Sunday 7 August 2011

Safari Ramadhan dan Rasa Syukur

Baru saja membaca laporan singkat tentang keluhan warga kelurahan Senggarang tentang jalan yang belum diaspal sehingga becek ketika musim hujan datang. Keluhan ini disampaikan langsung kepada Wali Kota Tanjungpinang yang saat itu sedang safari Ramadhan.

Wali Kota berjanji ( entahlah apakah benar berjanji atau hanya protokoler semata ) untuk mengusahakan agar jalan ini di aspal, jika tak bisa dilaksanakan tahun ini, maka tahun depan direlaisasikan oleh pemerintah kota.

Mengapa pejabat senang sekali melakukan safari ramadhan di bulan ramadhan ini? Saya tak habis pikir...

Menurut saya, tak ada gunanya mereka menggunakan anggaran pemerintah untuk sekedar berkeliling dari mesjid ke mesjid dan beraksi untuk membaur bersama warga yang lain. Tak sadarkah mereka bahwa sebesar apa pun usaha mereka untuk membaur, mereka hanya akan menarik perhatian yang tak perlu dari masyarakat. Lalu apa gunanya bertemu secara langsung dengan rakyat? Agar dikatakan sebagai pemimpin yang merakyat? Benarkah? Atau hanya sekedar ingin dekat dengan rakyat? Ingin dikenal? Ingin mendengarkan keluhan mereka? Lalu jika sudah mendengar apa yang bisa dilakukan?

Ingat sekali bagaimana mantan Presiden Megawati ketika sedang berpidato di depan seluruh kader, pendukung dan simpatisan menjerit pada seorang ketua DPD atau DPC PDI-P yang ternyata tidak dikenal oleh anggotanya sendiri. Hahaha…. Kasihan sekali bapak itu, ditengking di depan orang banyak, hilang kewibawaannya selaku pemimpin. Apalagi siaran pidato itu ditayangkan langsung, tentu seluruh rakyat Indonesia menonton.

Dalam kasus ini mungkin saja dia layak disalahkan atau jangan – jangan si anggota sendiri yang memang tidak mau peduli siapa yang memimpin.

Lain lagi cerita khalifah Umar bin Khattab ketika patroli di malam hari kemudian menemukan ibu dan anak – anak sedang kelaparan. Anak – anak yang menangis menahan lapar itu dibujuk oleh ibu mereka dengan mengatakan bahwa ia tengah merebus makanan dan ia meminta mereka untuk bersabar.

Mendengar dan melihat hal ini, khalifah Umar pun menghampiri mereka. Diketahuinya kemudian bahwa ibu tersebut sedang merebus untuk meyakinkan anak – anaknya bahwa yang sedang ia masak adalah makanan untuk menalas perut mereka. Menangis khalifah Umar menyaksikan hal ini dan dengan tubuhnya sendiri ia mengangkat gandum untuk diberikan pada mereka yang kelaparan. Bahkan ia tidak membiarkan pembantunya membantu dia.

Kemudian ketika ia menyerahkan gandum tersebut pada ibu dan anak – anaknya, ternyata keluarga itu tidak mengetahui bahwa ia adalah khalifah Umar.

Bagi orang lain, pejabat turun ke masyarakat secara langsung seperti dalam bentuk safari Ramadhan mungkin memiliki segi positif. Namun jika kegiatan itu kadang – kadang berimbas kepada pejabat itu sendiri ini malah menjadikannya masalah. Misalnya, seperti yang dihadapi oleh Bu Tatik kali ini dan mungkin juga pejabat lain. Beliau menerima keluhan dari rakyat yang merasa dirinya tak mendapat perhatian pemerintah. Soal jalan yang dikeluhkan itu menurut saya merupakan sebuah penyampaian yang bagus karena menyangkut kepentingan orang banyak.

Sebagai imbasnya, Bu Tatik harus mengeluarkan kata – kata janji yang seharusnya mulai dikuranginya menjelang masa akhir jabatannya selaku Wali Kota Tanjungpinang. Menjanjikan bahwa jalan itu akan segera mendapat penanganan dari pemko dalam hal ini Dinas Pekerjaan Umum, bagi saya merupakan hal yang mengerikan. Karena dengan demikan masyarakat akan selalu mengingat janji tersebut dan jangan salahkan siapa pun jika ianya tak dapat terealisasikan.

Setelah mendengarkan keluhan, dalam kata sambutannya Wali Kota Gurindam ini berpesan kepada masyarakat agar senantiasa bersyukur atas nikmat dari Yang Maha Kuasa. Bulan Ramadhan yang penuh ampunan dan rahmat dari Allah swt diharapkan dapat melatih diri menjadi pribadi yang pandi bersyukur karena sesuai janjiNya siapa yang bersyukur maka nikmat itu akan ditambah, serta pintu rezeki akan dibukakan dari tempat yang tak terduga.

Sejuk rasanya membaca pesan ini, dan saya berharap ini bukan hanya pesan lips service pejabat kepada rakyat untuk terus bersyukur sementara dirinya tidak. Besar harapan saya selaku rakyat biasa yang menginginkan kemakmuran dan kesejahteraan bagi teman – teman sesama rakyat juga, pejabat – pejabat di pemerintahan juga belajar bersyukur.

Mengurangi praktek sunat anggaran mungkin merupakan realisasi dari rasa syukur tersebut. Syukurilah upah yang didapat sebagai pelayan rakyat, jika minta tambah apalagi mengambilnya dari rakyat sungguh keterlaluan dan benar – benar tak bersyukur. Jika sudah begitu pantaslah kota ini mulai merangkak kedalam lubang kemiskinan, rupanya pintu rezki itu perlahan – lahan sudah ditutup. Wallahu’alam


# Mereka akan berkata : Kamu bisa berkata seperti ini karena kamu belum berada di posisi tersebut.

No comments:

Post a Comment