Sunday 19 May 2013

Merenungkan Makna Menjadi Kader KAMMI (1of 5)


oleh Noval Abu Dzar (Pengurus Pusat KAMMI)

Mungkin di antara kita ada yang telah menjadi kader KAMMI selama 8 tahun. Ada juga yang sudah 5 tahun. Ada juga yang baru satu tahun atau bahkan kurang. Waktu adalah ukuran yang memberi kita label orang baru atau lama, dan hal tersebut memang tidak bisa dihindari. Tapi itu tidak memberi arti apa-apa bila lama dan baru, senior dan junior harus dipakai sebagai simbol kehormatan. Waktu akan berarti bila diartikan sebagai ‘kesempatan untuk berkontribusi’ sebagai aktivis mahasiswa. 

Kesempatan untuk berkontribusi sebagai kader KAMMI. Artinya, waktu hanyalah ukuran kesempatan untuk beramal sebagai kader KAMMI. Maka, menjadi kader KAMMI dalam perspektif kesempatan hanyalah soal takdir.

Kita perlu menyadari sesungguhnya sejarah bangsa Indonesia adalah sejarah kaum muda, bahkan, sejarah dunia pun sejarah kaum muda. Terutama mahasiswa yang merupakan entitas intelektual yang menempati posisi strategis dalam perjalanan sejarah perjuangan bangsa Indonesia. Mahasiswa adalah agen-agen pengubah, pilar-pilar keadilan dan kebenaran, teladan perjuangan, dan aset kunci masa depan bangsa yang tak terpisahkan dari rakyat Indonesia.

Berangkat dari kesadaran sejarah dan kenyataan hari ini, kita menyadari KAMMI lahir untuk mengawal cita-cita sejati reformasi, menyejahterakan rakyat dan mengisi kemerdekaan yang diwariskan oleh para pendiri bangsa Indonesia.

Oleh karena itu, kesadaran-kesadaran dalam diri kitalah yang memberi kita rasa terarah, perasaan menuju ke tujuan mengapa kita menjadi kader KAMMI? Kesadaran tentang makna menjadi kader itulah yang akan menjadi pendorong, landasan, sekaligus penguat mengapa kita mau berlelah-lelah bekerja, berkontribusi, dan menjalankan amanah-amanah dakwah. Yang membuat kita rela untuk infaq, syuro, dauroh, demonstrasi yang menyebabkan waktu istirahat berkurang, waktu berkumpul dengan keluarga sedikit, banyak kesenangan pribadi yang di singkirkan bahkan memprioritaskan tujuan dan capaian dakwah di atas cita-cita pribadi. Itulah yang disebut kesadaran akan menjadi kader.

Kesadaran argumentasi, kesadaran afiliasi, kesadaran berkontribusi dan kesadaran ekspektasi adalah empat hal yang perlu kita bangun untuk menjadi kader KAMMI yang bisa menjadi landasan kuat bagi kita, untuk bisa terus bertanggungjawab sebagai kader dengan baik, maksimal dan penuh produktivitas.

Kesadaran Argumentasi adalah atas dasar apa sesungguhnya kita menjadi kader KAMMI. Kesadaran afiliasi, dalam perspektif normative ajaran Islam, adalah perintah untuk tidak hidup sendirian. 

Afiliasi yang benar, kuat dan loyal harus berbuah amal dan kontribusi. Kesadaran berkontribusi memberi kita pembuktian pada tataran yang lebih nyata tentang arti menjadi aktivis KAMMI. Dan kesadaran ekspektasi menjelaskan harapan-harapan yang ingin kita peroleh dari menjadi kader. Harapan itu ada yang terkait dengan harapan jauh di akhirat. Ada juga harapan yang dekat di dunia.

Merenungkan kembali makna menjadi kader KAMMI, pada akhirnya adalah merenungkan kembali tentang ekspektasi kita, harapan-harapan jauh dan harapan-harapan dekat kita. Tanpa itu segalanya bisa berubah menjadi sangat hampa. Afiliasi menjadi kering. Dan kontribusi hanya menjadi parade keterpaksaan. 

Menjadi aktivis KAMMI tiba-tiba berubah menjadi keterlanjuran yang di sesali. Di sini mimpi-mimpi dan kerinduan tentang kebahagiaan, balasan dan kejayaan sangat perlu untuk terus ditata kembali. Seperti potongan-potongan puzzle yang indah, yang kadang sedikit tidak beraturan karena benturan atau goncangan, kita perlu membuat gambar tentang harapan itu menjadi utuh kembali. Begitu seterusnya kesadaran ekspektasi harus terus ditata dan dirapikan agar selalu tampak indah dan menggairakan.

Kesadaran-kesadaran tersebut, secara berkelanjutan harus kita asah. Kita memang harus terus merenungkan kembali apa artinya menjadi aktivis. Itu mungkin tidak akan menghilangkan sama sekali rasa lelah akibat menjadi aktivis. Hal itu mungkin juga tidak akan menghilangkan sama sekali masalah-masalah, perbedaan pendapat, dan kadang juga kegagalan-kegagalan. Tapi setidaknya, kesadaran-kesadaran itu bisa membuat kita merasa punya alasan yang memadai mengapa kita mau menjadi aktivis KAMMI. Sampai hari ini.

No comments:

Post a Comment