Wednesday 16 January 2013

Akhwat Kontemporer


*Sofistika Carevy Ediwindra
Sekretaris Umum KAMMI MADANI 2012/2013

Akhwat memegang peranan penting dalam laju roda pergerakan organisasi mahasiswa terbesar di negeri ini, KAMMI. Sayangnya, dalam ranah nasional, wilayah, daerah, maupun komisariat, kiprah akhwat KAMMI terkadang masih kalah eksis terdengar gaungnya. Entah karena keberpihakan media pada gender ikhwan atau memang dobrakan gerakan kaum hawa ini masih kurang.

Ini bukan soal perseteruan tak sehat yang membawa pada keakuan gender yang tak berujung. Gerakan kemahasiswaan di era terbuka ini membutuhkan sinergitas baik ikhwan pun akhwat untuk mengisi relung kosong negeri ini dengan kontribusi khas perbaikan. KAMMI yang merupakan gerakan berbasis kader, telah mengantongi manhaj yang tersusun integral dengan muara muslim negarawan (pemimpin) bagi seluruh kadernya.

Negeri khatulistiwa ini masih didominasi kuat oleh kuantitas wanita sebagai penduduknya. Ini menjadi tantangan tersendiri bagi gerakan akhwat KAMMI. Masalah yang muncul, tak jauh dan kebanyakan, bersentuhan dengan ranah wanita. Mulai dari masalah kemiskinan, keterbelakangan pendidikan, KDRT, eksploitasi wanita, kesehatan, kekurangterlibatan wanita di ranah pengambil kebijakan nasional hingga internasional menjadi PR bagi akhwat KAMMI untuk digarap. Bisa dibilang, 100% tak ada satupun bidang kehidupan yang lepas dari kebutuhan kiprah akhwat di dalamnya.

Ya, ternyata di pundak kita, akhwat KAMMI, tersemat ragam amanah yang tak hanya butuh ditonton saja. Lalu apa? Apa yang bisa dilakukan oleh muslimah dengan sandangan muslim negarawan ini? Merujuk pada Ijtihad Membangun Gerakan buah gagasan Amin Sudarsono (2010) , terdapat beberapa hal konkret yang menjadi bekal sekaligus gerakan muslimah KAMMI. Pertama, menjaga sustainability pengkaderan. Pengkaderan nihil tanpa adanya citra baik yang diwajahkan akhwat KAMMI. Hal ini menuntut masuknya akhwat KAMMI dalam bidang strategis dan bergengsi baik di kampus, daerah, maupun nasional.

Kedua, pengembangan dan penyebaran pemikiran. Kuatnya ideologi keKAMMIan merupakan senjata dari idealisme yang selama ini KAMMI bangun. Terpaut di dalamnya perlunya kesiapan ruhiyah, ilmu, dan fisik kuat dari akhwat KAMMI. Tanpanya, ideologi yang diinternalisasi melalui pembinaan kader akan loyo dan tidak mantap merasuk ke jiwa kader akhwat KAMMI.

Selanjutnya, menjadi bidang akhwat KAMMI yakni pada aspek advokasi perempuan. Objek dakwah akhwat bukan melulu mereka yang juga telah berhijab. Maka tak selayaknya akhwat KAMMI hanya bergaul dengan sesama jenisnya saja (eksklusif). Sudah saatnya para akhwat membongkar kebiasaan lama dan beranjak pada gerakan memperlebar sayap gerak. Advokasi membutuhkan analisis dan pemahaman akan medan yang menjadi ladang garapan. Analisis merujuk pada masalah yang mengemuka dengan mengorelasikan pada sumber daya yang mampu menjadi katalisator penyelesaian masalah. Fungsi advokasi inilah yang semestinya dimainkan oleh akhwat KAMMI yang kaya akan ideologi.

Keempat, pendorong perubahan. Perubahan, tidak dipungkiri akan terjadi dalam setiap lapisan masyarakat. Bukan tak mungkin pula, perubahan wajah wanita Indonesia yang masih lekat padanya hawa marjinalisasi diawali oleh akhwat KAMMI yang terus bergerak dalam upaya dinamisasi perubahan.

Kelima, unsur pemberdayaan perempuan. Inilah unsur pembeda yang menjadi kesempatan mewujudkan aksi yang dirancang akhwat KAMMI. Skill di sisi ini menjadi modal utama. Skill domestik maupun publik adalah dua hal wajib untuk dikuasai akhwat. Akhwat yang mampu merangsek ke setiap lini perempuan dan masyarakat secara umum dengan bekal yang kokoh mampu menjadi saka bagi keutuhan pergerakan.

Menjadi akhwat KAMMI adalah sebuah anugerah. Dalam keanggunan terbalut ketangguhan. Menjadi akhwat KAMMI berolah padanya pelatihan menjadi menejer di segala bidang. Tak hanya politik, namun juga domestik. Tak hanya internasional-nasional, tapi juga keluarga dan masyarakat di hadapan. 

Kesatuan akhwat yang mewujud dalam KAMMI tak hanya tanggung jawab Pusat namun juga komisariat sebagai penyokong utama gerak KAMMI. Maka memasifkan hubungan emosional dan kultural antarkomsat, daerah-komsat, wilayah-daerah, hingga pusat-daerah menjadi ihwal yang tak terelakkan. Jangan harap loyalitas akhwat KAMMI atau kader KAMMI secara umum muncul jikalau tidak terbangunnya relasi antarinternal KAMMI tersebut. Tak pelak, kaderisasi yang di dalamnya memuat penguatan kader menjadi gerakan abadi KAMMI kini dan nanti.

sumber : http://kammimadani.wordpress.com/2012/11/03/akhwat-kontemporer/ 

No comments:

Post a Comment