Wednesday 3 April 2013

Karena Tak Ada Alasan Membenci KAMMI


Oleh Nurul Azizah

Bukan karena entah kenapa bertahan di KAMMI sejak semester satu. Banyak alasan yang menguatkan kaki untuk terus bersama dengan orang – orang di KAMMI untuk menjalankan roda organisasi. Meski pernah suatu waktu menyadari mungkin KAMMI Kepri tak akan bertahan lama. Kondisi pengurus dan kader yang lupa menyematkan semangat kadang membuat diri kehilangan motivasi untuk bergerak.

Mencintai KAMMI adalah mencintai apa yang ingin diwujudkan oleh KAMMI. Mencintai KAMMI adalah mencintai cara KAMMI mewujudkan tujuan. Mencintai KAMMI adalah mencintai kerikil – kerikil dan batu sandungan di KAMMI. Mencintai KAMMI adalah mencintai orang – orang di KAMMI. Mencintai orang – orang yang mengajak, orang – orang yang membina, orang – orang yang membimbing, orang – orang yang menyebalkan, orang – orang yang keras, orang – orang yang lebih senang bergerak ketimbang diam duduk di rumah. Mencintai KAMMI adalah mencintai resiko ketergabungan diri dalam organisasi ini.

Kehadiran KAMMI di sela – sela aktivitas kuliah memunculkan rasa syukur telah bergabung di dalamnya. Melihat orang lain yang tak bergabung kadang terasa menyedihkan sekaligus menggembirakan. Sedih saat mereka tak bisa menikmati apa yang kami dapatkan, gembira karena janji Allah SWT tentang orang – orang beriman yang terpilih untuk meneruskan risalah perjuangan Rasulullah SAW. Bukan berbangga diri, hanya merasa bersyukur.

Jika memiliki kesempatan dan ingatan, ada satu hal yang ingin disampaikan kepada para mahasiswa yang megikuti Dauroh Marhalah 1 kelak, “KAMMI adalah kumpulan orang – orang yang tak betah diam dan hanya duduk di rumah meski di hari libur. Mereka adalah orang – orang yang akan merepotkan diri sendiri untuk mendaki surga Allah. Antum sanggup menjadi kader KAMMI??? Sanggupkah mengikuti seluruh aktivitas di KAMMI? Mengikuti perputaran roda yang berputar begitu cepat hingga tak ada waktu untuk berhenti?? Silahkan mundur jika tak mampu!

Mencintai adalah berani untuk berkorban, memberikan seluruh jiwa dan raga untuk yang dicintai. Harta, waktu dan seluruh pikiran bahkan perasaan. Tak ada waktu untuk merajuk di KAMMI. Mengorbankan ego, harga diri dan rasa ‘malu’ hanya untuk terus bertahan di KAMMI. Meneruskan perjuangan KAMMI, terutama KAMMI Kepri yang ada di tahun 2007.

Mereka yang Mencintai KAMMI

Sebuah anugerah mengenal mereka yang berkecimpung di KAMMI, khususnya KAMMI Kepri. Di awal pengenalan, kami sudah diberikan tantangan “KAMMI hanya untuk orang – orang yang serius, jika antum bergabung di KAMMI hanya untuk main – main atau ikut – ikutan lebih baik tidak usah bergabung di sini!!!”. Tajam, menusuk dan membuat saya marah karena merasa diremehkan oleh orang itu (moga tetap istiqomah ya Kak).

Menyambut tantangan tersebut, saya memasuki gerbang utama, bismillah. Di akhir acara kami kembali bertemu dengan salah satu pecinta KAMMI yang lain dengan satu pesan penutup, “Bertahan di KAMMI itu tidak sulit, ikuti seluruh kegiatan dan berkomitmenlah. Hal tersulit di sini adalah menjaga interaksi dengan ikhwan, karena itu perhatikan dan jagalah interaksi tersebut agar keterlibatan itu tak terkotori.”
Singkat namun meninggalkan kesan yang mendalam.

Di masa pelatihan pun datang seorang akhwat yang sudah saya kenal dari SMA dalam acara – acara rohis. Dalam keadaan hamil ia mengunjungi peserta dari kamar ke kamar dan duduk untuk mengobrol barang sebentar. Wah, rajin banget nih kakak nyamperin peserta satu per satu, padahal lagi hamil besar, pikir saya ketika itu.

Rupanya setelah itu, dialah orang yang paling keras suaranya di antara para akhwat saat takbir. Suara kerasnya ketika bertakbir menghilangkan rasa segan dan malu saya untuk turut serta meneriakkan takbir di tiap pertemuan maupun kegiatan. Meski tak sekeras suaranya karena hingga hari ini di sekumpulan akhwat KAMMI Kepri, suaranya lah yang paling nyaring bertakbir. Melalui takbir tersebut, ia mencoba menyalurkan ghiroh perjuangannya. Allahu akbar!!! Moga selalu istiqomah, Kak

Tak sekedar itu, suatu waktu ada kisah yang saya dapatkan dari para akhwat senior di KAMMI tentangnya. Saat ia bergabung di KAMMI ia mendapatkan kecelakaan yang cukup parah. Meskipun ceritanya tak detil dalam ingatan saya namun gambaran luka – luka yang ia dan temannya dapatkan betul – betul membuat saya merinding. Dan kecelakaan itu terjadi saat mereka akan menuju lokasi untuk kegiatan KAMMI. Subhanallah, entah balasan seperti apa yang telah menunggu mereka di surga nanti….

Kadang kejadian ini membuat saya malu pada diri sendiri, namun kejadian ini pula lah yang menguatkan hati untuk terus bertahan dan berkontribusi. Setiap melewati lokasi kecelakaan tersebut, saya membayangkan darah segar dan serakan kendaraan tersebut. Allah, perjuangan ini tak boleh berhenti dan berikan mereka kasih sayangMu. Mereka yang terluka, mereka yang kehilangan kendaraan, mereka yang kehilangan harta dan mereka yang kehilangan waktu.

Ketika ditanya mengapa mencintai KAMMI, jawabannya sederhana. Karena tak ada yang bisa saya benci di KAMMI.





No comments:

Post a Comment