Di manakah letak perbedaan antara guru TK dengan guru SD, SMP, dan SMA?? Jelas pada kurikulumnya, peserta didik, cara pengajaran, cara interaksi dengan siswa, cara menilai, dan sebagainya. Namun bagi saya perbedaannya ada pada hubungan antara orang tua dan guru.
Saya yakin yang membaca tulisan ini adalah orang telah melewati tingkatan pendidikan tersebut ataupun sedang menjalani ( atau ada murid TK yang sedang membaca tulisan ini ? ). Saya akan mengajukan pertanyaan, seingat pembaca bagaimana hubungan orang tua kita dulunya dengan guru ketika TK, SD, SMP atau pun SMA? Seberapa dekat orang tua kita dulunya dengan guru – guru di sekolah?
Pertanyaan ini muncul begitu saja setelah saya menyadari dan kembali mengamati tentang hubungan guru dan orang tua. Menurut saya, hangatnya hubungan antara guru dan orang tua bisa dirasakan di Taman Kanak – Kanak. Pertama, guru dan orang tua selalu bertemu hampir setiap hari walaupun hanya beberapa menit ketika mengantar ataupun menjemput anaknya. Ini mengakibatkan timbulnya interaksi tak terencana antara guru dan orang tua. Obrolan singkat dan ringan pastinya menjadi makanan sehari – hari, minimal saling melempar senyum atau menanyakan kabar. Orang tua tidak hanya mengantar anak di tepi jalan atau di depan sekolah, melainkan hingga anak tersebut sampai di tangan gurunya. Berbeda sekali dengan SD, SMP, apalagi SMA. Orang tua yang sudah beranggapan bahwa anak sudah mandiri cukup mengantar tanpa bertemu dengan guru yang bersangkutan dan guru juga tidak lagi menunggui anak di depan pagar sekedar mengucapkan selamat pagi ( jarang ada sekolah yang seperti ini ).
Kedua, besarnya perhatian orang tua pada anaknya yang masih TK dan rasa ingin tahu atas apa saja yang dikerjakannya hari ini di sekolah. Tak jarang laporan lisan akan disampaikan guru ke orang tua di jam pulang sekolah. Ini semakin menambah keakraban guru dan orang tua sehingga perkembangan anak terpantau tiap harinya. Bandingkan saat dulunya kita pulang sekolah. Adakah percakapan seperti itu terjadi? Hmm pembaca boleh tersenyum membaca tulisan saya ini. Kita selalu beranggapan bahwa tentu saja percakapan terssebut tidak penting atau tidak perlu atau bahkan mustahil terjadi karena saat kita SD, SMP dan SMA kita tak perlu lagi dijemput oleh orang tua atau pun. Jikalau dijemput pun itu hanya sekedar menjemput. Tidak ada komunikasi antara orang tua dengan guru yang menceritakan tingkah kita hari itu. Laporan itu hanya akan ada dua kali setahun, kecuali pada saat genting.
Dari dua opini saya di atas rasanya sduah cukup mewakili untuk menggambarkan hubungan orang tua dan guru. Walaupun ada juga hubungan antara guru dan orang tua kita yang akrab saat kita SD, SMP maupun SMA tapi tidak banyak dan bisa kita hitung dengan jari. Permasalahan yang muncul salah satunya adalah karena jumlah siswa yang terlalu banyak sehingga menyulitkan guru untuk menghapal atau melakukan pendekatan dengan orangtua. Sebaliknya dari pihak orangtua, karena telah merasa anak sudah mandiri, maka pendekatan dengan guru tidak perlu lagi dilakukan. Orang tua menyerahkan sepenuhnya pendidikan kepada guru.
Hal ini dapat kita lihat akibatnya pada siswa. Kurangnya komunikasi antara guru dan orang tua membawa dampak yang tidak ringan. Orang tua tidak tahu seperti apa perkembangan anak di sekolah, guru juga kurang informasi tentang tingkah laku anak di rumah. Dan saat anak mendapat masalah dengan nilai ataupun perilakunya, maka yang disalahkan adalah guru sebagai pendidik atau orang tua sebagai orang yang paling sering bertemu dengan anak. Guru tidak pandai mengajar, tidak profesional, tidak memperhatikan siswa dan lain – lain merupakan beberapa kesalahan yang dilontarkan untuk guru.
Saya mengajak pembaca semua, baik yang sekarang berprofesi sebagai guru, orang tua maupun calon orang tua,, marilah kita kembali memperhatikan anak – anak kita dengan menjalin komunikasi yang intens satu sama lain. Berhasil atau tidaknya pendidikan yang sedang ditempuh oleh anak kita tidak bisa ditopang hanya salah satu pihak. Kerjasama yang baik antara orang tua dan guru akan melahirkan generasi – generasi yang juga mampu memberikan yang terbaik untuk bangsanya. Adakah keinginan itu?
Sabtu, 3 April 2010
ya bu guru…… sehabis ini saya akan memperhatikan anak-anak di sekitar saya :-p
ReplyDeletejangan lupa dikasih makan ya kak nov...
ReplyDelete