"Apa keturunan kita kelak akan mengerti perjuangan kita melawan musuh hari ini? Jika mereka tidak mengerti, maka mereka bukan manusia"
The Admiral : Roaring Currents, kesan pertama dari film Korea Selatan ini adalah "Huwaaaaahh, daebak!!!!". Engga salah kalo film ini masuk dalam nominasi beberapa ajang penghargaan film dan di antaranya dinobatkan sebagai film terbaik. Film penuh prestasi yang digarap oleh sutradara Kim Han Min yang berhasil menempatkan Choi Min sik sebagai aktor pemeran utama terbaik dan meraih kategori best film di ajang Daejong Festival award tahun 2014.
Aku pertama kali baca review film ini di situs hangukyeongwa.com yang dikelola sama Daniel, warga asing yang cinta mati sama film Korea Selatan. Awalnya ga begitu tertarik karena pengaruh poster dan pemain yang entah siapa, ga kukenal kecuali Choi Min sik yang udah kutelan beberapa filmnya yang hampir semuanya masuk dalam film-film terbaik.
Setelah menonton, film ini akan ingetin kita pada perang Badar, perang pertama yang dihadapi kaum Muslimin melawan pasukan kafir Quraisy. Perang ini harusnya masuk dalam perang paling mustahil untuk dimenangkan kaum muslimin mengingat jumlah pasukan musuh yang sangat banyak, tiga kali lipat dibanding pasukan muslimin.
Dan sejarah mencatat jumlah 1000 pasukan kaum kafir Quraisy itu rupanya bukan hal yang harus ditakutkan. Atas pertolongan dan kehendak Allah SWT kaum muslimin kala itu berhasil memenangkan pertarungan dengan pola barisan pasukan yang bershaf dan penguasaan tempat minum.
Aku pertama kali baca review film ini di situs hangukyeongwa.com yang dikelola sama Daniel, warga asing yang cinta mati sama film Korea Selatan. Awalnya ga begitu tertarik karena pengaruh poster dan pemain yang entah siapa, ga kukenal kecuali Choi Min sik yang udah kutelan beberapa filmnya yang hampir semuanya masuk dalam film-film terbaik.
Setelah menonton, film ini akan ingetin kita pada perang Badar, perang pertama yang dihadapi kaum Muslimin melawan pasukan kafir Quraisy. Perang ini harusnya masuk dalam perang paling mustahil untuk dimenangkan kaum muslimin mengingat jumlah pasukan musuh yang sangat banyak, tiga kali lipat dibanding pasukan muslimin.
Dan sejarah mencatat jumlah 1000 pasukan kaum kafir Quraisy itu rupanya bukan hal yang harus ditakutkan. Atas pertolongan dan kehendak Allah SWT kaum muslimin kala itu berhasil memenangkan pertarungan dengan pola barisan pasukan yang bershaf dan penguasaan tempat minum.
Begitu pula film ini. Mengambil settingan abad ke-16 di mana ketika itu Korea tengah menghadapi perang dengan Jepang, dalam sejarah kita mendengar adanya perang Korea-Jepang.
Menilik sedikit sejarah mereka, perang Korea-Jepang ini terjadi di abad ke 16, yaa tahun 15an gitu deh. Perang ini terjadi gegara Jepang bernafsu sekali untuk menguasai dunia, termasuk Cina. Nah untuk menguasai Cina mereka harus bisa menaklukkan Korea dulu. Terkenal lah ketika itu namanya Perang Imjin yang terjadi di semenanjung Korea yang berakhir dengan kekalahan Jepang.
Film Roaring Current ini menggambarkan kejayaan Jenderal Yi Sun Shin yang ketika itu memimpin peperangan. Btw, ternyata ini adalah jenderal yang patungnya ada di tengah kota Seoul, yang udah pernah ke Korea Selatan pasti udah ke sana. Kalo nonton drama n variety show, lokasi ini juga sering muncul.
Kata sejarawan, kemenangan Yi Sun Shin di perang Imjin itu adalah faktor yang menentukan masih berdirinya Korea hingga saat ini, makanya dia jadi pahlawan banget sampe dibikin patungnya. Jika ketika itu ia kalah melawan Jepang, maka hari ini tidak ada yang namanya Korea.
"Bagaimana mungkin seseorang memenangkan pertempuran melawan ratusan kapal hanya dengan bermodalkan 12 kapal" kira-kira begitu deh keheranan semua orang tentang kemenangan Korea melawan Jepang di tahun tersebut.
Menilik sedikit sejarah mereka, perang Korea-Jepang ini terjadi di abad ke 16, yaa tahun 15an gitu deh. Perang ini terjadi gegara Jepang bernafsu sekali untuk menguasai dunia, termasuk Cina. Nah untuk menguasai Cina mereka harus bisa menaklukkan Korea dulu. Terkenal lah ketika itu namanya Perang Imjin yang terjadi di semenanjung Korea yang berakhir dengan kekalahan Jepang.
Film Roaring Current ini menggambarkan kejayaan Jenderal Yi Sun Shin yang ketika itu memimpin peperangan. Btw, ternyata ini adalah jenderal yang patungnya ada di tengah kota Seoul, yang udah pernah ke Korea Selatan pasti udah ke sana. Kalo nonton drama n variety show, lokasi ini juga sering muncul.
Kata sejarawan, kemenangan Yi Sun Shin di perang Imjin itu adalah faktor yang menentukan masih berdirinya Korea hingga saat ini, makanya dia jadi pahlawan banget sampe dibikin patungnya. Jika ketika itu ia kalah melawan Jepang, maka hari ini tidak ada yang namanya Korea.
"Bagaimana mungkin seseorang memenangkan pertempuran melawan ratusan kapal hanya dengan bermodalkan 12 kapal" kira-kira begitu deh keheranan semua orang tentang kemenangan Korea melawan Jepang di tahun tersebut.
Nah dalam film yang ternyata juga dibintangi No Min Woo ini, sutradara memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Ketika itu pasukan Korea dalam kondisi yang memprihatinkan secara mental. Mereka ketakutan untuk berperang bahkan salah seorang anak buah Yi Sun Shin nekat membakar kapal kura-kura andalan mereka agar Sang Jenderal ga nekat melakukan perang tersebut dan kembali pada Raja.
Dalam dialog Yi Sun Shin dan anaknya, beliau bilang hanya akan memanfaatkan ketakutan. Beberapa waktu sebelum perang, jenderal sudah ke Pulau Darah untuk melihat apa yang bisa membuat mereka menang. Konon kabarnya siapa yang menguasai pulau tersebut maka ia yang akan meraih kemenangan.
Tibalah hari perang tersebut. Pasukan Korea yang masih dalam kondisi ketakutan dengan sangat terpaksa naik ke Kapal menuju area perang. Yi Sun Shin yang berada di kapal utama akhirnya setelah membentuk barisan ditinggalkan 11 kapal lainnya dan bertarung sendirian menghadapi ratusan kapal Jepang.
Tak disangka rupanya Yi Sun Shin menggunakan perputaran arus di sekitar Pulau Darah yang berubah-ubah di waktu tertentu. Kapal utamanya hanya bertahan di satu titik dan membiarkan kapal-kapal Jepang mendekati. Disebabkan oleh arus yang berputar itu, kapal-kapal Jepang yang merupakan kapal nelayan yang dimodifikasi untuk berperang dengan mudah ditenggelamkan oleh pasukan Korea.
Melihat keberhasilan jenderal mereka melawan pasukan utama Jepang, kapal-kapal Korea yang mundur tadi pun akhirnya muncul keberaniannya untuk maju melawan Jepang. Inilah yang dimaksudkan Yi Sun Shin memanfaatkan ketakutan tersebut. Yaitu ketakutan pasukannya dan ketakutan pasukan Jepang.
Dalam dialog bersama anaknya, ia berkata bahwa bagaimanapun mereka telah menorehkan sejarah kemenangan di peperangan yang lalu melawan Jepang. Secara tidak langsung sebenarnya mental Jepang juga sedikit terpengaruh dengan keberhasilan Yi Sun Shin. Meski jumlah mereka lebih banyak tapi track record kemenangan Korea di tangan sang Jenderal tentu tak boleh dipandang sebelah mata.
Dalam dialog Yi Sun Shin dan anaknya, beliau bilang hanya akan memanfaatkan ketakutan. Beberapa waktu sebelum perang, jenderal sudah ke Pulau Darah untuk melihat apa yang bisa membuat mereka menang. Konon kabarnya siapa yang menguasai pulau tersebut maka ia yang akan meraih kemenangan.
Tibalah hari perang tersebut. Pasukan Korea yang masih dalam kondisi ketakutan dengan sangat terpaksa naik ke Kapal menuju area perang. Yi Sun Shin yang berada di kapal utama akhirnya setelah membentuk barisan ditinggalkan 11 kapal lainnya dan bertarung sendirian menghadapi ratusan kapal Jepang.
Tak disangka rupanya Yi Sun Shin menggunakan perputaran arus di sekitar Pulau Darah yang berubah-ubah di waktu tertentu. Kapal utamanya hanya bertahan di satu titik dan membiarkan kapal-kapal Jepang mendekati. Disebabkan oleh arus yang berputar itu, kapal-kapal Jepang yang merupakan kapal nelayan yang dimodifikasi untuk berperang dengan mudah ditenggelamkan oleh pasukan Korea.
Melihat keberhasilan jenderal mereka melawan pasukan utama Jepang, kapal-kapal Korea yang mundur tadi pun akhirnya muncul keberaniannya untuk maju melawan Jepang. Inilah yang dimaksudkan Yi Sun Shin memanfaatkan ketakutan tersebut. Yaitu ketakutan pasukannya dan ketakutan pasukan Jepang.
Dalam dialog bersama anaknya, ia berkata bahwa bagaimanapun mereka telah menorehkan sejarah kemenangan di peperangan yang lalu melawan Jepang. Secara tidak langsung sebenarnya mental Jepang juga sedikit terpengaruh dengan keberhasilan Yi Sun Shin. Meski jumlah mereka lebih banyak tapi track record kemenangan Korea di tangan sang Jenderal tentu tak boleh dipandang sebelah mata.
Demikian pula ketakutan yang dirasakan pasukan Korea. Ia harus diubah menjadi keberanian. Keberanian itu menular kata Yi Sun Shin. Melihat keberanian pasukan di kapal utama Korea, akhirnya kapal lain pun tertulari keberanian itu.
Menurutku, film ini sungguh film heroik yang mengharukan. Sutradara pastilah telah melakukan banyak kajian sebelum akhirnya film ini dibuat.
Di akhir film, anak Yi Sun Shin menyatakan keheranannya pada sang ayah. Bagaimana ayahnya bisa berpikir untuk menjadikan pusaran air tersebut sebagai senjata. Dan sang jenderal hanya berkata, "Langit telah membantu kita".
Sungguh film ini sangat sangat sangat direkomendasikan.
Aku pikir film ini dibuat atas keresahan hati sutradara yang melihat kondisi anak muda Korea yang mungkin (mungkin loh yaaa) tak lagi menghargai sejarah mereka. Tapi film ini harusnya mampu mengetuk nurani setiap bangsa untuk lebih mencintai dan menghargai jerih payah perjuangan para pahlawan dan pejuang kemerdekaan mereka dahulu dalam mempertahankan tanah air.
Kekurangan Film
Satu hal bahwa beberapa adegan di film ini kurang cocok untuk anak-anak karena ngeri and sadis banget. Seperti ketika tentara Jepang mengirimkan puluhan kepala tawanan Korea yang sebagiannya juga telah dipotong hidungnya. Hiiwww buat yang engga terbiasa nonton film sadis mungkin ga akan bisa makan beberapa waktu. Apalagi adegan para keluarga meluk jenazah yang hanya tinggal kepala itu. Belum lagi pas ada istri yang ngacak-ngacak kepala itu untuk memastikan apakah di antara kepala itu ada kepala suaminya.
Dan lainnya adalah film ini kurang berdarah untuk ukuran perang. Mosok udah ngayunin pedang ke sana kemari percikan darah di wajah cuma dikit. Hehehe....
Well, selamat menonton!
Menurutku, film ini sungguh film heroik yang mengharukan. Sutradara pastilah telah melakukan banyak kajian sebelum akhirnya film ini dibuat.
Di akhir film, anak Yi Sun Shin menyatakan keheranannya pada sang ayah. Bagaimana ayahnya bisa berpikir untuk menjadikan pusaran air tersebut sebagai senjata. Dan sang jenderal hanya berkata, "Langit telah membantu kita".
Sungguh film ini sangat sangat sangat direkomendasikan.
Aku pikir film ini dibuat atas keresahan hati sutradara yang melihat kondisi anak muda Korea yang mungkin (mungkin loh yaaa) tak lagi menghargai sejarah mereka. Tapi film ini harusnya mampu mengetuk nurani setiap bangsa untuk lebih mencintai dan menghargai jerih payah perjuangan para pahlawan dan pejuang kemerdekaan mereka dahulu dalam mempertahankan tanah air.
Kekurangan Film
Satu hal bahwa beberapa adegan di film ini kurang cocok untuk anak-anak karena ngeri and sadis banget. Seperti ketika tentara Jepang mengirimkan puluhan kepala tawanan Korea yang sebagiannya juga telah dipotong hidungnya. Hiiwww buat yang engga terbiasa nonton film sadis mungkin ga akan bisa makan beberapa waktu. Apalagi adegan para keluarga meluk jenazah yang hanya tinggal kepala itu. Belum lagi pas ada istri yang ngacak-ngacak kepala itu untuk memastikan apakah di antara kepala itu ada kepala suaminya.
Dan lainnya adalah film ini kurang berdarah untuk ukuran perang. Mosok udah ngayunin pedang ke sana kemari percikan darah di wajah cuma dikit. Hehehe....
Well, selamat menonton!
Hmm..baca ini berasa de javu deh, kayak udah pernah nonton tapi lupa juga..heheh *ingatankuuu...
ReplyDeleteSebentar-sebentar... jd filmnya kurang berdarah walaupun ada adegan penggal memenggal? Wihh...
ini film tahun 2014 lalu mak, mungkin udah nonton kali, film nomer satu box office di korsel kabarnya... ga nyesel nontonnya xixixi
ReplyDeletehahaha kepala yang udah dipenggal itu udah ga ada darahnya lagi, kurang berdarah pas perangnya... hehehe