Selamat malam
Sudah masuk 2014 ya, tahun yang banyak orang mengatakannya ini adalah tahun politik. Tahun di mana mesin - mesin partai politik kembali berjalan untuk menyambut sebuah pesta rakyat. Entah rakyat yang mana.
Di Tanjungpinang tempat saya tinggal ada beberapa perubahan signifikan yang saya lihat. Setelah Pilkada Walikota Tanjungpinang 31 Oktober 2012 yang lalu Kota Gurindam ini sedikit berbeda dalam ‘warna’.
Pertarungan yang dimenangkan oleh Lis Darmansyah - Syahrul (No 2) itu otomatis membuat sebagian kalangan agak shock, terutama kubu pendukung Maya Suryanti yang notabene adalah anak dari Wali Kota Tanjungpinang selama dua periode, Suryatati A Manan.
Beberapa pengamat bilang kalo majunya Maya Suryanti cuma untuk menjaga kelangsungan kekuasaan Suryatati yang sudah belasan tahun memimpin, sejak Tanjungpinang jadi Kota Administratif. Tapi kupikir orang - orang juga tak boleh lupa PDIP juga pendukung beliau dulunya.
Setelah menggodok Lis Darmansyah yang memang kader tulen partai pimpinan Megawati itu, mereka pun keluar untuk berhadap - hadapan melawan penerus Suryatati. Dan mereka menang! Runtuhlah kekuasaan Suryatati, begitu banyak orang berkata.
Lalu setelah itu PDIP mengklaim mereka adalah partai penguasa di Tanjungpinang karena jabatan eksekutif dan legislatif didominasi oleh partai ini.
Selang setelah pelantikan, resmilah Lis dan Syahrul menjadi pemutus kebijakan untuk Negeri Pantun ini. Perubahan apa yang dilakukan? Entahlah, di sini saya hanya ingin memaparkan apa yang terlihat oleh mata dan terdengar oleh telinga saya.
Beberapa bulan belakangan beberapa kalangan, termasuk saya di dalamnya mulai menyadari bahwa Kota Tanjungpinang perlahan berubah menjadi merah. Benar - benar merah dalam artian warna.
Fasilitas umum, sekolah, kantor kelurahan, markas SAR, papan pengumuman kota, iklan layanan masyarakat di sudut jalan, tempat bunga di jalan, tenda, seragam panitia kegiatan pemko hingga tempat sampah telah berubah menjadi warna merah. What the hell??! Apa pemko membuat kebijakan merah?
Ruang walikota pun direnovasi menjadi warna merah, tak hanya itu juga ruangan kepala - kepala dinas. Saya pernah berkunjung ke salah satu dinas dan menemukan ruangan yang nyaman dengan corak merah putih. Lebih didominasi warna merah dan semua terlihat baru, artinya ruangan ini baru saja direnovasi.
Belum lagi baliho - baliho ucapan selamat maupun himbauan dari wali dan wakil wali kota di jalan - jalan protokol sangat didominasi warna merah. Sampai - sampai ada yang nyeletuk, “Lebaran dah macam tahun baru Cina” saking warna merah yang sangat banyak itu.
Lalu saya bertanya, ada apa? Apa cuma kebetulan?
Belum lagi baliho istri walikota yang menghiasi Kota Tanjungpinang. Istilahnya kampanye terselubung untuk kemenangan di 2014 nanti. Ini pendapat saya, silahkan jika tak sepakat.
Saya pikir penguasa ini seperti anak - anak yang baru saja mendapat mainan baru kemudian berlari keliling komplek untuk memamerkan mainannya tersebut. Seolah - olah mainannyalah yang paling bagus dan paling keren.
Begitu juga mereka ini, seperti orang kalap langsung memasang merah di sana sini untuk unjuk gigi.
Memang tak ada yang salah dengan warna merah. Warna apa pun itu tak masalah. Tulisan ini hanyalah hasil pengamatan saya yang bodoh dan tak berilmu ini. Yang merasa geli dengan perubahan lingkungan di Kota Tanjungpinang. Mohon dimaafkan
No comments:
Post a Comment