Sudah menginjak malam ke 16 Ramdhan. Dari 16 malam, ternyata saya hanya melewatkan shalat tarawih di mesjid selama tiga kali ( what the hell !! ) selebihnya di rumah, bahkan ada yang tidak sama sekali. Duh kondisi keimanan emang gak konsisten.
Malam ini untuk pertama kalinya sholat di mesjid perumahan yang telah membesarkan saya itu hehehe…… Mesjid Sya’arillah. Banyak cerita dan motivasi ketika dulu berkecimpung menjadi anggota remaja mesjid di sana. Meskipun tak banyak kegiatan yang kami adakan, hanya saja, inilah basis yang sudah membentuk saya hingga menjadi seperti ini.
Nah malam ini saya dikejutkan dengan hal – hal yang sama sekali di luar dugaan. Anak – anak itu bertambah besar ( yaaa gak mungkin juga tambah kecil ). Maksudnya, saya sama sekali tak mengira bahwa waktu berlalu dengan sangat cepat tanpa saya sadari.
Dalam bayangan saya, mereka masih duduk di bangku SMP dan SMA. Dan malam ini ternyata mereka sudah tidak lagi di posisi yang saya pikirkan. Astaghfirullah…….
Di mana saya ketika mereka tumbuh menjadi remaja? Di mana saya ketika mereka harus menghadapi pergolakan remaja yang sama sekali tidak mereka duga. Apa yang telah saya lakukan untuk membantu mereka melewati masa – masa itu?
Yang kini ada di depan mata saya, bahwa mereka tumbuh tidak seperti yang Islam harapkan. Masya Allah, di mana saya saat itu???
Memutar balik kenangan masa lalu yang sudah menjadi sejarah, saya merasakan betul betapa saya dibimbing dengan kasih sayang oleh para tokoh masyarakat yang ada di lingkungan saya. Betapa getolnya mereka agar kegiatan di mesjid itu ada. Berapa dana yang mereka keluarkan untuk membiayai kegiatan, meskipun hanya sekedar buka puasa bersama. Letih tokoh – tokoh itu masih terbayang di pelupuk mata ini.
Melalui tangan – tangan mereka juga lah Allah swt memberikan hidayahNya kepada saya ketika itu. Melalui bibir merekalah, Allah mengajarkan kalamnya kepada saya sehingga pemahaman itu merasuk ke dalam pikiran saya. Melalui doa mereka juga lah saya meraih apa yang mungkin tak diraih oleh teman – teman seumuran saya, meskipun saya menyadari apa yang saya peroleh hari ini belum ada apa – apanya.
Salahkah langkah dakwah saya selama ini? Bersama teman – teman kampus, saya mencoba untuk menyusun keeping – keping mimpi para pendahulu. Bersama mereka saya mencoba untuk mengajak orang lain pada jalan yang pernah saya tempuh dan saya yakini kebenarannya ( Insya Allah ).
Di lain sisi, di waktu yang bersamaan, ternyata saya sudah meninggalkan mesjid tempat saya dibesarkan. Berapa banyak saya menolak atau pun izin saat mereka sedang mengadakan kegiatan. Berapa banyak alasan yang saya kemukakan hanya karena kemalasan saya bertemu dengan mereka, yang seharusnya ada dalam pembinaan saya. Kesombongan saya begitu tinggi.
Sikap meremehkan saya sudah keterlaluan!
Untuk mencapai tujuan dakwah kampus maka diperlukan kerja yang berkesinambungan, bukan dengan artian ganti kepengurusan, ganti program kerja. Pak Yusuf mengemukakan seharusnya para alumnus tersebut tidak serta merta meninggalkan dakwah kampus, mereka mestilah menjadi pionir untuk memotivasi para junior yang masih kuliah.
Dari pernyataan ini, saya menyadari saya telah membuat kesalahan besar dalam hidup di mana saya telah menelantarkan mereka yang ada di lingkungan rumah saya. Untuk apa saya bersibuk ria di luaran jika lingkungan saya sendiri pun tak terkondisikan dengan baik.
Apa yang dapat saya lakukan sekarang hanyalah menyusun rencana agar mereka kembali aktif di mesjid, mendapatkan apa yang dulu saya dapatkan. Semoga dimudahkan!!
*Sebuah doa dari seorang ustadzah
Ya Allah jangan kau halangi hidayahMu kepada mereka melalui lisanku
No comments:
Post a Comment