Selamat hari guru.....!!!
Ah senangnya hari ini yang jadi guru. Pemerintah punya satu hari yang digunakan untuk memperingati hari guru. Membuat semua orang kembali mengenang dan mengingat akan pentingnya arti seorang guru.
Sebuah kutipan dalam film Ip Man : The Final Fight yang sangat saya suka dan ingat terus hingga saat ini.
Sulit menjadi guru yang baik, tapi lebih sulit lagi menjadi murid yang baik
Ini diucapkan oleh Guru Ip setelah salah seorang muridnya membuka sekolah tanpa meminta izin atau restu darinya. Tentu tindakan ini membuat hati guru Ip sedikit luka, tapi dia bukanlah guru pendendam.
Awalnya saya pengen nulis tentang guru favorit saya, tapi terlalu banyak xixixii apalagi karena SD saya pindah sampe empat kali. Duh jadi untuk guru favorit itu sungguh banyak. Semoga mereka hidupnya dirahmati Allah dan semua kebaikan yang saya lakukan juga berimbas ke mereka.
Kali ini saya mau cerita pengalaman yang ga mengenakkan dengan seorang guru ketika SMA dulu. Yaa kalo dipikir-pikir saya salah sih.
Beliau termasuk guru muda dan juga baru di sekolah itu, mengajar Geografi. Secara pribadi Geografi ketika itu adalah salah satu pelajaran favorit dari SD. Ketika masih duduk di sekolah dasar kami diminta untuk menghapal 5-10 nama negara beserta ibukotanya. Tapi saking sukanya saya menghapalkan nama seluruh negara dan ibukotanya di setiap benua yang dipelajari. I really love this subject.
Nah di kelas X SMA kami mempelajari tentang angin, awan dan proses hujan yang ketiganya sangat berkaitan. Awan nimbus nimbus begitu saya mengingatnya, mirip sapu Harry Potter ya.
Tibalah saatnya kami membahas tentang proses terjadinya hujan. Ah saya lupa detilnya. Namun saya ingat bahwa saya mengajukan pertanyaan kepada guru yang bersangkutan. Salahnya saya adalah tidak puas dengan jawaban yang diberikan sehingga saya terus menanyakan hal hal yang menurut saya tidak benar. Maksudnya menurut saya penjelasan guru tersebut tidak tepat.
Setelah berdebat beberapa waktu tiba-tiba saja guru tersebut menangis terisak isak. Ouchh... did I do something wrong again??
Tanpa berkata apa - apa beliau pun keluar kelas yang kemudian diikuti dengan sorakan teman-teman memberi selamat pada saya yang telah berhasil (kata teman saya) menjatuhkan guru tersebut. Saya cuma pelanga pelongo karena jujur jantung saya berdebar-debar dan badan saya panas dingin.
Beberapa hari setelah kejadian tersebut saya menyadari bahwa setiap pagi ada senior yang melongok ke kelas dan berbisik bisik begitu melihat saya sambil menunjuk nunjuk. Mereka kenapa?
Barulah saya tahu ternyata berita saya membuat guru tersebut menangis telah menyebar ke seluruh sekolah dengan tuduhan bahwa saya adalah murid sombong yang pengen pamer bahwa ia lebih pintar dari guru dengan memberi pertanyaan yang menjebak guru tersebut.
Ckckckck itukah yang beredar? Ternyata sang guru juga ikut bercerita di setiap kelas yang ia ajar setelah kejadian tersebut. Pantas saja setiap pagi ada orang-orang yang mencari, "Yang namanya Nurul yang mana?". Heww.....
Tak sampai di sana ternyata urusannya. Beberapa waktu kemudian saya dipanggil wali kelas dan ditanyai mengenai kejadian hari itu. Apa yang saya lakukan dan tujuan saya melakukan itu. Beliau menasehati saya untuk minta maaf. Apa?? Ketika itu saya bukan orang yang mudah untuk meminta maaf dan bertahan bahwa itu bukan salah saya.
Saya meyakini bahwa apa yang saya lakukan di kelas bukan sesuatu yang salah. Saya hanya bertanya mengenai pelajaran yang sedang kami pelajari. Mungkin saja saya dianggap sengaja bertanya begitu untuk menguji kemampuan dan pengetahuan guru yang bersangkutan, but saya masih kekeuh bahwa saya ga bersalah *keras kepala sekali dulu itu :D
Jadilah ujung-ujungnya saya dipanggil oleh guru BP. Duh!!! Dulu kalo udah dipanggil sama guru BP itu rasanya udah bikin pelanggaran berat banget. Ga pernah terbayangkan kalo suatu hari saya akan melakukan pertemuan khusus dengan guru BP cuma gara-gara saya nanyain soal proses hujan ke guru geografi.
Kembali saya ditanya tanya tentang apa yang terjadi dan kenapa saya melakukan hal tersebut. Sekali lagi, guru BP tersebut (yang sekarang sudah almarhumah) menyarankan saya untuk minta maaf pada guru yang bersangkutan. Huft.... baiklah kalo memang itu menyelesaikan masalah.
Saya pun mulai bertanya di mana guru tersebut tinggal dan sore harinya saya memberanikan diri untuk pergi ke rumahnya buat minta maaf. Oucchhh ketika itu hati kecil saya memekik bahwa saya tak harus melakukan ini.
Daaaan tiba di rumah guru tersebut sambil menangis saya menyampaikan permintaan maaf saya pada beliau. Seperti biasa, saya kembali dinasehati untuk tak lagi melakukan hal tersebut pada guru-guru lainnya. Saya pulang dengan langkah ringan karena masalah yang selama berhari-hari itu selesaai dengan sebuah permintaan maaf.
Jelang ujian kenaikan kelas, saya belajar keras untuk geografi. Saya ingin membuktikan bahwa saya bisa mendapatkan nilai yang tinggi untuk pelajaran ini. Saya tahu ada setitik kesombongan ketika itu di mana saya butuh pengakuan dari sekitar bahwa saya juga pintar.
Heheheh maklumlah saya sekolah di salah satu sekolah favorit dan elit. Karena bukan berasal dari keluarga berada maka saya harus menggunakan otak yang saya miliki agar bisa diterima dalam pergaulan sekolah. Xixixiii namanya juga abege, pengen pengakuan.
Ujian semester pun berlalu. Di masa class meeting saya kembali dipanggil oleh wali kelas dan guru BP. Loh kenapa lagi ini? Bukannya masalah saya udah selesai? Atau saya punya masalah baru? Apa? Apa nilai ujian saya melampaui sang juara sehingga saya dicurigai mencontek? Hahahha, dikeplak kepsek :D
Rupanya saya disuruh ujian ulang!!!!
Ou my God, ujian satu kali aja udah bikin stres ini malah ujian ulang. Emang nilai saya remedi?
Ternyata bukan. Kertas jawaban ulangan Geografi saya hilang. Raib.
Hah, dari semua siswa dan dari semua kertas-kertas ujian, cuma kertas ujian Geografi saya yang ga ditemukan. Woww, apa ini? Pikiran saya jadi berprasangka bahwa ini adalah sesuatu yang disengaja. Kayak balas dendam gitu kali ya dari guru kemarin xixixii
Tapi saya bukan jenis yang menyerah saja ditantang begitu. Ketika semua orang sibuk dengan kegiatan class meeting di luar, saya duduk di ruang guru, kembali mengerjakan soal ulangan Geografi. Pffftt.....
But saya yakin kali ini setidaknya nilai 80 berada di tangan saya. Saya yakin sekali bahwa saya telah menuliskan jawaban yang benar.
Ketika terima rapor saya cuma bisa ngurut dada xixixii... Nilai Geografi saya turun drastis tak mencapai angka 70. Benar-benar dikasih nilai batas minimal, standar KKM banget lah.
Yah mungkin guru yang bersangkutan tak terima dengan perlakuan yang saya berikan padanya. Mau gimana lagi, nilai kan hak prerogatif guru.
Untunglah hingga dua tahun terakhir saya bersekolah di sana, saya tak pernah lagi diajar oleh guru tersebut. Kalo tidak bisa terulang kejadian kemarin hehehhe
Well, jika saya pikir sekarang, apa yang saya lakukan memang salah. Sebagai guru mungkin seharusnya beliau bangga punya murid kayak saya hahha tuh kan sombong lagi. Mau bertanya dan ga malu berdiskusi di depan kelas.
Namun yang sangat saya sadari adalah sikap saya dalam berdiskusi. Saya sadari bahwa ketika itu saya ngotot dengan pemikiran saya dan menganggap bahwa si guru ini tak tahu apa apa atau bahkan tak paham dengan pelajarannya sendiri.
Sebagai murid saya tak bersikap sopan dan merasa lebih tahu. Saya tak menghargai beliau sebagai guru.
Ketika liqo berulang kali kami membahas tentang adab dalam menuntut ilmu. Dalam proses belajar dengan guru, adab adalah hal yang sangat utama. Mengapa? Karena di sanalah letak keberkahan ilmu.
Ilmu yang tak berkah tak akan menghasilkan apa apa kecuali kesombongan dari pemiliknya. Tak peduli sepintar apa pun kita, tanpa adab we are nothing.
Bukankah adab adalah alasan utama kenapa kedudukan manusia lebih tinggi dari makhluk lainnya?
Mari jadi murid yang beradab!
*Selamat Hari Guru
Campur aduk bgt yak mungkin perasaanny saat ITU, sdh minta maaf ttp sj dipersulit...tp jd kisah yg berharga kan...mg ilmunya skrng bisa mjd cahaya
ReplyDelete