Friday, 21 May 2010

Jika Saudaramu Tidak Datang



Majelis minggu ini benar – benar membuat hatinya miris. Ia yang datang ke markas dalam keadaan terburu –buru karena tahu bahwa ia sudah terlambat dari jadwal yang diberitahukan oeh panitia, harus kembali mengurut dada begitu memasuki markas. Ia hanya mendapati dua orang perempuan yang tengah asyik dengan bacaannya masing – masing.

Dimasukinya markas dengan tak lupa mengucapkan salam terlebih dahulu dan kemudian menyalami mereka satu persatu. Setelah saling menanyakan kabar, ia dan kedua perempuan itu tenggelam dalam bacaannya masing – masing. Tak betah dengan bacaannya ia menekuni handphonenya dan mengirim pesan singkat kepada teman – temannya yang belum datang untuk segera datang.

Tak lama kemudian inboxnya mulai dipenuhi oleh balasan pesan yang ia kirim tadi. Betapa sedih dan kecewanya ia saat membaca pesan – pesan itu. Hampir seluruhnya mengatakan jika mereka tidak bisa datang dengan berbagai jenis alasan. Kuliah, sedang membuat tugas, tidak ada kendaraan, sampai ada yang mengatakan lupa, ada juga yang tidak tahu sama sekali. Astaghfirullah.... Hanya itu yang bisa ia katakan. Kembali ia menata hatinya dan mulai mengingat – ingat apa yang harus ia lakukan jika kembali berhadapan dengan situasi seperti ini.

” Saya dulunya seperti kamu ini. Kecewa dengan teman – teman yang tidak datang kegiatan. Namun yang bisa kita lakukan hanyalah berhuznuzon pada mereka. Berprasangka baiklah, karena itu yang dipesankan Imam Syahid Hasan Al Banna. Beliau berkata, carilah 99 alasan yang membenarkan saudaramu yang tidak menghadiri pertemuan ini. ” ingatannya melambung pada kata – kata seorang perempuan yang sangat dirindukannya untuk bertemu kembali.

Sejuk hatinya jika ia kembali mengingat kata – kata perempuan itu. Apa yang disampaikan oleh perempuan itu sangat membantunya untuk terus berprasangka baik dan mencari segala macam alasan untuk membenarkan ketidakdatangan teman- temannya. Walau terkadang ia kesal, namun ia sadar bahwa ini adalah tantangan yang harus dihadapinya dan jika terus saja kesal artinya ia sudah kalah dalam pertarungan.

Ia harus belajar untuk memosisikan dirinya sebagai orang lain, sebagai teman – temannya. Ia juga harus belajar dan tahu bahwa setiap orang memiliki urusan masing – masing yang mungkin saja lebih penting ketimbang hadir di majelis itu dan ia tidak berhak memaksa mereka untuk datang. Ia mesti memahami kesulitan – kesulitan mereka untuk menghadiri majelis itu. Ia harus memaksakan dirinya untuk tidak marah karena ia sudah tahu bahwa marah tidak akan menyelesaikan masalah. Ia wajib tersenyum lagi pada teman – temannya saat bertemu karena ia tidak ingin merusak persaudaraan atas nama Allah ini dan menghancurkan bangunan yang telah susah payah ia bangun. Ia juga harus selalu berusaha mengingat mereka dalam doanya dan memintaNya untuk mengumpulkan mereka di surganya kelak walau kadang ia lupa mendoakan mereka.

Akhirnya majelis minggu ini berjalan dengan dihadiri oleh mereka yang masih punya kesempatan dan kesehatan untuk memenuhi undangan si pengundang. Ditanamkannya kata – kata pemateri bahwa sesungguhnya Allah menyebut – nyebut nama orang yang berkumpul untuk menuntut ilmu dihadapan para malaikat, dosanya diampuni bahkan ikan di laut pun mendoakannya dalam perjalanannya menuju majelis.
Mendengar itu merinding sekujur tubuhnya........


Tg. Pinang, 21 Mei 2010
Pagi yang dingin 10.00 WIB
* Selalu dalam rangka memperbaiki diri dan hati

4 comments:

  1. Like this,
    koq ampe diposting 2 x dengan judul yang di edit,
    hahahahaha...

    ReplyDelete
  2. awalnya cuma mau diedit, eh ga taunya ke posting....

    ( malu )

    ReplyDelete
  3. kan bisa disimpan didraft atau di unpublish,
    gimane sih..??

    klik icon windows di keyboard, trus klik U 2x,
    coba deh...

    ReplyDelete
  4. yop lain kali dicoba Gi

    ( hormat pada pak guru Ugi.... )

    ReplyDelete