Saturday 2 May 2020

Cerita Lahiran Safa Part 2 (Copy dari IG)

Masya Allah, tabarakallah... Setelah 3 minggu menikmati hari2 jadi buaga alias ibu2 anak tiga, baru bisa nulis lanjutan cerita lahiran. Berusaha ga panjang2 meskipun saya suka sekali menulis detail. .
.
Seperti biasa, obat induksi diberikan kedua kalinya selang 4-6 jam gitu, saya lupa. Yang jelas mules itu saya rasakan jelang ashar. Saya masih bolak balik ke kamar mandi untuk pipis n BAB. Begitu lendir mulai keluar rasanya senang, apalagi ga lama kemudian juga diikuti dengan darah. Oke fix ashar nanti saya ga harus sholat lagi. .
.
Sakit induksi kaya apa? Well, krna saya ga pernah normal jadi ga punya perbandingan ya. Ini cerita apa yg saya rasa aja. Di awal sakitnya bukan pinggang atau punggung, tapi perut, terutama perut bagian tepi. Jadinya sesak banget bagian dada karna berasa bayinya naik. Setelah itu baru deh menjalar ke mana mana layaknya kontraksi pada umumnya. Btw induksi kali ini rasanya aneh. Entah karna gugup, tapi saya mual dan beberapa kali muntah. Rasa mual juga makin menjadi ketika bukaan nambah. .
.

Nah setelah maghrib rasa sakitnya makin bertambah n saya ga mau banyak bicara lagi. Hanya fokus bernafas nafas nafas dan nafas. Gmana pun, saya ga mau buang energi dengan berteriak meski udah makan kurma. Ini aja udah takut ga bisa ngejan, so sy cuma nafas. Karna sakitnya pasti akan terus bertambah. Saya ga mau harus jejeritan di ruangan ini n bikin stres pasien sebelah 😂😂
.
.
Jam 19.00 itu kontraksinya makin gila2an. Saya minta di cek dalam, tapi bidan bilang jadwal berikutnya jam 8, sabar aja ya bu katanya. Sekitar 30 menit berlalu dan saya minta bg Rio untuk panggil mereka. Cek dalam, ternyata masih bukaan 3. What??!!! Sakit kaya gini masak masih bukaan 3 sih, batin saya. Bidannya masih suruh sabar tapi saya ga tahan lagi. .
.
Tiba tiba ada sesuatu seperti mengganjal di bagian ekor atau apalah itu. Hekkkk!!! Hasrat ingin ngejan itu sungguh sungguh tak tertahankan!!!! Saya miring ke kanan, meluruskan kaki agar ga ngejan sebelum waktunya. Aakk!!!! Ampun deh, idealisme ga tereak itu mental. Ketika sesuatu di ekor itu rasanya makin mendekati anus, saat itu juga rasa mual bertambah2 dan akhirnya saya berteriak.

Ketika saya sudah sangat mual, sangat ingin mengejan dan akhirnya berteriak, Bg Rio menyangga kepala saya dan mengingatkan untuk mengatur nafas krna saya sudah terlihat panik. Laluuuu, gelombang menyesakkan itu kembali datang. Sangat sangat sangat ingin mengejan!!! Meski berusaha sekuat tenaga untuk menahannya tapi keinginan itu amat kuat. Ya sudah, ngejan juga. Rasanya bagian anus saya membengkak atau mungkin jalan lahir juga tertutup. Entahlah. Tapi rasanya tak puas krn tak ada yg keluar. Ketika rasa ingin ngejan itu datang kembali saya udah pasrah. Klo bukaan 3 aja pengen ngejan kaya gini, saya pikir saya ga sanggup bertahan hingga bukaan lengkap. Apalagi sepertinya bagian anus membengkak seperti ada yg mau meledak. Sudah terbayang bahwa malam itu saya akan dibawa ke ruang operasi. .
.
Lalu tiba tiba saya merasakan ada sesuatu yang meletus dan  air yg sangat banyak keluar dari bawah. Deras dan sejujurnya ada sebuah perasaan lega karna rasa ingin ngejan itu perlahan berkurang. Air ketuban!!!!!! Saya yg tadinya masih miring mengambil posisi, bidannya juga kaget dan sigap mendekati saya untuk cek. "Kak, crowning!!!", Teriaknya pada bidan lain. Saya ga ngerti tapi gerak tangannya membuat saya paham bahwa kepala bayi sudah kelihatan. Bg Rio mengingatkan untuk bernafas pendek2 melalui mulut lalu membantu membuka kaki saya. .
.
Dan rasanya saat itulah bayi saya keluar tanpa saya sadari. Di saat peralatan belum disiapkan, saat bidan masih santai, saat posisi saya masih jauh dari lubang tempat tidur. Hasilnya??? Robek lagi 😅😅😅 iya karna posisinya cukup jauh bidan kesulitan saat menarik bayi keluar, klo posisi pas bisa aja ga robek atau ga perlu gunting sama sekali. .
.
Begitulah, alhamdulillah. Kali ini saya melahirkan tanpa harus ngejan atau mendorong bayi dari jalan lahirnya. Bayi ini meluncur keluar seiring dengan air ketuban dan minim sekali darah. Dan hingga detik ini saya masih ga percaya klo sy baru aja melahirkan. Hal yg paling saya syukuri dan merasa emejing adalah sakit kontraksi yg dahsyat itu hanya saya nikmati selama 40 menit. Entah, mungkin karna induksi jadi reaksinya lebih cepat. .
.
Assalamu'alaikum Safa Medina Azzahra 💕💕💕

Sunday 8 March 2020

Cerita Lahiran Safa Part 1

Bismillahirrahmanirrahiiim.... Mau cerita lahiran yang ketiga nih? Siapa yang nunggu 😅😅😅 saya yakin setiap orang punya ceritanya dan pengalamannya sendiri. Untuk mengabadikan cerita itu saya memilih untuk menuliskannya, sekalian mau ngabisin jatah ribuan kata per hari sebagai perempuan 😁😁😁. Yahhh semoga bisa menghibur, menginspirasi yaaaa... 
.
.
.
Seperti biasa tulisannya bersambung. Enaknya ditulis di blog tapi ya gitu deh, blog udah jadi sarang laba2. 
.
.
.
Oke mari kita mulai. Saya melahirkan anak perempuan hari Kamis, 5 Maret 2020 jam 19.40 WIB. Beratnya 3,6 kilo dan panjang 52 cm. 400 gram lebih berat dari perkiraan dokter pas USG yg cuma 3,2 kg. Seperti biasa, kali ini melewati proses induksi lagi, dan alhamdulillah berakhir normal. Merasa sangat bersyukur karna ga semua yg memilih induksi bisa berakhir normal karna banyk faktor. Part berikutnya akan cerita soal alasan memilih induksi. 
.
.
.
Lahiran kali ini keinginan saya terkabul, salah satunya bisa lahiran lagi di RSIA Mutiara Aini, tempat yang sama dg Farah dulu. Mungkin karna merasa nyaman yaaa, terutama juga sama dokternya. Sebelumnya sempat kecewa karna kayanya ga bakalan lahiran di sana karna untuk pemakaian BPJS harus dirujuk dulu dari klinik faskesnya. Tapi jelang lahiran alhamdulillah ternyata bisa. 
.
.
Beberapa hari sebelum HPL saya cek ke dokter sekaligus mau nanya apa bisa induksi di Aini pakai BPJS. Alhamdulillah bisa. Dokter mengarahkan untuk minta rujukan dari klinik dngan menyertakan surat keterangan tentang hpl dan riwayat persalinan saya. Maka di tanggal 4 Maret (tanggal HPL nya) kami ke klinik untuk minta rujukan. Alhamdulillah dapat setelah ditanya tanya sama dokter di poli kenapa kami minta rujukan untuk induksi n kenapa ga nunggu aja karna kondisi kandungan juga masih bagus. 
.
.
.
Pagi tanggal 5 Maret 2020 saya dan bg Rio bergegas ke rumah sakit sebelum Farah n Alqi bangun. Sayangnya, Alqi udah bangun jadi nangis pas liat kami pergi. Asal bukan Farah karna dia bisa kepikiran seharian. Kami titip mereka sama neneknya di rumah. 
.
.
Memasuki ruang IGD bikin jantung berdebar debar meski ini proses yang ke sekian kalinya. Tensi yang biasanya cuma 90, pagi itu jadi 110. Setelah mendata n cek tensi, bidan mulai mengukur perut saya dan melakukan cek dalam, lalu dilanjutkan dengan pengambilan darah  
.
.
.
Data yang ditanya seputar 💖 ini kehamilan yg ke berapa 💖 anak ke berapa 💖 proses lahir anak pertama n kedua 💖 berat anak pertama n kedua. 
.
.
.
Begitu proses di IGD selesai kami pun masuk ke ruang bersalin. Hal pertama yg dilakukan adalah rekam jantung. Perut saya diletakkan alat bulat n diikat. Tangan juga pegang alat, setiap ada gerakan tombolnya ditekan satu kali. Proses rekam jantung berlangsung selama 20 menit karna saya pasien dokter A. Klo dokter B cuma minta 10 menit. Hehehe beda dokter beda permintaan ya. Dua puluh menit berbaring bikin pegel dan pinggul bagian kanan udah meronta. Selama itu saya cuma kepikiran, dengan kondisi bagian pinggul kaya gini kira kira saya kuat ngejan ga nanti ya??? Sungguh, proses mengejan adalah hal yang saya takuti selama persalinan normal. 
.
.
.
Lanjut next part yahhhh