Sunday, 20 June 2010

Minangkabau tuh Gak Gitu


-->


Begitu numpang mandi tempat sepupu saya pagi ini dapatlah saya satu berita infotainment yang sangat tidak bisa saya terima. Seorang artis yang tidak perlu saya sebutkan namanya di sini ( ntar kena lapor pula ), berjalan di catwalk dengan mengenakan pakaian yang disebutnya sebagai pakaian adat minangkabau yang berasal dari sumatera barat. 

Tahukah anda bahwa pakaian tersebtu sama sekali tidak mencerminkan adat minangkabau yang terkenal dengan keislamannnya. Dari yang saya lihat, artis tersebut memakai pakaian yang menurut saya cukup terbuka untuk ukuran adat minangkbau. Kebaya biru dipadukan dengan kain songket ( sejak kapan ya di sumatera barat ada baju kebaya? ). Saya tidak tahu pertimbangan apa yang diambil oleh perancang busana maupun model ( yang juga berasal dari sumatera barat ) tersebut, sehingga menyebutnya sebagai pakaian adat minangkabau.


Ada beberapa alas an mengapa saya sangat tidak setuju sekali dengan pemberitaan tersebut, pertama pakaian tersebut tidak mencerminkan adat minangkabau yang sebenarnya. Slogan minangkabau Adat Basandi sara’, sara’ basandi kitabullah berarti adat di minangkabau semuanya bersandarkan pada Al Quran. Karena itulah masayarakt minangkabau terkenal sekali dengan eratnya hubungan mereka dengan agama. Pakaian yang diperagakan itu menurut saya sangat terbuka untuk ukuran masyarakat minagkabau. Bahu yang terbuka dan sempitnya pakaian terseut sehingga terlalu membentuk tubuh si pemakai. Tentu saja ini sudah bertentangan dengan slogan di atas.

Kedua, tatanan rambut peragawati yang kali ini merupakan artis terkenal benar – benar membuat saya ingin tertawa terbahak – bahak. Saya sampai tidak habis pikir sampai segitukah pengaruh globalisasi dan modernisasi sehingga tatanan rambut dalam adat sebuah suku pun bisa diubah dengan seenaknya? Setahu saya dan ini pulalah yang selalu saya lihat ketika saya pulang kampong ataupun ketika berada di tanjungpinang, tidak pernah ada yang namanya tatanan rambut minangkabau yang seperti itu. Meskipun penata rambut berusaha menata rambut peragawati agar mirip seperti tanduk kerbau, tapi bagi saya nilai – nilai adatnya sudah dirusak habis – habisan. Biasanya hiasan kepala untuk perempuan ( terutama di acara pernikahan adalah atasan berbentuk saeperti tanduk kerbau atau pun sunting yang cukup berat. Dan kedua aksesoris inilah yang membuat unik hiasan kepala perempuan dengan pakaian adat sumatera barat, bukannya tatanan rambut yang berantakan seperti itu.

Entahlah, apa saya harus tertawa ataupun merasa prihatin dengan artis yang memeragakan pakaian tersebut. Mustahil dia tidak pernah melihat pakaian adat yang sebenarnya. Dan lebih anehnya lagi, dia diklaim oleh media sebagai artis muda yang peduli dengan kebudayaan. Haduh, saya tidak tahu kebudayaan apa yang dimaksud. Saya berharap agar perancang busana memikirkan kembali baju hasil rancangannya apakah sudah sesuai atau belum. Apalagi hal ini berkaitan dengan salah satu adat yang ada di Indonesia.

3 comments:

  1. awak sapakaik jo uni.
    mari kito salamaik kan pusako urang minang.
    (halah3x, belepotan wak bahasa minang ku.he..)

    ReplyDelete
  2. hahahahha....


    yo ndak bana tacaliak inyo pakai baju

    kalau kak nov tengok, pasti lebih marabo daripado nurul

    (kikikikik....)

    ReplyDelete
  3. uni alah caliak diak.
    baju nan inyo pakai.
    seksi, mewah, dan ndak ado mencerminkan adaik minang.
    he...

    ReplyDelete