalah yang akan membayar ongkos transportasi. Kitalah yang harus menghemat pengeluaran rumah tangga, memotong anggaran rumah tangga dan lain sebagainya. Kita jugalah yang akan lebih bekerja keras untuk mendapatkan penghasilan lebih banyak untuk menutupi sudut ekonomi rumah tangga.

Lalu di manakah hasil penghematan anggaran yang dikatakan pemerintah? Bisakah hasil penghematan itu mengendalikan harga-harga di pasar? Bisakah ia membuat kondisi ekonomi sebuah keluarga tak harus melakukan penghematan sana sini agar kebutuhan pokoknya terpenuhi? Untuk apakah triliunan rupiah hasil pencabutan subsidi itu digunakan? 

Apakah gaji kita akan dinaikkan? Sebagai pemilik usaha, apakah kita akan menjual produk dengan harga yang sama dengan harga sebelum kenaikan bbm? 

Entahlah, aku bukan pakar ekonomi. Hanya pertanyaan yang muncul. Kuharapkan kalian sebagai pakar ekonomi jujur dalam membuat analisa dengan kondisi ekonomi keluarga sebagai pertimbangan juga sudut pandangnya.

Bila negara bisa menghemat lalu bagaimana dengan rakyat?




Tuesday, 18 November 2014

Tentang KTP Tanpa Agama

Belakangan ada hal yang cukup menghebohkan bagi 'sebagian' umat Islam. Aku mengatakannya sebagian karena memang hanya segelintir orang yang tampaknya memperhatikan dan punya waktu khusus untuk mengikuti perkembangan beritanya. 
Sebenarnya kalo dipikir aku termasuk salah satu orang yang sedikit cuek dengan perkembangan kebijakan yang diambil oleh pemerintah saat ini. Mataku sudah sangat malas untuk membaca berita apalagi menonton televisi khusus berita.

Semalam karena ibu menonton Damai Indonesiaku di TVOne, mau tak mau aku juga ikut mendengarkannya karena beliau menaikkan volume suaranya. Kali ini membahas mengenai peran agama dalam kehidupan. Ada anaknya almarhum Zainuddin MZ dan Kiai Hasyim Muzadi.

Rupanya belakangan ini sudah mulai heboh isu tentang penghapusan kolom agama di KTP oleh Mendagri. Isu ini bukan hal baru karena memang sudah digembar-gemborkan sejak Jokowi-JK berkampanye untuk pemilihan presiden.

Tentunya kebijakan ini mendapat pro kontra dari berbagai kalangan. Kalangan ulama , khususnya, sangat menentang akan penghapusan kolom agama ini. Meski bagaimanapun agama adalah identitas seseorang. Menghapusnya dari kartu identitas sudah melanggar hak yang bersangkutan.

Alasan lainnya yang menurutku sangat logis adalah kerepotan yang akan ditimbulkan setelah kolom ini dihapuskan.

Sebelumnya aku teringat pada sebuah percakapan meengenai hal-hal sensitif yang tidak boleh ditanyakan pada turis asing, terutama mereka yang berasal dari negara barat. Yaitu jangan tanya mengenai usia, status pernikahan, pekerjaan dan agama yang mereka anut.

Aku berpikir mengapa mereka tidak ingin ditanyakan mengenai agama yang mereka anut. Sebagai seorang muslim, agama adalah hal paling penting dalam hidup karena tanpa agama kehidupan ini tidak tentu arah. Agama adalah bagaimana kita hidup, bukan sekedar keyakinan tentang Tuhan.

Balik lagi mengenai alasan logis tentang penghapusan kolom agama. Bila memang agama adalah wilayah pribadi setiap individu, maka pemerintah tak boleh ikut campur. Ups, bukan bermaksud sekuler. Maksudku pemerintah tak punya hak untuk menghapus kolom tersebut.

Tugas pemerintah adalah melayani kebutuhan masyarakat mulai dari hal terkecil hingga yang terbesar. Pemerintah mestinya memahami benar bagaimana masyarakatnya hidup dan juga mati. Untuk itulah kebijakan dikeluarkan agar kebutuhan itu terfasilitasi.

Tanpa keterangan agama yang dianut, maka tatanan kehidupan masyarakat yang paling sederhana akan kacau balau. Misalnya dalam pernikahan, kematian, tata cara pelaksanaan ibadah, pendidikan.

Bagaimana mungkin sebuah negara yang berdasarkan ketuhanan yang maha esa mampu menghilangkan identitas agama pada masyarakatnya? Bagiku, penghapusan ini merupakan penghinaan terhadap Pancasila dan founding father Indonesia yang telah berjuang merumuskan dasar - dasar negara.

Sejauh ini belum kudengar protes dari umat beragama lainnya selain muslim. Entahlah aku yang ketinggalan berita atau memang hal ini tidak menjadi masalah bagi umat lainnya.

Semoga pemerintah hari ini berpikir ulang dan jernih dalam mengambil kebijakan.

Sunday, 16 November 2014

Dokter Misionaris?

Beberapa hari belakangan ini media sosial cukup dihebohkan dengan video mengenai aksi terselubung para misionaris di car free day jakarta. Dalam video yang berdurasi hampir 24 menit tersebut diperlihatkan ada sekumpulan orang yang membagi-bagikan suvenir ke warga Jakarta yang lewat di jalan tersebut. 

Yang paling jelas mengenai kristenisasi di video tersebut adalah ketika salah seorang anggota komunitas berpakaian hitam berlambangkan burung merpati mencoba untuk membuat seorang nenek untuk mempercayai Yesus. Ajakan yang disampaikan secara terang - terangan. 

Melihat ini aku teringat pada satu pengalaman yang belum lama ini kualami. Ketika itu Khalisa, anak dari sepupuku demam tinggi dan harus dibawa ke dokter. Setelah sholat Isya kami pun pergi ke salah satu dokter yang ada di kota kami. 

Dalam perjalanan, Onang (panggilan untuk anak pertama dalam masyarakat Minang) berkata, "Iza sampe sana jangan kaget ya". 

"Kenapa, nang?"

"Soalnya begitu kita masuk tempatnya Iza bakalan tengok gambar - gambar Yesus gitulah" jawab Onang. 

Selama sisa perjalanan aku mulai berpikir keras, benarkah perjalanan kami ini jika kondisinya memang demikian. Apakah kami harus pergi ke dokter yang tempatnya dipenuhi gambar demikian? 

Kami sampai di klinik tersebut.. Pada awalnya kami sudah mencari beberapa alternatif, namun berhubung hari minggu, maka tak banyak tempat klinik yang kira - kira bisa kami datangi. Ya sudahlah, aku pun masuk ke klinik itu. 

Terus terang ada rasa enggan untuk masuk. Awalnya kupikir apa yang akan orang katakan saat melihat ada orang sepertiku berobat di tempat yang dipenuhi gambar Yesus? Lalu aku berpikir lagi bukankah kami hanya ingin berobat? Apakah salah? Lalu aku membayangkan bukankah tidak semua dokter adalah muslim? Apakah ada larangan untuk mengunjungi dokter non muslim? Aku terus berpikir

Begitu memasuki halaman ada rasa lega sekaligus hmmm apa ya, sulit untuk kucari kata yang tepat, ada beberapa pasien yang sedang menunggu antrian. Aku masuk. 

Dan memang cukup membuatku kaget saat melihat ruangan depan. Di dindingnya terpasang gambar Yesus yang pernah kulihat dalam film Jesus Christ. Aku menontonnya bersama Usup hingga tengah malam karena rasa penasaran kami akan kisah Yesus versi umat kristian. 

Gambar itu menunjukkan bagian adegan di mana Yesus berjalan menuju tempat ia akan disalib sambil membawa kayu salib yang amat berat itu. Dengan tubuh penuh darah dan wajah yang menahan sakit. Berikutnya adalah gambar penyaliban Yesus di mana tangan dan kakinya dipaku. Ouchhh ini benar - benar sadis. Darah di mana - mana dan itu terpampang jelas! Ditambah dengan kawat yang melingkari kepala Yesus menambah kesadisan yang tak layak untuk diperlihat pada anak - anak. 

Selama menunggu aku masih memperhatikan gambar tersebut dan membaca keterangan yang ada. Sementara itu anak - anak yang juga menunggu asik bermain dan beberapanya menangis karena sakit kepala yang mereka alami. Khalisa sendiri masih duduk manis bersama aku dan bundanya. Tapi kuyakini bahwa matanya juga melihat ke gambar tersebut. 

Tibalah saat giliran Khalisa diperiksa. Begitu masuk ke ruangan itu kuakui sungguh ia adalah dokter yang amat sangat cantik dan juga ramah. Menurut Onang yang sudah cukup sering ke dokter anak, dokter ini melayani kami dengan baik. Ia menanyakan gejala yang dialami oleh anak, mencatatnya dengan detil. Tidak seperti dokter yang biasa dikunjungi, hanya bertanya sedikit kemudian memberi resep obat. 

Meski demikian, ada hal yang menggangguku saat memasuki ruangan itu. Di samping meja dokter ada semacam gambar yang menjelaskan mengenai hari kebangkitan, paskah dan sejenisnya. Tempelan ini menjelaskan tentang bagaimana Yesus telah mengorbankan dirinya dan menyelamatkan manusia. Tulisan yang sangat besar. 

Kemudian di atas meja ada buku mengenai mukjizat yesus atau kristen, ah aku lupa tulisannya. Berwarna biru dan berukuran cukup besar dengan kertas yang tebal. Selain itu begitu aku perhatikan dokternya, ia mengenakan beberapa benda kecil dan warna warni yang penuh simbol kristen. Gantungan kecil juga ada. 

Tempat tidur dipenuhi dengan boneka yang memang menjadi kesukaan anak - anak, mulai dari spongebob sampe Mickey Mouse. Lalu di bawah tempat tidur ada meja kecil berlaci yang di atasnya ada banyak benda - benda kecil pula. Benda - benda itu salah satunya yang lihat adalah adanya tanda salib dan simbol - simbol kecil yang aku ketahui sebagai simbol kristen. 

Setelah diperiksa, dokter cantik itu pun pergi ke belakang untuk membuat resep obat. Menurutku kami cukup lama menunggu di ruangan itu. Aku berpikir bahwa dokter ini pastilah seorang kristen taat. Terlihat bagaimana ia mencoba membuat tempat kerjanya dipenuhi nuansa keyakinannya. Ia pastilah orang yang memahami psikologi anak. 

Ia menggunakan barang-barang akan menarik perhatian anak - anak untuk dilihat. Berbunyi dan berwarna. Seorang anak yang melihat benda - benda di klinik itu menurutku akan memasukkan informasi tersebut di alam bawah sadarnya. Apalagi mereka yang berobat ke sana rata - rata adalah anak yang berada dalam fase golden age atau fase keemasan di mana pada fase ini anak - anak sangat mudah menyerap apa pun yang ia dengar, lihat dan rasakan. 

Ini adalah hasil analisaku selama beberapa jam berada di tempat itu. Pengalaman pertama yang membuatku sadar bahwa mereka yang non muslim pun berusaha untuk mensyiarkan keyakinan yang ia miliki. Memakai segala simbol keagamaan dengan rasa bangga tanpa rasa malu apalagi takut. 

Namun satu hal yang ingin kukritisi adalah pemasangan gambar penyaliban yesus di ruang tunggu. Untuk tempat yang dikunjungi oleh anak - anak ini bukanlah gambar yang tepat untuk dipajang. Biasanya umat kristiani hanya memajang gambar Yesus atau Bunda Maria di dindingnya atau gambar salib. Tapi gambar penuh darah dan kesadisan? It's not very good.

Aku menyebutnya dokter misionaris bukan karena kecenderungan tertentu. Aku tak menyalahkannya karena mungkin itu salah satu usaha yang bisa ia lakukan untuk menyebarkan agamanya. Toh, bagiku ia tak menyampaikannya dari lisan hanya berupa gambar dan benda penuh simbol. 

Lagipula sebagai seorang kristen taat itu pulalah yang bisa ia lakukan untuk melakukan pelayanan terhadap tuhan yang ia yakini. Sebagaimana seorang muslim yang juga sebagian di antaranya mendapat tugas untuk menyeru pada kebaikan dan mencegah kemungkaran. 

Sebagai orang yang beragama dan sangat meyakini keyakinannya, tentu mengajak orang lain adalah tugas yang semestinya dilakukan. Dengan syarat ia tak mengajak orang yang telah beragama untuk masuk ke agamanya. 

That's it semoga kita sebagai seorang muslim yang bangga dengan kemuslimannya melaksanakan seluruh ajaran yang tertera pada Al Quran dan juga sunnah Rasulullah SAW. 

Hari ini aku belajar dari seorang non muslim


Wednesday, 12 November 2014

Aku Bersalah, Perbaiki?

Prosedurku sudah salah, maka inilah konsekuensi yang harus kuterima atas keteledoran dan kelalaian serta sikap yang terlalu meremehkan. 

Memaksakan kehendak juga hanya akan menambah masalah, bahkan simpati itu akan berubah menjadi ketidaksukaan. Oh tidak... Ini tak boleh terjadi. 

Aku ingin semua bisa dilakukan dengan tenang, tanpa masalah yang membuat jantungku terus - terusan mencelos. Rasanya sudah cukup dengan sensasi yang kurasa beberapa hari belakangan. Harus datang dengan wajah yang sangat menyenang, menyapa seluruh orang dan berusaha tersenyum meski hatiku mencerminkan betapa tak percaya dirinya aku menghadapi mereka yang bahkan sebenarnya tak mengenal siapa aku.

Aih, tak menyangka aku akan berada pada titik ini. Titik terendah kah? Bisa jadi... Tapi mungkin ada orang lain yang punya kondisi lebih buruk. Syukuri saja, karena berikutnya aku tak lagi harus merasa canggung. 

Ini pertama kalinya aku ingin sekali menjadi orang yang tak dikenal namanya oleh siapa pun. Apakah aku yang sok terkenal? Apa pun itu, aku berharap tempat - tempat yang kukunjungi belakangan ini adalah tempat yang asing. 

Tempat asing lebih mudah kutempuh karena ia membutuhkan kemampuan adaptasiku. Tempat ini membuatku merasa seperti orang terbuang, sungguh tak layak dan memalukan. Berjalan saja sudah membuat jantungku berdegup tak karuan meski masih kutatap setiap orang yang kulewati. 

Ada sensasi aneh yang pernah kurasakan sebelumnya, namun kali ini lebih parah. 

Ah sudahlah... Aku hanya butuh tempat curhat untuk menumpahkan segalanya. Solusi? Aku sudah punya beberapa pilihan yang melayang - layang dalam derum suara motor yang kupacu. 

Aku membuat kesalahan dan tak mungkin untuk diperbaiki. Yang ada adalah mengakui kesalahan yang kuperbuat dan berusaha untuk mengakali agar ia tak mengganggu prosedur berikutnya. Ingat, aku hanya butuh beberapa waktu, setelah itu semua ini akan selesai. 

Sekarang, belum saatnya berhenti. 

Terima kasih sudah membaca :)


Wednesday, 5 November 2014

Arti Menjadi Kader LDK

Bismillahirrahmanirrahiiim

Selain mentoring atau pertemuan pekanan, hal yang rutin dilaksanakan di LDK alias Lembaga Dakwah Kampus adalah agenda perekrutan atau biasanya yang

lebih dikenal sebagai Training Kader atau pelatihan kader dan sebagainya. Kegiatan ini bertujuan untuk merangkul para mahasiswa untuk bergabung di LDK.

Fenomena yang terjadi di daerah Kepri, yang saya pikir juga terjadi di daerah lainnya adalah jumlah peserta yang jauh dari harapan alias sangat sedikit

sekali. Dari seribu mahasiswa yang terdaftar sebagai mahasiswa baru, yang mengikuti kegiatan tersebut hanya sekitar 30 - 50 mahasiswa. Sebuah

perbandingan yang amat jauh. Namun beginilah fenomenanya, tak hanya di Kepri tapi juga di daerah lainnya.

Lalu, apakah semangat kita akan turun karena jumlah yang sedikit? Ups, saya harap kita belum terlalu kendor

Nah, dari puluhan mahasiswa yang ikut tersebut, mulailah mereka menjalani kehidupan dengan sebuah predikat sebagai kader dakwah kampus, sebuah

sebutan yang telah lazim dan membumi di Indonesia. Walaupun ada rasa enggan untuk disebut demikian, mau tidak mau masyarakat kampus akan

menyebutnya demikian.

Mari kita ibaratkan para mahasiswa baru ini sebagai penumpang kapal yang baru saja akan berlayar. Apakah mereka hanya akan berlayar begitu saja. Eits,

tentu tidak. Ada beberapa hal yang harus dilakukan oleh kapten kapal, para anak buahnya (ABK) dan tak lupa oleh penumpang itu sendiri.

1. Kapten Kapal, berikan petunjuk apa yang harus dilakukan oleh ABK dan penumpang.
Seorang kapten kapal yang merupakan pemimpin harus memberikan pengarahan kepada anak buahnya melalui briefing dan pemberitahuan -

pemberitahuan tentang hal - hal apa saja yang harus mereka lakukan. Tujuannya agar penumpang dapat menikmati perjalanan itu, tahu tujuan berlayar dan

selamat sampai tujuan. Tak hanya itu pengarahan kepada ABK juga merupakan langkah untuk keamanan penumpang dalam menghadapi kondisi darurat.

Begitu pula di LDK, ketua merupakan cerminan dan salah satu sumber penyemangat bagi para kader di bawahnya. Tanpa sosok ketua, kader, terutama

kader baru akan sulit untuk membaca apa yang harus ia lakukan. Tak hanya itu, ia juga akan sulit menemukan teladan yang bisa mereka contoh prilaku

keseharian, pemikiran, cara ia bicara, bertindak, berpakaian dan sebagainya. Memanglah berat namun sesuai dengan balasan yang akan diterima dari Allah

SWT.

2. Anak buah kapal
Apa yang biasanya dilakukan para ABK? Yups, mereka mengurus seluruh bagian kapal untuk memastikan keadaannya baik - baiknya. Memeriksa setiap

sudut, memberikan pelayanan maksimal kepada para penumpang, memberi pertolongan, membersihkan kapal dan menjalankan serta merawat mesin.

Seperti itukah para kader LDK?

Tentunya. Mereka yang telah berkecimpung terlebih dahulu secara otomatis mengemban tugas sebagai pelayan. Para kader ini memberikan apa yang

dibutuhkan kader baru baik dalam hal yang terkait dengan LDK maupun dalam kehidupan kampus juga kehidupan sosialnya.

Selain menjadi penyambung lidah dan pelaksana kegiatan yang ada di LDK, kader - kader ini juga bertugas untuk membangun ukhuwah di antara mereka

sendiri, terutama kader baru.

Ah, banyak ya... Sekali lagi, balasan yang akan diterima tentu sesuai ;)

3. Penumpang kapal
Hal pertama yang harus seorang penumpang ketahui adalah tujuan. Ke manakah kapal ini akan berlayar? Berapa lama waktu perjalanan yang dibutuhkan?

Jalur manakah yang akan digunakan? Adakah panduan dalam perjalanan? Apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan selama perjalanan? Adakah petunjuk

keselamatan di dalamnya?

Bila kamu adalah seorang penumpang namun tak mampu menjawab pertanyaan di atas, maka kami mengkhawatirkan keadaanmu.

Seorang penumpang yang tak mengetahui ke mana ia akan berlayar bisa berakibat fatal. Penumpang yang berlayar tanpa tujuan hanya akan menambah

beban dan dilanda kebingungan terus menerus. Beruntung bila dalam perjalanan tersebut ia berinisiatif untuk bertanya pada orang - orang sekitar ke mana

kapal ini akan pergi. Tapi bagi yang cuek, ia tak akan peduli pada hal tersebut sehingga ia bisa saja melakukan hal - hal yang bertentangan atau terindikasi

untuk pindah ke kapal lain.

Hmmm untukmu adik - adik baru yang telah mengecap training kader bersikaplah lebih pro aktif dalam mencari ke mana sebenarnya LDK ini akan pergi.

Apa yang dapat kamu lakukan di dalamnya. Ketahui pula apa keuntungan yang akan kamu dapatkan dengan bergabung dalam organisasi ini. Berikan

sedikit waktumu untuk mencari tahu tentangnya. Penumpang yang baik adalah penumpang yang mengetahui apa yang harus ia lakukan dalam kapal

tersebut selama perjalanan.

Waktu Kita Sedikit, Kewajiban Kita Begitu Banyak

Jauh - jauh hari, Imam Hasan Al Banna telah mengingatkan kita bahwa kewajiban yang kita miliki lebih banyak daripada waktu yang tersedia. Benar

memang adanya. Ada begitu banyak hal yang harus kita lakukan sementara dalam sehari kita hanya punya waktu 24 jam. Ah, sedikit sekali... Bahkan seperti

tak ada waktu untuk istirahat.

Di tengah kesibukan kuliah yang menyita waktu kader LDK harus pula menyediakan waktu untuk mengurus LDK dan mempelajari hal - hal yang berkenaan

dengannya. Apakah melelahkan? Tentu. Belum lagi jika mereka adalah kader baru.

Fenomena hari ini menunjukkan kesadaran untuk ber-LDK itu belum sepenuhnya menyelimuti hati - hati para kader. Masing - masing kader kehilangan arah

tujuan. tidak tahu apa arti keberadaan mereka di sana. Yang mereka tahu cuma mentoring, kajian, pelatihan atau rujak dan ice cream party.

Tidak, tidak, tidak. LDK bukan hanya soal itu.

Menjadi seorang kader LDK artinya kita siap untuk memperbaiki diri menjadi lebih baik. Menambah waktu untuk merubah diri sedikit demi sedikit seperti

yang tertulis dalam Al Quran dan sunnah Rasulullah SAW.

Tak hanya itu kader LDK adalah orang - orang yang siap untuk menjadi contoh baik di tengah - tengah masyarakat kampus. Menjadi orang - orang yang

akan mengingatkan orang lain akan arti beradaan manusia di dunia.

Kader LDK adalah teman yang akan membuat teman - teman di sekitarnya mengingat Tuhannya setiap kali mereka bertemu. Kader LDK adalah orang -

orang yang menghidupkan nilai - nilai Islam di kampus. Tak saklek pada perbedaan, menyebarkan senyum, salam dan sapa, memberikan kenyamanan serta

mempresentasikan Islam dalam setiap tindak tanduknya.

Ah, banyaknya.... Sanggupkah kader LDK melakukannya?

Penulis minta maaf jika tulisan ini menjadi sesuatu yang menakutkan dan memberatkan. Tulisan ini hanya  mencoba membantu para kader agar

mendapatkan gambaran untuk apa mereka bergabung di LDK. Apa yang harus dilakukan? Ah, sekali lagi penulis minta maaf jika tulisan ini terkesan terlalu

idealis yang belum tentu penulis juga mampu melaksanakan segala hal.

Hanya ingin berbagi bahwa menjadi aktivis dakwah kampus adalah hal yang paling dan patut disyukuri karena membuat kehidupan kampus lebih berarti.

Hidup lebih punya tujuan. Tahu rasanya melakukan sesuatu. Tahu rasanya untuk siapa kita berbuat dan apa yang akan kita dapatkan sesuai janji.

Menjadi aktivis dakwah kampus (ADK) adalah sesuatu yang istimewa.

Tak akan kau temukan kebahagiaan selain berkumpul bersama orang - orang sholeh dan yang sedang belajar menjadi orang sholeh.

Tak akan kau temukan kebahagiaan selain membangun bangunan ukhuwah yang dibangun atas dasar akidah, bukan nasab, kampung halaman ataupun

suku.

Seperti indahnya ukhuwah Mush'ab bin Umair saat dipersaudarakan dengan Abdullah ibnu Maktum. Atau mengharukannya pengorbanan tiga sahabat yang

syahid dalam perang karena mendahulukan air untuk saudaranya yang lain.

Bergabung dalam LDK berarti mengubah diri sesuai tuntunan Al Quran.
Bergabung dalam LDK berarti siap berukhuwah.
Bergabung dalam LDK berarti menghidupkan nilai - nilai Islam di kampus dan lingkungan sekitar
Bergabung dalam LDK berarti menyamakan mimpi untuk menggapai cita - cita kejayaan Islam

Sanggupkah? Tetapkan pilihanmu, niatkan dengan benar karena begitu kita tak berhasil meluruskan niat, suatu hari kita hanya akan menjadi orang - orang

yang mundur atau terlempar dari jalan itu.

Selamat mempelajari LDK!!

Tulisan Para Da'i

Kami adalah pena pena yang tajam
yang akan menuliskan kebenaran
tanpa ragu ungkapkan keadilan

Penggalan lirik nasyid Tekad yang dipopulerkan oleh Izzatul Islam di atas sudah lama tak kami nyanyikan dalam forum KAMMI. Sebelum ada Mars KAMMI baru yang diciptakan oleh Pak Maukuf yang saat itu menjabat sebagai staf kaderisasi pusat, setiap acara kami menjadi Tekad sebagai mars yang dinyanyikan. Isi liriknya menggugah semangat siapa pun yang mau menghayati liriknya. 
Yang aku tuliskan tadi adalah bait terakhir dari lagu itu. Yang dimaksudkan adalah, kami, yang telah masuk dalam lingkup tarbiyah, yang telah menikmati ukhuwah diharapkan untuk menjadi pena - pena yang tajam yang akan menuliskan kebenara, baik kebenaran Islam maupun hal - hal yang terjadi di sekitar kami. 

Menulis adalah salah satu bagian yang amat penting. Dalam sebuah kutipan dikatakan bahwa menulis adalah pekerjaan menciptakan keabadian. Menulis adalah perkara mencatat sejarah. Siapa yang tidak menulis sehebat apa pun bila ia tidak menulis maka namanya hanya akan hilang ditelan zaman. 

Landasan pemikiran seperti inilah yang membuat beberapa senior di KAMMI begitu gencar menciptakan penulis - penulis handal. Untuk tingkatan Kepri, siapa yang tak mengenal Raja Dachroni dengan tulisan - tulisan berbau sosial politik yang nyaris pernah nangkring di seluruh media lokal yang bahkan merambah ke Riau. 

Belum lagi jika berbicara tentang para kader di Jakarta, Yogyakarta, Bandung dan bagian Indonesia lainnya. Sejak dicanangkannya Gerakan KAMMI Menulis di masa kepemimpinan Rijalul Imam, aku yang baru bergabung di KAMMI tahun 2008 merasakan perkembangan itu terutama di media sosial. Tak banyak nama penulis di KAMMI yang kukenal di antara mereka ada Syamsuddin Kadir, Sofistika Carevy, Dina Fauziah, Amin Sudarsono, Rijalul Imam dan para penggiat KAMMI Madani juga tak lupa para penulis ideologi di KAMMI Kultural

Lalu terpikir olehku tentang para dai yang ada di Kepri. Di daerah ini aku yakin mereka tak kalah hebat dengan mereka di luaran sana. Aku bertemu mereka dalam forum - forum ilmu dan mendengarkan taujih para dai dengans seksama. Namun hari ini aku berpikir, harusnya pemikiran dan ilmu mereka juga berhak dinikmati oleh orang lain yang tak sempat hadir dalam forum - forum tersebut? 

Kurasa ada banyak orang yang menulis termasuk para dai, hanya saja tulisan - tulisan itu tak terpublikasikan. Aktivitas harian yang menyita waktu bisa saja membuat para dai ini tak memiliki waktu lebih untuk berkutat pada web pribadi untuk menyebarkan ilmu, pemikiran dan pandangan mereka terhadap permasalahan yang ada. 

Semoga nanti ada tim yang akan mengumpulkan tulisan para dai ini yang kemudian dirangkum dalam satu web. Hal ini memudahkan penyebaran pemikiran. Ah semoga saja.... Aku berniat untuk memulainya, mungkin hanya perlu berkomunikasi dengan para dai tersebut. Insya Allah

Tuesday, 4 November 2014

It's Too Much, Mr President

*tulisan ini nyempil di draft dan ditulis saat pelantikan presiden Indonesia ke 7 tanggal 20 Oktober lalu

Mengawali tulisan ini saya ingin mengucapkan terima kasih kepada Bapak Susilo Bambang Yudhoyono yang telah memimpin Indonesia selama 10 tahun terakhir, sejak tahun 2004 hingga 2014. Bukan waktu yang singkat dan tentunya saya yakin beliau menanamkan kesan yang mendalam di hati seluruh rakyat Indonesia. Juga bagi Bapak Boediono yang telah mendampingi beliau di periode kedua sejak tahun 2009.

Kemudian kepada Bapak Jokowi dan Jusuf Kalla, saya ucapkan selamat mengemban amanah untuk 5 tahun ke depan. Terpilihnya Bapak sebagai presiden dan wakil presiden adalah cerminan dari keinginan para pemilih di pilpres yang lalu. Meski saya bukan termasuk orang yang memilih Bapak berdua, namun seperti yang kita ketahui, ada begitu banyak harapan yang disematkan kepada bapak.

Baiklah, melihat fenomena belakangan, saya menilainya apa yang dilihat orang - orang dalam drama politik Indonesia sudah sangat berlebihan. Mungkin juga termasuk saya...

Saya seperti sebagian besar yang lainnya diberikan fasilitas untuk mengetahui informasi mengenai apa yang terjadi hari ini. Televisi yang terus menyala, internet yang dapat diakses dengan mudah melalui handphone maupun laptop dan sumber bacaan lain yang mendukung.

Sebagian orang, termasuk saya merasa muak dengan apa yang dipaparkan televisi dan pemberitaan yang memenuhi media massa. Prilaku pers yang bertindak berdasarkan pemilik modal menambah sesak. Kerinduan mendalam kita rasakan akan hadirnya lagi netralitas pers dalam penyampaian berita kepada masyarakat.

Tak hanya di sisi pendukung Jokowi, pendukung Prabowo pun sebenarnya melakukan hal yang sama. Kita tak lagi bertemu dalam perang terbuka dengan pedang ataupun meriam, namun kita sedang berperang dengan menggunakan media sebagai senjata.

Ini hanya sekedar tulisan penuh unek - unek saya sebagai salah satu masyarakat yang tidak memilih Jokowi-JK di pemilihan presiden. Melihat bagaimana para pendukungnya berpesta pora seolah kemenangan ini adalah kemenangan mutlak bagi seorang wong cilik yang berhasil menjadi pemimpin sebuah negara besar.

Berpesta adalah hak bagi mereka yang ingin mengadakannya. Saya hanya bisa tersenyum sinis melihat salah satu stasiun pendukung menayangkan dialog yang menghadirkan tokoh - tokoh pendukung JKW-JK, baik para ahli maupun pengamat politik. Apa yang mereka umbar seolah - olah orang ini adalah orang ajaib yang akan membawa Indonesia menuju perubahan.

Saya tidak tahu, bahkan anda pun tak bisa memberikan jaminan apa yang akan ia lakukan. Umbaran pujian tersebut tentunya sudah memasuki wilayah yang sangat berlebihan. Disampaikan berulang - ulang dengan kalimat yang berbeda agar terpatri dalam benak penonton bahwa ini adalah  malaikat penyelamat Indonesia.

Oh, baiklah
Saya ingin menyampaikan bahwa sesuatu yang berlebihan itu tidak baik. Jika awalnya sudah begini, bagaimana ke depan.

Mungkin saya menjadi orang yang pesimis sekaligus sinis dengan kepemimpinan Jokowi-JK 5 tahun mendatang.

Saya membayangkan Jokowi akan bernasib sama seperti SBY di mana pada awalnya SBY juga menjadi pujaan rakyat Indonesia yang merindukan perubahan. Tak lupa pencitraan habis - habisan pun dilakukan. Tapi apa yang mau dikata, di akhir kepemimpinannya SBY dijatuhkan oleh media yang dulu mengangkatnya.

Monday, 3 November 2014

Madu dan Kurma

Dua makanan ini adalah makanan yang paling dianjurkan sama Rasulullah SAW. Sayangnya kita, terutama saya pribadi sangat jarang mengkonsumsi hal beginian. 

Dalam buku Inilah Makanan Rasulullah dijelaskan secara gamblang manfaat kurma dan madu bagi kesehatan. Saya ga akan mengupas seluruhnya, hanya mencatat sebagian hal yang saya ingat. 

Terutama saat kita sakit, kita lebih milih berobat ke dokter atau puskesmas atau sekedar minum paracetamol. Padahal mengkonsumsi madu sudah lebih dari cukup. Bahkan madu bisa digunakan untuk mata yang sakit karena radang. Cukup diteteskan ke mata selama tiga hari berturut - turut dalam seminggu. 

Wah saya jadi ingat anak sepupu dan bayi bayi lain yang setiap kali sakit dibawa orang tuanya ke dokter. Paahal ketika anak - anak dibawa berobat ke dokter menurut para inspirator saya (aha!) hal itu malah akan bikin ketergantungan sehingga setiap sakit harus bertemu dokter tersebut. Nah repot kan ya. 

Saya ingat anak guru yang saat itu panas tinggi. Ketika itu ia minta saya untuk membelikan madu di toko yang di Bintan Center. Harganya sekitar 80.000. Rupanya anak sakit cukup diberi madu, insya Allah sembuh karena madu adalah obat selain Al Quran. 

Sepertinya saya harus memrekomendasikan hal ini pada sepupu - sepupu agar tak lagi membawa anak mereka ke dokter. Mengkonsumsi madu secara rutin juga bikin anak itu sehat kan. 

Trus soal kurma. Rasulullah menganjurkan untuk makan kurma bagi wanita yang akan melahirkan karena buah ini akan menguatkan otot dan membantu sang ibu dalam proses lahiran. Waaaah.... muantap inih.