Beberapa waktu yang lalu, saya bertemu dengan seorang perempuan yang sudah saya kenal sejak lama. Ketika itu saya masih duduk di bangku SMP, tidak berjilbab, masih polos dengan hal – hal yang berbau dunia luar, selalu diantar ayah dengan angkot mata pencaharian kami. Rambut masih berkepang dua, karena peraturan sekolah menghendaki murid – muridnya senantiasa rapid an tampak seragam.
Dan di sana lah saya bertemu dengan wanita itu. Wanita yang mengenakan jilbab amat besar menurut saya ketika itu, sama sekali tidak cantik dalam pandangan saya, malah terlihat kuno sekali. Maklum, bacaan saya ketika itu majalah Aneka Yes! yang jadi tren remaja tanggung di kala itu.
Pertama kali bertatap muka, saya hanya berani memandang sekilas dan terkesan tidak berniat untuk mengobrol. Lama kelamaan, obrolan kami menjadi sedikit banyak karena hampir tiap pagi wanita itu naik angkot ayah saya dengan tujuan yang sama pula.
Saya tak akan pernah lupa dengan majalah Annida yang ia pinjam kan kepada saya suatu hari di pertemuan kami yang ke sekian kalinya. Majalah itu seperti jembatan antara saya dan dia. Sebenarnya, sebelum ia meminjamkan majalah itu, saya sudah pernah membacanya di tempat saya mengaji. Guru ngaji saya yang gemar sekali membaca itu menyodorkannya ke saya beberapa kali. Kemudian saya memutuskan untuk terus membaca dan berlangganan.
Lumayanlah untuk kocek anak SMP, majalah itu teramat murah untuk ilmu luar biasa yang disajikannya tiap edisi.
Baiklahl, saya bukannya ingin menceirtakan tentang majalah itu, tapi yang ingin saya bagikan di sini ialah tentang wanita tersebut.
Sebelum melanjutkan ke cerita inti, sekedar pemberitahuan, saya sudah meminta izin kepada wanita itu untuk menuliskan kisahnya. Semoga bisa menjadi sumber inspirasi bagi siapa pun yang membacanya.
Seiring berjalannya waktu, belakangan saya ketahui, bahwa wanita tersebut terlibat dalam aktivitas yang sama yang sedang saya geluti. Kami kemudian sering bertemu dalam kegiatan kajian keislaman di kota yang sama, kadang mengadakan baksos di tempat yang sama juga beberapa tempat lainnya. Setiap bertemu ia masih dalam status yang sama, single alias belum menikah.
Awalnya saya mengira wanita itu sudah menggenapkan setengah diennya ketika kami bertemu pertama kali di angkot ayah saya. Jika dihitung – hitung sejak pertemuan pertama, sudah hampir 7 tahun yang lalu (sekarang 2011). Rupanya hingga kini ia masih belum menikah. Saya tak berani menanyakan umur wanita itu karena takut menyinggung perasaannya. Saya hanya mengira – ngira, jika ia sudah menikah, tentulah anaknya sudah duduk di bangku SMP. Tapi biarlah pikir saya ketika itu.
Dan Allah mempertemukan saya kembali dengannya beberapa waktu yang lalu. Kali ini dengan status yang berbeda. MENIKAH. Sungguh kejutan luar biasa yang saya dapatkan saat ia memberitahukan hal tersebut. Aura wajahnya menunjukkan kebahagiaan yang tak dapat saya lukiskan dalam kata – kata sederhana ini. Namun yang pasti adalah, wajah penuh rasa syukur dan berserah diri itu selalu tergambar pada wanita itu.
Ia berkata pada saya bahwa ini pernikahannya kali ini sungguh membuatnya merasa sangat bersyukur. Allah telah memberikannya seorang pendamping hidup yang baik baginya. Pendamping hidup yang dianugerahi oleh Allah itu sangat mengerti akan dirinya, sangat sesuai dengan apa yang ia butuhkan. Hidupnya merasa sudah terlengkapi kala pernikahan itu dilaksanakan. Alhamdulillah……
Penantian wanita tersebut selama puluhan tahun bagi saya bukanlah hal yang mudah. Apalagi untuk seorang perempuan. Dalam hati saya memuji keteguhan dan kesabaran yang wanita itu menanti jodoh yang telah ditetapkan Allah baginya. Doa – doa panjangnya selama tahun – tahun penantian itu terjawab sudah. Siapa yang menyangka di usia yang sudah senja, Allah memberinya seorang lelaki gagah yang menerimanya apa adanya.
Janji Allah itu selalu benar. Allah senantiasa mengabulkan doa hambaNya yang selalu berdoa padaNya. Dia telah menciptakan manusia berpasang – pasangan. Semua hanya masalah waktu. Tentang kapan janji itu akan ditunaikan. Bersabarkah manusia tersebut dalam menunggu tertunainya janji Rabbnya yang dicintainya. Hanya masalah waktu.
Selamat untuk ibuk atas pernikahannya, semoga menjadi keluarga yang sakinah, mawaddah dan warahmah serta senantiasa menjadi teladan bagi rumah tangga yang lain.
*tribute to Ibuk yang telah bersabar dalam penantian panjang menjemput jodoh
Thursday, 29 December 2011
Cara Mudah Menghadapi Kritikan Pedas
Baiklah, tulisan ini bukanlah tulisan saya, melainkan tulisan dari buku La Tahzan karya Dr. Aidh al Qarni yang terkenal itu. Diklaim sebagai salah satu buku terlaris di dunia. Ini adalah salah satu judul dalam buku tersebut yang membuat saya bisa bangkit kembali dan mampu tersenyum di saat – saat yang mungkin saja juga dialami oleh orang lain.
Sang Pencipta dan Pemberi rezeki Yang Maha Mulia, acapkali mendapat cacian dan cercaan dari orang – orang pander yang tak berakal. Maka, apalagi saya, anda dan kita sebagai manusia yang selalu terpeleset dan salah. Dalam hidup ini, terutama jika anda seseorang yang selalu memberi, memperbaiki, mempengaruhi dan berusaha membangun, maka anda akan selalu menjumpai kritikan – kritikan pedas dan pahit. Mungkin pula, sesekali anda akan mendapat cemoohan dan hinaan dari orang lain.
Dan mereka, tidak akan pernah diam mengkritik anda sebelum anda masuk ke dalam liang bumi, menaiki tangga ke langit dan berpisah dengan mereka, adapun bila anda masih berada di tengah – tengah mereka maka akan selalu ada perbuatan mereka yang membuat anda bersedih, dan meneteskan air mata, atau membuat tempat tidur anda selalu terasa gerah.
Perlu diingat, orang yang duduk di atas tanah tak akan pernah jatuh dan manusia tidak akan pernah menendang anjing yang sudah mati. Adapun mereka, marah dan kesal kepada anda karena mungkin anda sudah mengungguli mereka dalam hal kebaikan, keilmuan, tindak tanduk, atau harta. Jelasnya, anda di mata mereka adalah orang berdosa yang tak terampuni sampai anda mlepaskan semua karunia dan nikmat Allah yang ada pada diri anda, atau sampai anda meninggalkan semua sifat terpuji dan nilai – nilai luhur yang selama ini anda pegang teguh. Dan menjadi orang yang bodoh, pandir dan tolol adalah yang mereka inginkan dari diri anda.
Oleh sebab itu, waspadalah terhadap apa yang mereka katakan. Kuatkan jiwa untuk mendengar kritikan, cemoohan dan hinaan mereka. Bersikaplah laksana batu cadas; tetap kokoh berdiri meski diterpa butiran salju yang menderanya setiap saat, dan ia justru semakin kokoh karenanya. Artinya jika anda merasa terusik dan terpengaruhi oleh kritikan atau cemoohan mereka, berarti anda telah meluluskan keinginan mereka untuk mengotori dan memcemarkan kehidupan anda. Padahal yang terbaik adalah menjawab atau merespon kritikan mereka dengan menunjukkan akhlak yang baik. Acuhkan saja mereka dan jangan pernah merasa tertekan oleh setiap upaya mereka untuk menjatuhkan anda. Sebab kritikan mereka yang menyakitkan itu pada hakikatnya merupakan ungkapan penghormatan untuk anda. Yakni, semakin tinggi derajat dan posisi yang anda duduki, maka akan semakin pedas pula kritikan itu.
Betapa pun, anda akan kesulitan membungkam mulut mereka dan menahan gerakan lidah mereka. Yang anda mampu adalah hanya mengubur dalam – dalam setiap kritikan mereka, mengabaikan solah polah mereka pada anda, dan cukup mengomentari setiap perkataan mereka sebagaimana yang diperintahkan Allah,
Katakanlah (kepada mereka), “Matilah kamu karena kemarahanmu itu” (QS. Ali Imran : 119)
Bahkan anda juga dapat menyumpal mulut mereka dengan potongan – potongan daging agar diam seribu bahasa dengan cara memperbanyak keutamaan, memperbaiki akhlak, dan meluruskan setiap kesalahan anda. Dan bila anda ingin diterima oleh semua pihak, dicintai semua orang dan terhindar dari cela, berarti anda telah menginginkan sesuatu yang mustahil terjadi dan mengangankan sesuatu yang terlalu jauh untuk diwujudkan.
Sumber : La Tahzan hal 10 -11
Sang Pencipta dan Pemberi rezeki Yang Maha Mulia, acapkali mendapat cacian dan cercaan dari orang – orang pander yang tak berakal. Maka, apalagi saya, anda dan kita sebagai manusia yang selalu terpeleset dan salah. Dalam hidup ini, terutama jika anda seseorang yang selalu memberi, memperbaiki, mempengaruhi dan berusaha membangun, maka anda akan selalu menjumpai kritikan – kritikan pedas dan pahit. Mungkin pula, sesekali anda akan mendapat cemoohan dan hinaan dari orang lain.
Dan mereka, tidak akan pernah diam mengkritik anda sebelum anda masuk ke dalam liang bumi, menaiki tangga ke langit dan berpisah dengan mereka, adapun bila anda masih berada di tengah – tengah mereka maka akan selalu ada perbuatan mereka yang membuat anda bersedih, dan meneteskan air mata, atau membuat tempat tidur anda selalu terasa gerah.
Perlu diingat, orang yang duduk di atas tanah tak akan pernah jatuh dan manusia tidak akan pernah menendang anjing yang sudah mati. Adapun mereka, marah dan kesal kepada anda karena mungkin anda sudah mengungguli mereka dalam hal kebaikan, keilmuan, tindak tanduk, atau harta. Jelasnya, anda di mata mereka adalah orang berdosa yang tak terampuni sampai anda mlepaskan semua karunia dan nikmat Allah yang ada pada diri anda, atau sampai anda meninggalkan semua sifat terpuji dan nilai – nilai luhur yang selama ini anda pegang teguh. Dan menjadi orang yang bodoh, pandir dan tolol adalah yang mereka inginkan dari diri anda.
Oleh sebab itu, waspadalah terhadap apa yang mereka katakan. Kuatkan jiwa untuk mendengar kritikan, cemoohan dan hinaan mereka. Bersikaplah laksana batu cadas; tetap kokoh berdiri meski diterpa butiran salju yang menderanya setiap saat, dan ia justru semakin kokoh karenanya. Artinya jika anda merasa terusik dan terpengaruhi oleh kritikan atau cemoohan mereka, berarti anda telah meluluskan keinginan mereka untuk mengotori dan memcemarkan kehidupan anda. Padahal yang terbaik adalah menjawab atau merespon kritikan mereka dengan menunjukkan akhlak yang baik. Acuhkan saja mereka dan jangan pernah merasa tertekan oleh setiap upaya mereka untuk menjatuhkan anda. Sebab kritikan mereka yang menyakitkan itu pada hakikatnya merupakan ungkapan penghormatan untuk anda. Yakni, semakin tinggi derajat dan posisi yang anda duduki, maka akan semakin pedas pula kritikan itu.
Betapa pun, anda akan kesulitan membungkam mulut mereka dan menahan gerakan lidah mereka. Yang anda mampu adalah hanya mengubur dalam – dalam setiap kritikan mereka, mengabaikan solah polah mereka pada anda, dan cukup mengomentari setiap perkataan mereka sebagaimana yang diperintahkan Allah,
Katakanlah (kepada mereka), “Matilah kamu karena kemarahanmu itu” (QS. Ali Imran : 119)
Bahkan anda juga dapat menyumpal mulut mereka dengan potongan – potongan daging agar diam seribu bahasa dengan cara memperbanyak keutamaan, memperbaiki akhlak, dan meluruskan setiap kesalahan anda. Dan bila anda ingin diterima oleh semua pihak, dicintai semua orang dan terhindar dari cela, berarti anda telah menginginkan sesuatu yang mustahil terjadi dan mengangankan sesuatu yang terlalu jauh untuk diwujudkan.
Sumber : La Tahzan hal 10 -11
Sunday, 25 December 2011
Wednesday, 14 December 2011
Rapat Nyebelin
Rapat paling nyebelin!!
Eh gak juga ding...
Kayaknya ada lagi rapat yang lebih nyebelin
Ah peduli amat
Yang penting rapat kali ini nyebelin banget!!!
Eh gak juga ding...
Kayaknya ada lagi rapat yang lebih nyebelin
Ah peduli amat
Yang penting rapat kali ini nyebelin banget!!!
Thursday, 8 December 2011
Sebuah Nasihat
Adik adikku dan kakakku sayang…..
Sebuah nasihat untuk diriku dan dirimu…..
Suatu hari seseorang menceritakan perkara cintanya pada saya.
“Dia bilang dia mencintai saya kak”
Aku tersenyum sejenak
“Benarkah? Melalui apa ia ungkapkan hal tersebut?”
“Mmmm…. Sms kak”
“Tinggalkan orang yang menyampaikan perasaannya padamu tanpa engkau melihat matanya”
Di hari lain ada lagi yang bercerita dengan sedikit variasi
“Dia ngajak saya nikah kak”
“Benarkah? Kapan keluarga kalian akan bertemu?”
“Dia minta saya menunggu dua tahun lagi hingga kami menyelesaikan kuliah dan mendapatkan pekerjaan yang mapan”
“Tidak ada yang bisa menjamin perasaan seorang laki – laki pada seorang perempuan masih sama, meskipun sedetik”
Malam itu datang lagi curhatan baru
“Kak, dia serius untuk menikahi saya. Saya sudah berbicara dengan ibunya lewat telpon”
“Oh ya? Apakah ia sudah bertemu dengan ayahmu?”
“Mmm belum kak, dia menunggu waktu yang tepat”
“Tinggalkan ia. Jangan mempercayai laki – laki yang tidak berani menemui ayahmu”
Cerita di lain hari
“Kami pacaran sudah beberapa tahun kak”
Hanya tersenyum, sambil terus mendengarkan ceritanya
“Dia orangnya perhatian, romantis, penyayang sekali. Saya sudah bertemu dengan keluarganya. Keluarga saya pun sudah tahu dengan dia”
“Semoga dia adalah orang yang ditakdirkan Allah untukmu”, kataku masih tetap karena tak dapat berkata banyak. Tak ada nasihat lagi yang keluar kecuali doa semoga hubungan itu berujung di pelaminan. Namun, ada satu hal yang tersisa di benak saya, apakah pernikahan mereka akan diberkahi oleh Allah, Sang Pemilik Hati?
Tidak mudah membuat hati tetap mengarah pada Sang Pemilik yang lebih berhak.
Meski sempat tergelincir beberapa kali untunglah tidak sampai jatuh ke jurang.
Setiap kali ingin memberi nasihat, mendadak lisan berhenti karena mengingat respon kompakan yang selalu didapat, “Gak usah ngomong deeeh klo belum permah ngalamin”
Hahahaha…. Ketawa aja deh
Atau berkata dalam hati
“Terserah eloch” Hiiihihihiiii……
Siapa pula yang tidak pernah merasakan getar – getar cinta terhadap seseorang. Hanya saja mungkin cara saya dengan mereka sedikit berbeda. Semoga menggapai bahagia J
#beginilah mereka mengajarkan saya
Sebuah nasihat untuk diriku dan dirimu…..
Suatu hari seseorang menceritakan perkara cintanya pada saya.
“Dia bilang dia mencintai saya kak”
Aku tersenyum sejenak
“Benarkah? Melalui apa ia ungkapkan hal tersebut?”
“Mmmm…. Sms kak”
“Tinggalkan orang yang menyampaikan perasaannya padamu tanpa engkau melihat matanya”
Di hari lain ada lagi yang bercerita dengan sedikit variasi
“Dia ngajak saya nikah kak”
“Benarkah? Kapan keluarga kalian akan bertemu?”
“Dia minta saya menunggu dua tahun lagi hingga kami menyelesaikan kuliah dan mendapatkan pekerjaan yang mapan”
“Tidak ada yang bisa menjamin perasaan seorang laki – laki pada seorang perempuan masih sama, meskipun sedetik”
Malam itu datang lagi curhatan baru
“Kak, dia serius untuk menikahi saya. Saya sudah berbicara dengan ibunya lewat telpon”
“Oh ya? Apakah ia sudah bertemu dengan ayahmu?”
“Mmm belum kak, dia menunggu waktu yang tepat”
“Tinggalkan ia. Jangan mempercayai laki – laki yang tidak berani menemui ayahmu”
Cerita di lain hari
“Kami pacaran sudah beberapa tahun kak”
Hanya tersenyum, sambil terus mendengarkan ceritanya
“Dia orangnya perhatian, romantis, penyayang sekali. Saya sudah bertemu dengan keluarganya. Keluarga saya pun sudah tahu dengan dia”
“Semoga dia adalah orang yang ditakdirkan Allah untukmu”, kataku masih tetap karena tak dapat berkata banyak. Tak ada nasihat lagi yang keluar kecuali doa semoga hubungan itu berujung di pelaminan. Namun, ada satu hal yang tersisa di benak saya, apakah pernikahan mereka akan diberkahi oleh Allah, Sang Pemilik Hati?
Tidak mudah membuat hati tetap mengarah pada Sang Pemilik yang lebih berhak.
Meski sempat tergelincir beberapa kali untunglah tidak sampai jatuh ke jurang.
Setiap kali ingin memberi nasihat, mendadak lisan berhenti karena mengingat respon kompakan yang selalu didapat, “Gak usah ngomong deeeh klo belum permah ngalamin”
Hahahaha…. Ketawa aja deh
Atau berkata dalam hati
“Terserah eloch” Hiiihihihiiii……
Siapa pula yang tidak pernah merasakan getar – getar cinta terhadap seseorang. Hanya saja mungkin cara saya dengan mereka sedikit berbeda. Semoga menggapai bahagia J
#beginilah mereka mengajarkan saya
Mumpung Masih Muda
Kenapa harus mumpung masih muda? Itu dia yang selalu jadi pertanyaan saya atau orang – orang yang mungkin juga punya pertanyaan yang sama.
Sesungguhnya ketika manusia itu mati, maka salah satu pertanyaan yang akan diajukan ketika ‘sidang’ adalah “Untuk apa masa mudamu kau gunakan”
Hmmm kayaknya belum pernah tuh baca referensi yang menuliskan “Ngapain aja kamu waktu udah tua?” Hihihihihi… aneh juga kali ya
Trus kenapa yang ditanya Cuma masa muda? Kenapa masa tua gak ditanyain?
Pertama karena kita (pake kata kita, karena secara yang nulis masih muda euy!) memiliki kekuatan fisik yang lebih daripada orang – orang tua. Dalam hadits aja Rasulullah bilang kalo muslim yang kuat itu lebih disukai daripada yang lemah. Nah kelihatan banget kan, mana yang lebih disenangi. Orang muda.
Kedua, kita memiliki kecerdasan luar biasa yang gak dimiliki oleh orang tua (duh ngakimin orang tua banget ya kayaknya, durhaka pula nanti, maaf ya bapak ibu ). Orang tua sekarang yang punya ilmu banyak, pandai juga mengetahui segala macam hal dan lain sebagainya itu karena dia pernah muda (loh?). hehehehhe….. maksudnya dia dapetin itu ketika dia masih muda dulu. Ketika otaknya masih bisa menyerap dan menyimpan segala informasi yang dibaca, didengar, dilihat, dan dirasa.
Coba deh perhatiin, orang yang udah tua, semangatnya udah menurun. Lebih banyak memikirkan kehidupan setelah matinya. Banyak ngelakuin persiapan untuk menghadap Tuhannya.
Kita (orang muda-red) punya semangat yang lebih tinggi dibandingkan orang tua dalam menuntut ilmu. Orang muda, apalagi belum menikah senantiasa haus akan ilmu karena akalnya membutuhkan itu. Beda lah dengan orang tua.
Semangatnya udah kalah duluan. Kenapa? Karena banyak yang dipikirkan. Istrinya lah, anaknya lah, sanak saudaranya lah dan lain – lain. Ups, gak bermaksud bilang orang tua pada malas looh… Hanya saja kadarnya lebihan di anak muda
Nah kalo ada orang muda yang punya semangat menuntut ilmu lebih rendah dari orang tua, padahal secara umur masih dikategorikan orang muda, bisa dipastiin ada yang konslet didirinya. Dijamin nyesel deh kalo ketika muda gak manfaatin waktu buat belajar ini itu, ikut ini itu dan lain – lain yang bersifat positif.
Yang ketiga, orang muda itu punya ketinggian moral atau bisa dibilang punya idelisme yang gak dimiliki sama orang tua. Sekali dia bilang benar, maka perjuangannya untuk buktiin kebenaran itu lebih heboh ketimbang yang tua. Karena ketinggian moralnya itulah banyak banget orang muda yang selalu garda terdepan terjadinya sebuah perubahan. Duh kita gak lagi ngomongin perubahan sebenarrnya, bahas laen waktu aja deh.
#cerita ini belum selesai :p
Sesungguhnya ketika manusia itu mati, maka salah satu pertanyaan yang akan diajukan ketika ‘sidang’ adalah “Untuk apa masa mudamu kau gunakan”
Hmmm kayaknya belum pernah tuh baca referensi yang menuliskan “Ngapain aja kamu waktu udah tua?” Hihihihihi… aneh juga kali ya
Trus kenapa yang ditanya Cuma masa muda? Kenapa masa tua gak ditanyain?
Pertama karena kita (pake kata kita, karena secara yang nulis masih muda euy!) memiliki kekuatan fisik yang lebih daripada orang – orang tua. Dalam hadits aja Rasulullah bilang kalo muslim yang kuat itu lebih disukai daripada yang lemah. Nah kelihatan banget kan, mana yang lebih disenangi. Orang muda.
Kedua, kita memiliki kecerdasan luar biasa yang gak dimiliki oleh orang tua (duh ngakimin orang tua banget ya kayaknya, durhaka pula nanti, maaf ya bapak ibu ). Orang tua sekarang yang punya ilmu banyak, pandai juga mengetahui segala macam hal dan lain sebagainya itu karena dia pernah muda (loh?). hehehehhe….. maksudnya dia dapetin itu ketika dia masih muda dulu. Ketika otaknya masih bisa menyerap dan menyimpan segala informasi yang dibaca, didengar, dilihat, dan dirasa.
Coba deh perhatiin, orang yang udah tua, semangatnya udah menurun. Lebih banyak memikirkan kehidupan setelah matinya. Banyak ngelakuin persiapan untuk menghadap Tuhannya.
Kita (orang muda-red) punya semangat yang lebih tinggi dibandingkan orang tua dalam menuntut ilmu. Orang muda, apalagi belum menikah senantiasa haus akan ilmu karena akalnya membutuhkan itu. Beda lah dengan orang tua.
Semangatnya udah kalah duluan. Kenapa? Karena banyak yang dipikirkan. Istrinya lah, anaknya lah, sanak saudaranya lah dan lain – lain. Ups, gak bermaksud bilang orang tua pada malas looh… Hanya saja kadarnya lebihan di anak muda
Nah kalo ada orang muda yang punya semangat menuntut ilmu lebih rendah dari orang tua, padahal secara umur masih dikategorikan orang muda, bisa dipastiin ada yang konslet didirinya. Dijamin nyesel deh kalo ketika muda gak manfaatin waktu buat belajar ini itu, ikut ini itu dan lain – lain yang bersifat positif.
Yang ketiga, orang muda itu punya ketinggian moral atau bisa dibilang punya idelisme yang gak dimiliki sama orang tua. Sekali dia bilang benar, maka perjuangannya untuk buktiin kebenaran itu lebih heboh ketimbang yang tua. Karena ketinggian moralnya itulah banyak banget orang muda yang selalu garda terdepan terjadinya sebuah perubahan. Duh kita gak lagi ngomongin perubahan sebenarrnya, bahas laen waktu aja deh.
#cerita ini belum selesai :p
Friday, 2 December 2011
La Tahzan
La Tahzan...
Sekali lagi jangan bersedih ya Nurul....
Apa pun itu pasti ada tujuan dan hikmahnya kok
Semalam bermaksud mengadakan rapat BPH BEM untuk ke sekian kalinya. Nyadar juga jarang buat rapat beberapa minggu belakangan ini. Diundanglah seluruh BPH untuk hadir di kampus jam 8 malam. Sengaja dibuat jam segitu karena kalo dibuat pagi, alasannya kerja. Dibuat siang ada yang masih kerja dan kuliah. Malam pilihan terbaik meskipun beberapa orang berpendapat gak ahsan rapat malam - malam. Ah peduli amat, daripada gak rapat sama sekali atau rapat tidak dihadiri siapa pun.
Sekali lagi jangan bersedih ya Nurul....
Apa pun itu pasti ada tujuan dan hikmahnya kok
Semalam bermaksud mengadakan rapat BPH BEM untuk ke sekian kalinya. Nyadar juga jarang buat rapat beberapa minggu belakangan ini. Diundanglah seluruh BPH untuk hadir di kampus jam 8 malam. Sengaja dibuat jam segitu karena kalo dibuat pagi, alasannya kerja. Dibuat siang ada yang masih kerja dan kuliah. Malam pilihan terbaik meskipun beberapa orang berpendapat gak ahsan rapat malam - malam. Ah peduli amat, daripada gak rapat sama sekali atau rapat tidak dihadiri siapa pun.
Sayang beribu sayang, man proposes God disposes. Konon gitu sih katanya. Hingga pukul 9 malam nongkrong di depan kampus gak ada seorang anggota BPH pun yang nongol. Yang ada malah sms izin gak datang, Duuh cape deeeh. Gak lama kemudian untunglah sang sekretaris datang, membuat saya cukup senang. Terhibur dikitlah. Tapi ya rapatnya gak jadi, cuma diskusi bentar aja dengan sekretaris.
Bukan main lagi sedih hati niiiiiiii..... Gimana program mau berjalan dengan lancar kalo pertemuan pun seperti ini??? Berpikiran positif aja siiiih... Kali aja lagi diuji. Jadi mesti kuat!!
Akibat baca buku La Tahzan beberapa lembar energi positif mau gak mau harus dipancarkan. Hehehe lagi ngomong apa toh kamu ni Nuruuuul....
Intinya JANGAN BERSEDIH.
Gak ada yang perlu disedihkan
Kata Hasan Al Banna, carilah seribu alasan untuk saudaramu yang gak datang.
Gak masalah... Gak apa - apa, gak apa - apa
Jika tak ada yang datang maka keputusan berada di tangan saya. Biarlah dikatakan ini itu. Dikatakan diktator atau otoriter. Jadi tidak disukai oleh teman - teman yang lain. Lagian, peduli apa mereka suka atau tidak? Emang ada untung ruginya? Idih kegeeran xixixixixi....
Jelang pemilihan baru maka saya akan bekerja dengan orang yang mau bekerja, bukan dengan orang yang hanya mau bicara. Tapi ketika ditantang untuk bekerja melengos pergi dengan berbagai macam alasan.
Huh!!
Upss.... Gak boleh gitu ya Nuruuuuuull.... Mesti lapang dada menerima perlakuan setiap orang.
Semangat!!!!
# JIka ada 100 orang yang bekerja dipastikan satu di antaranya adalah aku. Jika ada 10 orang yang bekerja, dipastikan satu di antaranya adalah aku. Jika hanya ada satu orang yang bekerja, maka itu pasti aku
Umar bin Khattab ra, thanks banget ya udah motivasi saya ^____^
Saturday, 19 November 2011
Tuesday, 1 November 2011
Musyawarah Daerah II MUI Kepulauan Riau
Mengikuti Musyawarah Daerah II Majelis Ulama Indonesia Provinsi Kepulauan Riau selama dua hari membuat penulis sedikit banyak mulai mengetahui bagaimana dan seperti apa kondisi organisasi para ulama itu selama ini. Untuk itu, penulis ingin berbagi beberapa hal yang didapatkan ketika kegiatan berlangsung.
Dalam kata sambutannya, dewan penasehat MUI Pusat mengatakan bahwa Musyawarah Daerah selayaknya bisa membawa penyegaran terhadap kerja – kerja MUI selama ini di mana terdapat 4 bingkai MUI yang terdiri dari bingkai politis, yuridis, sosiologis dan teologis. Keempat bingkai ini sangat dibutuhkan agar visi Majelis Ulama Indonesia, terciptanya kondisi kehidupan kemasyarakatan, kebangsaan dan kenegaraan yang baik, memperoleh ridho dan ampunan Allah swt (baldatun thoyyibatun wa robbun ghofur) menuju masyarakat berkualitas (khaira ummah) demi terwujudnya kejayaan Islam dan kaum muslimin (izzul Islam wal-muslimin) dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai manifestasi dari rahmat bagi seluruh alam (rahmatan lil 'alamin) dapat tercapai.
Hal senada juga diungkapkan oleh Sekretaris Daerah Provinsi Kepri, Suhajar Diantoro yang mewakili Gubernur. Majelis Ulama Indonesia memiliki peran yang amat signifikan dalam hal perbaikan dan pembinaan umat Islam, khususnya di Kepulauan Riau yang berbudaya Melayu.
Dengan mengangkat tema Memantapkan Peran Ulama dalam Perbaikan Akhlak dan Pemberdayaan Ekonomi Umat, MUI Kepri menghadirkan beberapa orang pembicara yang terkait tema tersebut. Dalam kesempatan tersebut, pimpinan Bank Riau Kepri menjelaskan tentang pentingnya umat Islam memakai bank syariah untuk mengurangi riba. Hari ini, masyarakat Kepri khususnya masih menggunakan bank – bank konvensional untuk bertransaksi ataupun untuk menyimpan uang mereka. Beliau berharap ulama – ulama yang tergabung dalam Majelis Ulama Indonesia mampu mensosialisasikan hal tersebut kepada masyarakat.
Razali Wijaya, sebagai dewan penasehat MUI Kepri yang juga mantan Kepala Kantor Kementerian Agama Provinsi Kepri berpesan bahwa pengurus MUI harus fokus mengurus organisasi. Menurutnya, selama ini kegiatan di MUI banyak yang tidak terlaksana dikarenakan banyaknya pengurus yang tidak bisa berperan aktif langsung di MUI. Mayoritas pengurus yang merupakan pegawai negeri menjadikan MUI dinomorduakan, padahal organisasi ini memiliki peran yang amat penting dalam hal pembentukan umat yang berakhlak mulia. Meskipun saat ini Kepri memiliki organisasi Gerakan Masyarakat Peduli Akhlak Mulia (GMPAM) yang diketuai oleh Aida Ismeth, namun organisasi ini dinilai tidak mampu menjawab tantangan dan merealisasikan visi Kepri yang berakhlak mulia. Selain itu, penganggaran dana yang jelas juga menjadi faktor penting bagi kelancaran tugas dan peran MUI Kepri.
Di samping, ada hal yang menarik saat Wakil Ketua DPRD Provinsi Kepri, Ing Iskandarsyah menyampaikan kritikannya terkait prinsip entrepreneurship bahwa saat ini pemerintah mengelola Negara seperti mengelola panti asuhan.Dikatakan bahwa ketika seseorang memberikan bantuan ke panti asuhan, maka bantuan tersebut akan habis pada saat itu juga tanpa memberikan keuntungan dalam bentuk materi. Pemerintah saat ini lebih banyak memberikan bantuan kepada masyarakat tanpa pengelolaan yang seharusnya sehingga bantuan yang diberikan tersebut tidak memberikan keuntungan pada pemerintah.
Terkait masalah anggaran yang banyak dipertanyakan oleh peserta, Ing Iskandarsyah mengatakan bahwa anggaran pemerintah untuk organisasi masyarakat yang berbasis Islam sudah cukup besar. Kelemahan selama ini ialah penggunaan dana tersebut yang tidak maksimal. Sebagai contoh, bila ada peringatan hari besar Islam maka ormas – ormas Islam akan mengadakan kegiatan dengan momen dan spirit yang sama. Di sinilah terjadi pemubaziran anggaran. Padahal jika ormas – ormas tersebut bekerja sama dalam membuat suatu kegiatan, ini akan lebih mengefektifkan dana sehingga sisa dana yang ada bisa dialihkan ke program yang lain, khususnya program perbaikan dan pembinaan umat.
Musyawarah Daerah II MUI Kepri ini disejalankan pula dengan penandatanganan MoU antara Bank Riau Kepri dan Majelis Ulama Indonesia Provinsi Kepulauan dalam rangka sosialisasi penggunaan bank syariah dalam pemberdayaan umat. Tak hanya itu, sosialisasi dinar dan dirham sebagai alat tukar yang bebas riba dan inflasi juga disampaikan oleh Huzrin Hood,pemilik Wakala Gurindam. Mendampingi beliau, turut pula Dr. Agustin dan Mastur Taher. Keduanya menyampaikan pentingnya umat Islam untuk kembali memakai dinar dan dirham sebagai alat tukar.
Dalam laporan pertanggungjawabannya, K.H.T. Azhari Abbas selaku Ketua MUI Kepri periode 2006 – 2011 menyampaikan bahwa selama menjabat ada beberapa kendala yang dihadapi ketika menjalankan program yang sudah direncanakan. Daerah Kepulauan Riau yang terdiri dari pulau – pulau sedikit menyulitkan para pengurus untuk berkordinasi secara langsung. Padahal di daerah terpencil, umat Islam rentan terhadap agenda pemurtadan. Keterbatasan dana juga menghambat realisasi kegiatan MUI Kepri dalam peranannya membina umat.
Hambatan lainnya ialah kurangnya tenaga pengurus yang dapat melaksanakan tugas sepenuhnya karena mayoritas pengurus adalah pegawai negeri. Diharapkan pengurus MUI Kepri periode selanjutnya mampu lebih maksimal dalam menjalankan tugasnya sebagai pengurus yang menjalankan roda organisasi MUI Kepri mengingat begitu pentinganya organisasi ini dalam kehidupan umat Islam, khususnya di daerah Kepulauan Riau.
Berdasarkan hasil sidang dan pertimbangan para peserta, maka untuk periode 2011 – 2016 MUI Kepri kembali dipimpin oleh K.H.T. Azhari Abbas dengan Sekretaris Jenderal Drs. H. Fauzi Mahbub, MM.
Banyak hal yang direkomendasikan oleh para peserta kepada pengurus yang telah terpilih untuk kinerja MUI Kepri yang lebih baik ke depannya. Dalam rekomendasi tersebut disebutkan bahwa umat Islam di Provinsi Kepulauan Riau merindukan pemimpin – pemimpin yang amanah, adil dan menjunjung tinggi nilai – nilai adat dan budaya Melayu sehingga dapat mencerminkan visi Kepulauan Riau sebagai Bunda Tanah Melayu yang berakhlak mulia, sejahtera dan ramah lingkungan. Untuk itu diharapkan MUI Kepri dapat mendesak pemerintah untuk membuat Peraturan Daerah tentang Bunda Tanah Melayu, Pendidikan Akhlak dan Agama, Zakat dan Wakaf, Ketertiban Sosial dan lain sebagainya.
Kepada aparat hukum agar semakin dapat mencegah dan menindak tegas segala bentuk penyelewengan dan penyalahgunaan wewenang serta segala bentuk maksiat dan aliran sesat. Lalu, sesuai dengan Permendagri No. 21 Tahun 2011 diharapkan pemerintah daerah Provinsi Kepulauan Riau mampu mengalokasikan dana APBD pada lembaga maupun organisasi agama Islam secara proporsional dan professional serta memfasilitasi terbentuknya lembaga ekonomi dan keuangan berbasis syariah untuk mewujudkan kesejahteraan umat.
Di bidang pendidikan, dalam rangka mensukseskan pelaksanaan pendidikan akhlak dan agama Islam, agar pemerintah bersama masyarakat dapat membangun mesjid dengan segala fasilitasnya mulai Sekolah Dasar hingga Perguruan Tinggi. Tak hanya itu, diharapkan siswa dan mahasiswa yang tidak mampu diberikan bantuan beasiswa untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, baik di dalam maupun luar negeri.
Terkait pendidikan di sekolah, penulis berharap MUI mampu menawarkan program pembinaan umat yang dimulai dari tingkat sekolah menengah hingga perguruan tinggi, bahkan jika perlu mulai dari sekolah dasar. Dengan demikian, sekolah tak hanya menjadi tempat para siswa mendapatkan ilmu pengetahuan umum, namun juga agama mengingat sedikitnya waktu yang dialokasikan dalam kurikulum untuk Pendidikan Agama Islam.
Untuk memantapkan kerukunan hidup umat beragama, MUI berharap agar pemerintah daerah dan aparat penegak hukum mampu mencegah dan melarang segala upaya pemurtadan dan penyesatan akidah di Kepri. Selain itu juga diharapkan pariwisata di Kepri apa pun bentuknya tidak merusak nilai budaya religius yang sudah menjadi karakter masyarakat Kepri.
Bagi penulis, Majelis Ulama Indonesia memiliki peranan yang sangat signifikan dalam menjalankan fungsinya sebagai mengayomi dan mengembangkan kehidupan yang Islami serta pengamalan ajaran Islam juga penggalangan ukhuwah Islamiyah. MUI yang merupakan lembaga independen yang bersifat keagamaan dan kemasyarakatan tentunya akan lebih mudah diterima oleh masyarakat khususnya dalam hal pemberian fatwa baik diminta maupun tanpa diminta oleh pemerintah.
Penulis juga berharap ke depannya MUI juga lebih melibatkan mahasiswa dan juga pasca sarjana dalam program – program pembinaan umat untuk mewujudkan misi pelaksanaan dakwah Islam, amar ma’ruf nahi munkar dalam mengembangkan akhlak karimah agar terwujud masyarakat berkualitas dalam berbagai aspek kehidupan.
Akhirul kata penulis ingin mengucapkan selamat kepada pengurus MUI Kepri terpilih. Semoga diberikan punggung yang kuat untuk memikul amanah umat.
Thursday, 27 October 2011
Tentang Mereka yang Menangis di Tengah Jalan
Satu lagi makna perjuangan yang saya dapatkan beberapa hari belakangan ini.
Menjelang agenda perekrutan yang entah ke berapa kalinya yang dilakukan wajihah ini, maka saya memastikan diri untuk terus terlibat di dalamnya. Mumpung masih berstatus mahasiswa, punya waktu kosong yang amat banyak, fasilitas pendukung, dan cukup terkenal di kampus untuk beberapa waktu ini yang pastinya dijadikan modal utama untuk terus menarik mereka dalam pusaran kebenaran. Hahaha……
Mendadak dan mendesak sudah menjadi slogan tersendiri bagi kami. Padahal seharusnya hal ini tidak boleh ada. Actually, semua hal sudah dipersiapkan dengan sangat konsep yang amat matang. Menurut saya, sesuatu dikatakan menjadi dadakan dan kemudian mendesak disebabkan oleh bergantinya petugas.
Tidak bermaksud mengesampingkan urgensi regenerasi dalam roda organisasi, mungkin inilah salah satu kelemahan ketika regenerasi itu dilakukan. Namun proses ini akan terus dilalui karena jika tidak, maka tidak akan ada anggota yang belajar untuk mengerjakan hal baru dan mencoba beradaptasi dengan hal – hal baru itu.
Sedikit bercerita tentang perjuangan teman – teman ketika mempersiapkan suatu kegiatan. Tentu saja insya Allah ini adalah kisah nyata yang telah digariskan Allah dalam kehidupan fana ini J Dan yang pastinya saya berada di sana, ikut menyaksikan apa yang telah mereka perbuat. Setidaknya mendapatkan cerita ini langsung dari orang yang bersangkutan. Semoga Allah balas dengan kebaikan dan berkenan untuk bertemu dengan mereka di hari akhir kelak.
Amiiiin……
Tak jarang saat mempersiapkan kegiatan yang akan diadakan beberapa hari lagi, ketegangan semakin meninggi. Emosi bisa saja pecah saat itu tanpa peduli memandang di mana dan kapan hal itu terjadi.
Pagi sebelum acara, ketika dia sedang menyetrika bajunya datanglah pesan singkat beruntun yang juga diiringi dengan panggilan ke handphonenya. Mengabarkan bahwa tak bisa hadir di acara pagi ini karena berbagai alasan. Sakit, orang tua tak memberi izin, harus bikin tugas kuliah, ada kerja kelompok, banyak pekerjaan rumah menumpuk, baju belum dicuci, rumah belum dibersihkan dan berbagai macam alasan lainnya. Manusiawi lah menurut saya. Tapi tidak untuk sang penerima alasan.
Seketika itu juga air matanya entah bagaimana langsung jatuh dan ia menangis sejadi – jadinya di pagi itu beberapa jam sebelum kegiatan dimulai. Tiba – tiba saja ia merasa sendirian dan merasa ditinggalkan, diabaikan dan merasakan bahwa tak seorang pun peduli pada kegiatan hari ini. Hanya dia. Mungkin air mata itu merupakan sebuah tanda kemarahannya yang mendalam sehingga tak ada lagi kata – kata kasar yang bisa ia keluarkan kecuali aliran air yang menganak di pelupuk mata.
Semoga tiap tetes air matamu diganjar Allah di jannah-Nya kelak, kawan
Ketika merasa bekerja sendiri dan ditinggalkan begitu saja, air mata tak kan mampun dibendung. Pernah saya harus mendengarkan curhatan seorang akhwat waktu mengantarnya pulang di malam hari. Di perjalanan, tiba – tiba saja ia menangis tersedu – sedu mengingat betapa sulitnya ia menahan perasaan di rumah. Sikap orang tua yang tak mendukung sepenuhnya membuat akhwat itu harus ‘makan hati’ setiap minta izin untuk sekedar nginap atau pergi ke pulau seberang demi mengikuti sebuah pelatihan dengan biayanya sendiri.
Itu lah semangat. Istiqomah. Allah masih mentakdirkan ia bertahan di jalan ini. Entah sampai kapan ia akan bertahan, yang saya tahu, perlahan orang tuanya mulai menunjukkan isyarat bahwa mereka merestui apa yang dilakukan putrinya di luar kegiatan perkuliahan. Suatu waktu saya dibuat menganga ketika menemaninya di markas hanya untuk mencetak file – file yang berkaitan dengan kegiatan. Pasalnya, yang setia menungguinya saat itu ialah orang tuanya!!
Sedih saya melihat wajah kuyu itu terduduk lesu di depan pintu markas kami, karena tak ingin mengganggu anaknya bekerja. Pastinya itu adalah wajah penuh kepenatan setelah seharian penuh berkeringat mencari nafkah bagi keluarga. Saya tahu ia berasal dari keluarga yang sederhana dan masing – masing anggota keluarga berusaha sendiri untuk memenuhi kebutuhannya. Sebuah keluarga yang dipenuhi pekerja keras. Subhanallah……
Semoga Allah beri keberkahan dunia dan akhirat pada mereka.
Di lain hari, saya menyaksikan betapa layu dan sayunya mata seorang teman saya. Begitu saya tanya, ia menjawab bahwa semalaman ia harus mencetak sekian banyak kertas untuk memudahkan kepanitiaan esok harinya.
Cerita cukup menegangkan juga sampai ke telinga saya. Di mana saat para ikhwan ditugaskan untuk memasang bendera pada malam hari, beberapa di antaranya hampir saja tertangkap oleh polisi yang sedang patroli malam itu.
Mungkin mereka salah karena berada di tempat yang salah di waktu yang salah pula. Namun Allah masih menyayangi mereka dan memberikan jalan keluar yang tak terbayangkan oleh para ikhwan itu sebelumnya.
Salah satu dari mereka terselamatkan ketika tangkapan yang lain berulah dan berusaha melarikan diri. Kunci motor yang sudah berada di tangan polisi tak membuat ikhwan ini kehabisan akal. Berbekal gunting kecil yang senantiasa nangkring di tas, mesin motor bisa dihidupkan. Setelah itu yang ia tahu hanyalah berdoa pada ilahi Rabbi sembari memegang erat stang motor sekaligus melaju dengan kecepatan tinggi untuk menghindari kejaran polisi.
Semoga Allah senantiasa memberikan jalan keluar dan mereka lebih bersungguh – sungguh
Dakwah adalah cinta dan ia akan menuntut segalanya darimu. Demikian yang saya kutip dari beberapa teman dengan status fb yang sama.
Wahai teman, sesungguhnya Abu Bakar ra pernah merasa hampir putus asa dalam perjalanan hijrahnya bersama Rasulullah ke Madinah. Lalu apa yang dikatakan Rasul SAW?
“La tahzan, innallaha ma’ana. Jangan engkau bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita.”
Dalam Al Ankabuut Allah telah menjanjikan bahwasanya siapa yang bersungguh – sungguh maka ia akan diberikan jalan keluar. So gak perlu merasa rugi ketika banyak hal yang dikorbankan, bahkan mungkin jika itu adalah perasaan kita sendiri (cewek.com).
Maka, jangan pernah lagi kita merasa sendiri atau pun ditinggalkan. Jika itu memang terjadi, maka yakinlah bahwa Allah masih menemani kita dalam perjalanan ini. Dia tak akan berlepas tangan, duhai saudaraku, dan ia tak akan pernah meninggalkan kita.
# tribute to all my friends, this struggle hasn’t ended. Keep fight on it!!!!
* Seseorang pernah mengajarkan kami untuk senantiasa meminta, " Ya Allah rezekikanlah kepada kami keikhlasan dalam setiap perkataan dan perbuatan kami"
Menjelang agenda perekrutan yang entah ke berapa kalinya yang dilakukan wajihah ini, maka saya memastikan diri untuk terus terlibat di dalamnya. Mumpung masih berstatus mahasiswa, punya waktu kosong yang amat banyak, fasilitas pendukung, dan cukup terkenal di kampus untuk beberapa waktu ini yang pastinya dijadikan modal utama untuk terus menarik mereka dalam pusaran kebenaran. Hahaha……
Mendadak dan mendesak sudah menjadi slogan tersendiri bagi kami. Padahal seharusnya hal ini tidak boleh ada. Actually, semua hal sudah dipersiapkan dengan sangat konsep yang amat matang. Menurut saya, sesuatu dikatakan menjadi dadakan dan kemudian mendesak disebabkan oleh bergantinya petugas.
Tidak bermaksud mengesampingkan urgensi regenerasi dalam roda organisasi, mungkin inilah salah satu kelemahan ketika regenerasi itu dilakukan. Namun proses ini akan terus dilalui karena jika tidak, maka tidak akan ada anggota yang belajar untuk mengerjakan hal baru dan mencoba beradaptasi dengan hal – hal baru itu.
Sedikit bercerita tentang perjuangan teman – teman ketika mempersiapkan suatu kegiatan. Tentu saja insya Allah ini adalah kisah nyata yang telah digariskan Allah dalam kehidupan fana ini J Dan yang pastinya saya berada di sana, ikut menyaksikan apa yang telah mereka perbuat. Setidaknya mendapatkan cerita ini langsung dari orang yang bersangkutan. Semoga Allah balas dengan kebaikan dan berkenan untuk bertemu dengan mereka di hari akhir kelak.
Amiiiin……
Tak jarang saat mempersiapkan kegiatan yang akan diadakan beberapa hari lagi, ketegangan semakin meninggi. Emosi bisa saja pecah saat itu tanpa peduli memandang di mana dan kapan hal itu terjadi.
Pagi sebelum acara, ketika dia sedang menyetrika bajunya datanglah pesan singkat beruntun yang juga diiringi dengan panggilan ke handphonenya. Mengabarkan bahwa tak bisa hadir di acara pagi ini karena berbagai alasan. Sakit, orang tua tak memberi izin, harus bikin tugas kuliah, ada kerja kelompok, banyak pekerjaan rumah menumpuk, baju belum dicuci, rumah belum dibersihkan dan berbagai macam alasan lainnya. Manusiawi lah menurut saya. Tapi tidak untuk sang penerima alasan.
Seketika itu juga air matanya entah bagaimana langsung jatuh dan ia menangis sejadi – jadinya di pagi itu beberapa jam sebelum kegiatan dimulai. Tiba – tiba saja ia merasa sendirian dan merasa ditinggalkan, diabaikan dan merasakan bahwa tak seorang pun peduli pada kegiatan hari ini. Hanya dia. Mungkin air mata itu merupakan sebuah tanda kemarahannya yang mendalam sehingga tak ada lagi kata – kata kasar yang bisa ia keluarkan kecuali aliran air yang menganak di pelupuk mata.
Semoga tiap tetes air matamu diganjar Allah di jannah-Nya kelak, kawan
Ketika merasa bekerja sendiri dan ditinggalkan begitu saja, air mata tak kan mampun dibendung. Pernah saya harus mendengarkan curhatan seorang akhwat waktu mengantarnya pulang di malam hari. Di perjalanan, tiba – tiba saja ia menangis tersedu – sedu mengingat betapa sulitnya ia menahan perasaan di rumah. Sikap orang tua yang tak mendukung sepenuhnya membuat akhwat itu harus ‘makan hati’ setiap minta izin untuk sekedar nginap atau pergi ke pulau seberang demi mengikuti sebuah pelatihan dengan biayanya sendiri.
Itu lah semangat. Istiqomah. Allah masih mentakdirkan ia bertahan di jalan ini. Entah sampai kapan ia akan bertahan, yang saya tahu, perlahan orang tuanya mulai menunjukkan isyarat bahwa mereka merestui apa yang dilakukan putrinya di luar kegiatan perkuliahan. Suatu waktu saya dibuat menganga ketika menemaninya di markas hanya untuk mencetak file – file yang berkaitan dengan kegiatan. Pasalnya, yang setia menungguinya saat itu ialah orang tuanya!!
Sedih saya melihat wajah kuyu itu terduduk lesu di depan pintu markas kami, karena tak ingin mengganggu anaknya bekerja. Pastinya itu adalah wajah penuh kepenatan setelah seharian penuh berkeringat mencari nafkah bagi keluarga. Saya tahu ia berasal dari keluarga yang sederhana dan masing – masing anggota keluarga berusaha sendiri untuk memenuhi kebutuhannya. Sebuah keluarga yang dipenuhi pekerja keras. Subhanallah……
Semoga Allah beri keberkahan dunia dan akhirat pada mereka.
Di lain hari, saya menyaksikan betapa layu dan sayunya mata seorang teman saya. Begitu saya tanya, ia menjawab bahwa semalaman ia harus mencetak sekian banyak kertas untuk memudahkan kepanitiaan esok harinya.
Cerita cukup menegangkan juga sampai ke telinga saya. Di mana saat para ikhwan ditugaskan untuk memasang bendera pada malam hari, beberapa di antaranya hampir saja tertangkap oleh polisi yang sedang patroli malam itu.
Mungkin mereka salah karena berada di tempat yang salah di waktu yang salah pula. Namun Allah masih menyayangi mereka dan memberikan jalan keluar yang tak terbayangkan oleh para ikhwan itu sebelumnya.
Salah satu dari mereka terselamatkan ketika tangkapan yang lain berulah dan berusaha melarikan diri. Kunci motor yang sudah berada di tangan polisi tak membuat ikhwan ini kehabisan akal. Berbekal gunting kecil yang senantiasa nangkring di tas, mesin motor bisa dihidupkan. Setelah itu yang ia tahu hanyalah berdoa pada ilahi Rabbi sembari memegang erat stang motor sekaligus melaju dengan kecepatan tinggi untuk menghindari kejaran polisi.
Semoga Allah senantiasa memberikan jalan keluar dan mereka lebih bersungguh – sungguh
Dakwah adalah cinta dan ia akan menuntut segalanya darimu. Demikian yang saya kutip dari beberapa teman dengan status fb yang sama.
Wahai teman, sesungguhnya Abu Bakar ra pernah merasa hampir putus asa dalam perjalanan hijrahnya bersama Rasulullah ke Madinah. Lalu apa yang dikatakan Rasul SAW?
“La tahzan, innallaha ma’ana. Jangan engkau bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita.”
Dalam Al Ankabuut Allah telah menjanjikan bahwasanya siapa yang bersungguh – sungguh maka ia akan diberikan jalan keluar. So gak perlu merasa rugi ketika banyak hal yang dikorbankan, bahkan mungkin jika itu adalah perasaan kita sendiri (cewek.com).
Maka, jangan pernah lagi kita merasa sendiri atau pun ditinggalkan. Jika itu memang terjadi, maka yakinlah bahwa Allah masih menemani kita dalam perjalanan ini. Dia tak akan berlepas tangan, duhai saudaraku, dan ia tak akan pernah meninggalkan kita.
# tribute to all my friends, this struggle hasn’t ended. Keep fight on it!!!!
* Seseorang pernah mengajarkan kami untuk senantiasa meminta, " Ya Allah rezekikanlah kepada kami keikhlasan dalam setiap perkataan dan perbuatan kami"
Tuesday, 25 October 2011
Unbelieveable - Craig David
Always said I would know where to find love,
Always thought I'd be ready and strong enough,
But some times I just felt I could give up.
But you came and changed my whole world now,
I'm somewhere I've never been before.
Now I see, what love means.
[Chorus]
It's so unbelievable,
And I don't want to let it go,
Something so beautiful,
Flowing down like a waterfall.
I feel like you've always been,
Forever a part of me.
And it's so unbelievable to finally be in love,
Somewhere I'd never thought I'd be.
In my heart, in my head, it's so clear now,
Hold my hand you've got nothing to fear now,
I was lost and you've rescued me some how-.
I'm alive, I'm in love you complete me,
And I've never been here before.
Now I see, what love means.
[Chorus]
When I think of what I have, and this chance I nearly lost,
I cant help but break down, and cry.
Ohh yeah, break down and cry.
[Chorus]
Now I see, what love means
Always thought I'd be ready and strong enough,
But some times I just felt I could give up.
But you came and changed my whole world now,
I'm somewhere I've never been before.
Now I see, what love means.
[Chorus]
It's so unbelievable,
And I don't want to let it go,
Something so beautiful,
Flowing down like a waterfall.
I feel like you've always been,
Forever a part of me.
And it's so unbelievable to finally be in love,
Somewhere I'd never thought I'd be.
In my heart, in my head, it's so clear now,
Hold my hand you've got nothing to fear now,
I was lost and you've rescued me some how-.
I'm alive, I'm in love you complete me,
And I've never been here before.
Now I see, what love means.
[Chorus]
When I think of what I have, and this chance I nearly lost,
I cant help but break down, and cry.
Ohh yeah, break down and cry.
[Chorus]
Now I see, what love means
Belajar Bersyukur
Sore itu saya kembali melihat sebuah pemandangan yang membuat hati ini terus mengucap rasa syukur kepada ilahi Rabbi.
Melihat seorang perempuan tua itu mengangkat dua buah ember dengan kedua tangannya, padahal jika dilihat, tubuhnya tak sesuai untuk mengerjakan hal seperti itu. Saya menyadari bahwa ada kekuatan tersembunyi yang membuat ia bisa mengangkat hal tersebut.
Saya belajar bersyukur
Bahwa di rumah keluarga saya tak perlu repot - repot untuk mengangkat air hanya untuk mandi atau pun berwudhu. Untuk minum maupun untuk kebutuhan yang lainnya. Sementara perempuan tua itu harus mengangkat air dengan jarak sekian meter yang pastinya membuat tubuh rentanya lelah karen aharus bola balik dalam sehari.
Saya belajar bersyukur
Di lampu merah ketika berhenti sejenak untuk menunggu giliran jalan berikutnya, saya melihat anak - anak loper koran yang menjajakan dagangannya di terik matahari. Berjalan dengan wajah lelah semntara ketika tiba di rumah nanti ada pemandangan yang mungkin saja membuat mereka tak bersemangat untuk belajar. Ketika tiba di rumah ternyata masih ada pekerjaan rumah dan sekolah yang menunggu untuk diselesaikan.
Saya belajar bersyukur
Bahwa di usia yang belia dulunya tak perlu berjalan di tengah panas matahari hanya untuk mendapatkan upah 5000 rupiah. Di usia yang masih dini untuk belajar tentang kehidupan, orang tua saya masih diberikan amanah untuk mengelola rezeki kami yang dititipkan Allah.
Saya belajar bersyukur
Hingga hari ini Allah masih menutupi aib saya yang luar biasa besar yang akan membuat saya malu sehingga tak akan mau lagi keluar rumah dan berjalan di jalan kebenaran. Allah masih berbaik hati kepada saya tidak membukanya di hadapan orang lain. Seandainya Allah mau, ia tidak akan menunda hal tersebut. Sungguh aib yang luar biasa sehingga ketika orang lain mengetahui, maka saya tak akan pernah lagi berani untuk berbicara tentang kebenaran.
Saya belajar bersyukur
Sementara seorang teman di pulau seberang terbaring tak berdaya karena kecelakaan yang dialaminya, saya masih bisa duduk di sekolah sambil mengerjakan tugas - tugas sekolah. Sementara ia merintis kesakitan karena retak kaki yang dialaminya, saya masih bisa berjalan dari parkiran menuju ruang kelas.
Sungguh Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang......
Melihat seorang perempuan tua itu mengangkat dua buah ember dengan kedua tangannya, padahal jika dilihat, tubuhnya tak sesuai untuk mengerjakan hal seperti itu. Saya menyadari bahwa ada kekuatan tersembunyi yang membuat ia bisa mengangkat hal tersebut.
Saya belajar bersyukur
Bahwa di rumah keluarga saya tak perlu repot - repot untuk mengangkat air hanya untuk mandi atau pun berwudhu. Untuk minum maupun untuk kebutuhan yang lainnya. Sementara perempuan tua itu harus mengangkat air dengan jarak sekian meter yang pastinya membuat tubuh rentanya lelah karen aharus bola balik dalam sehari.
Saya belajar bersyukur
Di lampu merah ketika berhenti sejenak untuk menunggu giliran jalan berikutnya, saya melihat anak - anak loper koran yang menjajakan dagangannya di terik matahari. Berjalan dengan wajah lelah semntara ketika tiba di rumah nanti ada pemandangan yang mungkin saja membuat mereka tak bersemangat untuk belajar. Ketika tiba di rumah ternyata masih ada pekerjaan rumah dan sekolah yang menunggu untuk diselesaikan.
Saya belajar bersyukur
Bahwa di usia yang belia dulunya tak perlu berjalan di tengah panas matahari hanya untuk mendapatkan upah 5000 rupiah. Di usia yang masih dini untuk belajar tentang kehidupan, orang tua saya masih diberikan amanah untuk mengelola rezeki kami yang dititipkan Allah.
Saya belajar bersyukur
Hingga hari ini Allah masih menutupi aib saya yang luar biasa besar yang akan membuat saya malu sehingga tak akan mau lagi keluar rumah dan berjalan di jalan kebenaran. Allah masih berbaik hati kepada saya tidak membukanya di hadapan orang lain. Seandainya Allah mau, ia tidak akan menunda hal tersebut. Sungguh aib yang luar biasa sehingga ketika orang lain mengetahui, maka saya tak akan pernah lagi berani untuk berbicara tentang kebenaran.
Saya belajar bersyukur
Sementara seorang teman di pulau seberang terbaring tak berdaya karena kecelakaan yang dialaminya, saya masih bisa duduk di sekolah sambil mengerjakan tugas - tugas sekolah. Sementara ia merintis kesakitan karena retak kaki yang dialaminya, saya masih bisa berjalan dari parkiran menuju ruang kelas.
Sungguh Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang......
Tuesday, 27 September 2011
Tahu dan Tidak Tahu
Ada sesuatu yang saya tidak tahu, tapi orang lain mengetahui hal itu dengan pasti.
Sesuatu yang amat sangat penting dan menyangkut masa depan sebagai seorang perempuan (emang perempuan ya heee).
Saya tahu bahwa orang lain sudah banyak yang tahu. Mereka ini benar - benar tidak adil. Curang sekali. Padahal ini kan berkaitan dengan saya, kenapa saya tidak boleh tahu???????
Hadeeeh......
Katanya, "ntar juga dikasih tau kok, bersabar aja"
Haduuuuh..... semuanya lebayyy.....
Sesuatu yang amat sangat penting dan menyangkut masa depan sebagai seorang perempuan (emang perempuan ya heee).
Saya tahu bahwa orang lain sudah banyak yang tahu. Mereka ini benar - benar tidak adil. Curang sekali. Padahal ini kan berkaitan dengan saya, kenapa saya tidak boleh tahu???????
Hadeeeh......
Katanya, "ntar juga dikasih tau kok, bersabar aja"
Haduuuuh..... semuanya lebayyy.....
Monday, 19 September 2011
Foto Aja
Monday, 12 September 2011
Thursday, 1st September 2011
Bang Adi dan Bang Oyon baru aja pulang pagi ini pake motor, sebelumnya mereka akan ke Palupuh dulu
tempat mertua Kak Santi. Katanya mau singgah buat sarapan dan foto – foto di sekitar tempat wisata bunga Raflesia. Waaah manas – manasin nih dari semalam.
Nasiiib gak pulang pake motor jadi gak bisa jalan seenak dan sebebas mereka. Waaah planning nih tahun depan, kalo bisa pulangnya sama – sama dengan Bang Adi dan Bang Rio dari Batam, sampe di Padang naik motor ke Bonjol. Kan pas tuh satu motor dua orang plus bang Oyon. Amiiiiiiiiiiiiinnn…………… mesti nabung nih mulai sekarang biar bisa kumpulin uang buat pulang meskipun ibu n ayah gak bisa hehehhehe……… hmmmm udah musti cari pekerjaan di Tanjungpinang.
Sebenarnya mungkin masih bisa ketemu mereka di Padang karena sebentar lagi saya juga bakalan pulang ( hanya dalam hitungan jam insya Allah ). Tapi kalo udah namanya mau ketemu lagi tuh rasanya susah. Bang Adi n Bang Oyon pasti udah punya planning masing – masing kan di Padang. Kali aja mereka mau reuni bareng teman – teman sekolah dulu, jalan – jalan ke sana kemari. Namanya juga anak laki, mana betah di rumah. Apalagi Bang Adi di Padang sampe tanggal 12 September (rapelan cuti euy!!). Bang Oyon pasti juga udah sibuk kerja di Basko ( eh bener gak ya namanya ).
Hmmmm padahal udah bayangin nih, mau nonton bareng Di Bawah Lindungan Kakbah di bioskop Padang (mumpung nih!). Liat ntar lah gimana jadinya di Padang nanti.
Saya jadi ingat BPAP bulan Juni – Juli lalu di Jakarta, saya mendapatkan begitu banyak saudara baru yang tak pernah terbayangkan oleh saya akan menjadi saudara. Ketika pulang kampung ini, rasanya seperti kembali pada BPAP dan mendapatkan saudara dalam arti yang sesungguhnya hehehe……
Sebelumnya saya hanya mengingat mereka dalam kenangan masa kecil yang sekarang sedikit demi sedikit mulai hilang karena waktu kecil gak dicatat kayak sekarang :p
Di antara semua adik beradik dari pihak ayah, keluarga Mak Uwo lah yang merekat dalam kepala. Ketika di Padang dulu, entah berapa kali saya tidur di rumah mereka di air tawar.
Btw, saya harus mengakhiri untuk menulis catatan kecil ini karena sudah saatnya bersiap – siap untuk pulang juga ke Padang. Thanks banget buat Bu Feni, istrinya Pak An atas curhatannya pagi ini. Moga jumpa lagi ya buk.
tempat mertua Kak Santi. Katanya mau singgah buat sarapan dan foto – foto di sekitar tempat wisata bunga Raflesia. Waaah manas – manasin nih dari semalam.
Nasiiib gak pulang pake motor jadi gak bisa jalan seenak dan sebebas mereka. Waaah planning nih tahun depan, kalo bisa pulangnya sama – sama dengan Bang Adi dan Bang Rio dari Batam, sampe di Padang naik motor ke Bonjol. Kan pas tuh satu motor dua orang plus bang Oyon. Amiiiiiiiiiiiiinnn…………… mesti nabung nih mulai sekarang biar bisa kumpulin uang buat pulang meskipun ibu n ayah gak bisa hehehhehe……… hmmmm udah musti cari pekerjaan di Tanjungpinang.
Sebenarnya mungkin masih bisa ketemu mereka di Padang karena sebentar lagi saya juga bakalan pulang ( hanya dalam hitungan jam insya Allah ). Tapi kalo udah namanya mau ketemu lagi tuh rasanya susah. Bang Adi n Bang Oyon pasti udah punya planning masing – masing kan di Padang. Kali aja mereka mau reuni bareng teman – teman sekolah dulu, jalan – jalan ke sana kemari. Namanya juga anak laki, mana betah di rumah. Apalagi Bang Adi di Padang sampe tanggal 12 September (rapelan cuti euy!!). Bang Oyon pasti juga udah sibuk kerja di Basko ( eh bener gak ya namanya ).
Hmmmm padahal udah bayangin nih, mau nonton bareng Di Bawah Lindungan Kakbah di bioskop Padang (mumpung nih!). Liat ntar lah gimana jadinya di Padang nanti.
Saya jadi ingat BPAP bulan Juni – Juli lalu di Jakarta, saya mendapatkan begitu banyak saudara baru yang tak pernah terbayangkan oleh saya akan menjadi saudara. Ketika pulang kampung ini, rasanya seperti kembali pada BPAP dan mendapatkan saudara dalam arti yang sesungguhnya hehehe……
Sebelumnya saya hanya mengingat mereka dalam kenangan masa kecil yang sekarang sedikit demi sedikit mulai hilang karena waktu kecil gak dicatat kayak sekarang :p
Di antara semua adik beradik dari pihak ayah, keluarga Mak Uwo lah yang merekat dalam kepala. Ketika di Padang dulu, entah berapa kali saya tidur di rumah mereka di air tawar.
Btw, saya harus mengakhiri untuk menulis catatan kecil ini karena sudah saatnya bersiap – siap untuk pulang juga ke Padang. Thanks banget buat Bu Feni, istrinya Pak An atas curhatannya pagi ini. Moga jumpa lagi ya buk.
Saturday, 20th August 2011
My father took us to some family’s houses in Pekanbaru by borrowing Bang Doni’s car in the afternoon. Firstly we went to Aunt Rida’house, my father’s cousin on Jalan Paus then we continued to Jl. Murai where Aunt Yen, a friend of my mother. She was very kind and from what my mother told me, I knew that they were best friend before. Talking about boys, went travelling and other activities they did together. Then, we went to Ibu Tampan’s house. Her name was quite strange as Tampan means handsome in English hehhee……
At night, my sister and I spent our time by playing around with Rara, a nephew of us. Everybody in that house says that she is a naughty daughter, but otherwise, she is a smart girl. She only needs attention from her busy parents so she can change the way she talks when she is angry with other people.
At night, my sister and I spent our time by playing around with Rara, a nephew of us. Everybody in that house says that she is a naughty daughter, but otherwise, she is a smart girl. She only needs attention from her busy parents so she can change the way she talks when she is angry with other people.
Friday, 19th August 2011
So this is the most waited journey I’ve been dreaming for days.
Today we started our trip to go back to village. My parents had planned to drive by accrossing the sea using Roro, a big ship that can bring cars and another vehicles in it. Unfortunately, it had to be cancelled for some reasons such no ship crews, and some birocracy problems. What a terrible!!
We decided to go by ship from Tanjungpinang to Buton port in Riau. It took about 12 hours. We started from Tanjungpinang to Karimun for three hours, then move to another ship of Dumai Express that took us to Buton port for about 4 hours. After that, we went to Pekanbaru by car which was about 4 hours again on the road.
So the question is, what did I do along the journey???
This is the answer : M-----O-----L-----O-----R
I was so sleepy on the trip from one place to another today. I even had no chance to take a picture with my sister and brother on the ship when we were passing the Barelang Bridge and some small islands although for some people this was a stupid thing to do, but not for me. Well, at least I could sit next the window so it made me sleep well hehehe……
I knew that the moslem might not fast if they were on a far trip, but my family and I tried to fast until we arrived to our destination. I saw almost passengers on that ship were not fasting at all and they ate everything!!
There were many seller who sold food to passengers when we transit in Karimun and before our departuring from Tanjungpinang. On the way, the ship crews offered Pop Mie to everyone and many passengers orders for it. Ou man!!! The smell was nice and I felt that my stomach asked me to take it too. I was fixated!!!! At first I couldn’t stand it and tempt to break my fasting hahahha…… immediately I cancelled it and kept fasting though the smell was very good.
The man who sit next to me was eating out his food hungrily wowww….. The couple of husband and wife beside him were also eating pop mie hmmmmm it smelled very gooooood……
I tried to watch what they played on tv unlucky for me not to use my glasses as I lost it in last October, the exact day when I got my first scholarship from the government hhhh what a terrible day after that without glasses. It was hard for me to read in the class so I needed to borrow my friends’ note or I wrote what the lecturer said in my notebook. Of course not every word. Therefore, I couldn’t see the subtitle of the film. Then, I read book of Soe Hok Gie which told me his short life, but I only read a few pages then I was quit.
In Buton port, I was shocked that the weather was so hot. Very hot!!! It burned my skin!! Huft… we had to walk about ten minutes toward the gate of the port. It was so uncomfortable for me because the weather, my suitcase and its floor ( can I say it ‘floor’ ). It made me difficult to pull my suitcase. Outside the port, we needed to wait for a moment to get in the car, wowww where was the driver. He was so long to open the car so we might take a rest in it.
While waiting the car was full of another passenger, my family and I heard that a woman grumbled and complain to the driver and his friend only for a small thing reason. She thought that the driver’s friend cheated her about the cost. Hey…. It was only Rp. 10.000….. please be ‘dermawan’!!! they were argued for times, hhh it was not so good to hear….
I spent my time in the car from Buton to Pekanbaru by watching a movie from my notebook that I had prepared before ( well, I prepared many movies to watch along this long long holiday ). This time I watched a film of Angelina Jolie the woman who has a sexy lips ever (at least that was what magazines said about her). It was Salt.
In fact, this was a usual film that I was used to watch. A movie about some agents that incognito to finish their mission, FBI and CIA and the Russian agents too. Usual but unpredictable. I recommend this movie to be watched….
Along the road to Pekanbaru, we saw huge pipe at the roadside, we were told that it was for oil. It was so big that I imagine, I can not hug it. You know, Pekanbaru was known as one of the biggest producer of oil in Indonesia. There was a big company named Caltex which is stand for California Texas, many people worked here and became a success one.
I was thinking that the pipe might danger someone’s life if it exploded some time because there were many houses of the citizen that was passed through it. It could be Lapindo cases for years ago that haven’t finished until these days. Would it be exploded I didn’t know, but there was always posssibilty for it.
We arrived to my step-grandmother’s house at 5 o’clock in the afternoon, almost breaking fasting time, but I was wrong. It was still longer. So we just talked to each other (actually my parents did it), about the trip, the life, and so on.
Huft…. Thanks Allah for saving us to Pekanbaru
We called our step-grandmother ONE, (read ‘one’ not ‘wan’) that means sister in Minangese, I don’t know exactly why we do it, it was only the people around us called her like that, as a children we only follow the adults. She was healthy although her eyes were not able to see well. She also couldn’t walk so she had to use wheel chair. Everyday, she sits in the living room and do praying by saying God’s name. her husband had passed away years ago when I was in elementary school.
Other family members who were at home when were there, kak Ima and her mother we called Ibuk, Ibuk’s brother, bang Doni and Rara his daughter.
Subscribe to:
Posts (Atom)