Saturday 14 May 2011

Kepada Siapa Kami Mengadu? (Mempertanyakan Peran Penyandang Gelar Adat dalam Menjaga Marwah Melayu)

Oleh    : Nurul Mahfud*
Ketua KAMMI Komisariat Batam

Tanggal 11 mei kemarin, Lembaga Adat Melayu Kepulauan Riau (LAM Kepri) baru saja memberikan apresiasi kepada Gubernur Kepulauan Riau saat ini. Apresiasi berupa pemberian gelar Datok Setia Amanah ini diberikan atas beberapa pertimbangan, salah satunya adalah karena pak gubernur dinilai telah banyak mendedikasikan hidupnya untuk masyarakat melayu

Melalui tulisan ini penulis tak lupa ingin mengucapkan selamat atas gelar Datok Setia Amanah yang telah didapat Bapak gubernur. Semoga dengan adanya gelar tersebut Bapak Gubernur semakin progresif dalam membangun Kepulauan Riau.
Gelar Datok Setia Amanah ini terlihat sangat cocok diterima oleh Bapak Gubernur yang memiliki visi mewujudkan Kepulauan Riau sebagai Bunda tanah melayu yang ramah lingkungan, sejahtera dan berakhlak mulia.

Kini dengan adanya gelar adat yang disandang ini, Bapak Gubernur tidak hanya dituntut untuk memajukan Kepulauan Riau, namun beliau juga dituntut untuk senatiasa menjaga marwah, martabat dan harga diri Kepulauan Riau.
Mencermati tulisan Bapak Huzrin Hood, seorang tokoh masyarakat yang juga mendapatkan gelar adat sebagi pemangku adat kerajaan Bentan. Dalam tulisan yang ditampilkan Batam Pos dua hari yang lalu (11/5) tersebut, Bapak Huzrin Hood menggambarkan begitu besarnya harapan masyarakat di dalam sebuah gelar adat.

Dari tulisan tersebut penulis melihat ada dua sisi yang diharapkan oleh masyarakat dari seorang tokoh yang mendapatkan gelar adat. yang pertama adalah masyarakat mengharapkan tokoh yang mendapatkan gelar adat mampu menjadi pemimpin yang amanah, dekat dengan masyarakat dan mampu mensejahterakan masyarakat.

Kedua, mereka yang mendapatkan gelar adat juga diharapkan untuk menjadi seorang penjaga adat. melayu merupakan sebuah kebudayaan yang memiliki nilai-nilai yang mulia dan sangat erat dengan ajaran islam. Masyarakat melayu tentunya mengharapkan para penyandang gelar adat mampu menjaga nilai-nilai mulia tersebut sebagai marwah melayu.

Tak heran makanya jika Tenas Effendy dalam bukunya tunjuk ajar melayu menyebutkan: Apa tanda melayu jati, bersama Islam hidup dan mati. Apa tanda Melayu bertuah, memeluk Islam tiada menyalah. Apa tanda melayu bertuah, sebarang laku menurut sunnah. Apa tanda melayu pilihan,hidup matinya dalam beriman. Apa tanda melayu beradat, syarak dipegang, sunnah diingat.

Termasuk dalam membuat rancangan maupun kebijakan terkait upaya pengembangan Kepulauan Riau. Bapak Gubernur selaku pemimpin Kepulauan Riau kewajiban untuk memperhatikan apakah rancangan dan kebijakan yang dibuatnya mengkikis nilai-nilai adat.  Sehingga rancangan dan kebijakan yang dibuat tidak menodai marwah Kepulauan Riau.

Harus diakui saat ini perekonomian merupakan salah saktu factor yang menentukan maju atau tidaknya suatu daerah. Tidak heran makanya jika setiap daerah berlomba-lomba mengembangkan berbagai potensi yang dimilikinya untuk meningkatkan perekonomian di daerahnya.

Industri pariwisata memiliki potensi yang cukup besar untuk meningkatkan perekonomian. Besarnya potensi bidang pariwisata dalam sektor perekonomian ini pernah disampaikan oleh David Scowsill, Presiden dan CEO world Travel & Tourism Council (WTTC).

Dalam siaran persnya ia menyampaikan bahwa pariwisata mampu menciptakan lapangan pekerjaan, menghasilkan ekspor, dan merangsang investasi. Di masa-masa pemulihan pasca krisis global saat ini, industry pariwisata berada dalam posisi unik untuk memperkuat pertumbuhan ekononomi.

Berbicara tentang pariwisata tentunya tidak bisa lepas dari kebudayaan daerah itu sendiri. Di Kepulauan Riau kita memiliki beragam potensi di bidang pariwisata yang jika dikelola dengan baik akan dapat menjadikan kebanggaan tersendiri bagi provinsi Kepulauan Riau. Seperti halnya yang tertera dalam kolom inspirasi Batam pos yang berjudul kelola wisata, bahwa wisata itu terbentuk dengan merujuk pada kekhasannya yang telah dikelola dengan baik.

Untuk itu pengelolaan industri pariwisata ini tentunya tidak boleh mengesampingkan nilai-nilai adat dan kebudayaan yang kita miliki sebagai bangsa melayu. Kebudayaan melayu merupakan kebudayaan yang begitu identik dengan norma-norma kesopanan. Sehingga jangan sampai demi mendapatkan sebuah keuntungan kita menjual nilai-nilai kebudayaan yang selama ini kita junjung.

Kepulauan Riau sendiri telah memiliki sebuah kawasan pariwisata terpadu di pulau bintan yang dikenal dengan sebutan lagoi. Di tengah derasnya arus globalisasi saat ini, bukan keanehan lagi jika terjadi benturan antara kebudayaan asing dengan kebudayaan daerah dalam pengembangan industri pariwisata.

Seperti yang terjadi saat ini, sebuah event internasional bernama Bikini Party Fashion akan diselenggarakan di lagoi. Event ini akan disiarkan langsung oleh sebuah stasiun TV Fashion internasional. Kehadiran event ini di tanah melayu tentunya membuat respon penolakan dari berbagai elemen masyarakat.

Event yang akan mempertontonkan kemolekan tubuh  persertanya yang dibalutkan dengan bikini putih ini dilihat dari kacamata adat maupun agama sudah sangat bertentangan. Namun mirisnya munculnya berbagai statemen dari para tokoh adat yang mendukung event ini pun kontan menyakiti masyarakat percaya kepada mereka untuk menjaga adat.

Penulis sebagai bagian dari masyarakat Kepulauan Riau yang sangat mencintai kebudayaan melayu dan menghormati para penyandang gelar adat sangat mengharapkan para penyandang gelar adat tidak diam saja atau bahkan secara terang-terangan mendukung tergelarnya Bikini Party Fashion di tanah melayu ini. Jika harapan ini terabaikan, maka pada siapa lagikah masyarakat Kepulauan Riau menyampaikan aduannya untuk menjaga nilai-nilai mulia budaya melayu?

Namun tak ada yang perlu dikhawatirkan, penulis yakin masyarakat melayu adalah masyarakat yang memiliki keyakinan dan keimanan yang kuat. Disaat para tokoh adat hanya diam, maka masyarakat melayu punya Allah SWT tempat mengadu agar nilai-nilai budaya melayu tetap terjaga. Dan biarlah Allah SWT nanti yang mempertanyakan tanggung jawab para tokoh adat yang notabene mendapat kepercayaan dari masyarakat untuk menjaga adat justru yang hanya diam saja ketika adatnya mulai ternodai.


   

*tulisan ini saya copas dari fb yang bersangkutan

No comments:

Post a Comment