Akhir - akhir ini baca buku memang harus punya waktu khusus. Seperti kata Kak Ira Marby, nafsu beli buku kami lebih besar daripada nafsu untuk membacanya sampai tamat. Terbukti hingga hari ini hanya ada beberapa buku yang secara pribadi aku baca dari awal sampe akhir.
Kalo buku - buku tipis ya wajar meski banyak juga yang belum kelar hahaha buku tebal yang baca sampe akhir tanpa ada satu huruf pun terlewat itu KAMMI dan Pergulatan Reformasi karangannya (lebih tepatnya tesisnya) Mahfudz Siddiq. Waah buku ini beneran bikin melek tentang sejarah KAMMI.
Beberapa hari belakangan aku baca Manhaj Haraki 1, belum pernah selesai baca karena kupikir membosankan karena tebal. Lagipula ini buku tentang strategi pergerakan dan perjuangan politiknya Rasulullah SAW, bagian dari Sirah Nabawiyah juga, cuma lebih fokus ke strategi gitu.
Ini salah satu buku yang masuk dalam deretan mantuba buat aktivis tarbiyah soalnya detil banget penjelasannya, lebih kontemporer. Pernah nih waktu kasusnya Ustadz Luthfi Hasan Ishaq ditangkap, eh rupanya ada di dalam buku ini. Kejadiannya persis sama.
Ketika menulis ini aku mencoba mencari lagi, tapi ga ketemu. Mungkin lupa judul atau di Manhaj Haraki 2, eh emangnya aku udah punya ya? Liat di rak buku kayaknya ga ada, dipinjemin ga mungkin.
Jadi ditulis di dalamnya :
Ada suatu saat para pimpinan ditangkap dengan tangan diborgol kemudian beritanya disebarkan ke seluruh penjuru negeri. Para wartawan sibuk mengambil gambar kemudian membuat berita tidak benar mengenai hal yang belum tentu kebenarannya.
Ini sungguh persis dengan apa yang dialami oleh Ustadz Luthfi. Insya Allah kalo ketemu halamannya aku share deh.
Nah kata Akmal Sjafril nih, harusnya buku Manhaj Haraki jadi buku wajibnya seluruh aktivis dakwah, mulai dari tarbiyah, salafi, jamaah tabligh, hizbut tahrir dan lain sebagainya bahkan masyarakat umum juga perlu membacanya. Membaca daftar isinya membuatku berpikiran yang sama, tapi agaknya mustahil jika kader Hizbut Tahrir mengikuti apa yang ditulis di dalamnya karena ada bab tentang pembentukan pemerintahan Islam melalui pemilihan. Jika ini diartikan demokrasi lagi maka HT dan Tarbiyah tak akan pernah menemukan titik yang sama. Hewww
Oh ya buku ini ditulis oleh Syaikh Munir Muhammad al Ghadban yang sejak kecil dekat dengan Sirah Nabawiyah dan bercita - cita untuk menulis sirah di kemudian hari. Kabarnya beliau terinspirasi dari Petunjuk Jalan - nya Sayyid Quthb.
Oleh karena itu semoga buku ini bisa aku selesaikan dari awal sampai akhir, memang bacanya harus nyicil. Sekarang baru di tahapan dakwah sirriyah dan menurutku ini keren banget.
Ada poin tentang penugasan kader oleh qiyadah. Jadi ada kader - kader tertentu yang memang ditugaskan oleh qiyadah untuk masuk ke dalam garis masuk dan hal ini tentu ga sembarangan. Di Manhaj Haraki ditegaskan bahwa tugas tersebut dilaksanakan atas instruksi pimpinan, jadi kader ga boleh (istilahnya) mandai - mandai, kecuali dalam keadaan yang memang sangat darurat.
Lalu tentang rumah Arqam ibnu Arqam yang rumahnya dijadikan sebagai markas pertemuan Rasulullah dengan para sahabat di awal dakwah. Kupikir itu bukan nama orang, tapi ini memang sebuah nama seorang pemuda yang berusia 16 tahun. Ada alasan mengapa Rasulullah menggunakan rumahnya sebagai tempat pertemuan. Salah satunya adalah karena orang - orang Quraisy tidak akan memperhitungkan rumahnya. Dia pemuda yang tak terkenal, sangat tidak diperhitungkan. Kafir Quraisy mengira Rasul akan menggunakan rumah sahabatnya yang punya nama di masyarakat. Wah, ini mainannya para intel ya :D
Masih banyak yang aku baca, tapi tak untuk dituliskan dalam tulisan kali ini, semoga teman - teman juga berkesempatan membacanya. Eh langkah pertama harus punya dulu. Sisihkan gaji untuk beli buku - buku kaya ilmu yaa
No comments:
Post a Comment