Sunday 20 June 2010

Mengapa Harus Membina?

Membina. Satu kata sederhana namun cukup mengerikan dan sangat berat beban yang harus ditanggung. Namun dibalik itu menawarkan sebuah bonus yang sungguh luar biasa dan tak sebanding harganya dibanding langit dan bumi serta isinya. Mirip berjudi. Jika tak menang dan membawa uang yang banyak, bersiap – siap lah kalah dan rela bangkrut di meja judi tersebut.

Tapi siapa yang mau disamakan dengan penjudi yang tidak punya akal itu. Membina tidaklah sama dengan bermain judi. Anak negeri ini sangat membutuhkan pembinaan yang intensif dan dilakukan oleh orang – orang yang berkomitmen terhadap mereka. Begitu banyak permasalahan yang dihadapi oleh anak – anak di Indonesia tercinta yang kini bangsanya sendiri sudah mulai kehilangan jati dirinya.

Permasalahannya adalah siapakah yang bersedia jadi Pembina itu?

Banyak kader tarbiyah yang sudah dibina sekian lama, namun begitu diminta untuk membina suatu kelompok, banyak di antaranya yang menolak. Beragam alasan yang disampaikan oleh masing – masing individu untuk menyelamatkan diri dari tanggungjawab membina. Terkadang hal – hal yang seharusnya tidak layak dijadikan alasan, dipoles agar mudah diterima oleh penerima alasan.

Alasan terkuat dan paling banyak diajukan oleh mereka yang tidak siap membina ialah surah Ash Shaff 61 : 2 Yaa ayyuhalladzii na aamanuu lima takuuluu na maa laa taf’aluun. Wahai orang – orang yang beriman mengapa kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan??

Ayat ini benar – benar mengecutkan nyali para kader tarbiyah untuk membina. Merasa diri belum baik menegcilkan keberanian untuk memberikan kontribusi di jalan dakwah ( wah udah mulai nyebut kata dakwah nih ). Fenomena remaja dan pemuda yang sudah menjadi potret masa kini seharusnya mampu mengalahkan rasa takut dan menimbulkan semangat untuk memiliki binaan sebanyak mungkin.

Seorang ustadz yang sudah sering kali mengisi materi mengatakan bahwa salah satu motivasi beliau untuk memberanikan diri menjadi seorang mentor ialah pesan gurunya bahwa hakikat mengajar ialah belajar. Artinya dengan kita mengajarkan sesuatu kepada orang lain, kita juga sedang dalam proses belajar itu sendiri. Sehingga metode belajar yang baik itu ialah mengajarkannya pada orang lain ( bolak balik kata aja ).

Dalam membina sebuah kelompok, tentunya sebagai Pembina, akan tumbuh suatu motivasi untuk terus memperbaiki diri menjadi lebih baik dari yang sebelumnya. Bersemangat untuk terus meningkatkan ibadah dan hubungan dengan Sang Khalik.

Keuntungan membina lainnya ialah pahala besar yang dijanjikan oleh Allah, karena sabda Rasul bahwa seseorang yang mendapatkan hidayah Allah melalui kita adalah lebih baik dibanding langit dan bumi serta isinya. Menunjukkan yang benar dan orang yang kita tunjuki itu melakukannya, menambah amalah kita apalagi jika kemudian ia juga mengajarkannya pada orang lain. Sungguh besar manfaat ilmu yang kita dapatkan.
Membina juga merupakan salah satu cara untuk melepaskan tanggungjawab kita di hadapan Allah nantinya ketika ditanya di hari kiamat. Apa yang sudah kita lakukan untuk Islam selama kita diberi kesempatan hidup di dunia ini.

Betapa banyak keuntungan yang didapat dengan membina. Dan tentu saja hal ini juga tidak dapat dilepaskan dari niat dan keikhlasan kita sebagai Pembina untuk membina dengan tujuan untuk terus mendekatkan diri kepada Allah swt. Karena bagaimanapun hebatnya kita membina suatu kelompok, bila tak didasari dengan keikhlasan maka hasil yang didapat akan sia – sia. Wallahu’alam.

“ Allahumma rabbi rezkikan kepada kami keikhlasan dalam setiap perkataan dan perbuatan kami. “


Rumah Mama, 20 Juni 2010
Setelah pembekalan mentor
Selalu dalam rangka perbaikan diri pribadi dan memupuk semangat tuk terus mentoring

1 comment:

  1. membina itu banyak caranya dengan kata-kata dgn sikap dan contoh juga kita membina, posisi pembina ini agak tiggi kajiannya, mungin yg tepat teladan lah eeeh, afI klo salh

    ReplyDelete