Hmmmm lama ga update blog ini, apa kabar semuanyaaa....
Hampir dua bulan saya ga nyentuh kecuali dari hp, kurang puas sih kalo dari handphone.
Kali ini saya ingin mengabari bahwa kandungan saya tak bisa dipertahankan. Well, mungkin kami belum layak untuk dapat amanah besar itu.
Sabtu sore tanggal 20 September 2015 janin yang tak berkembang itu resmi keluar dari rahim saya. Sedih? Lebih tepatnya saya terkejut. Begini kronologis semua hal yang terjadi dalam waktu kurang dari satu minggu itu. Eitsss jangan bersedih ya bacanya, saya tetap ceria lohh....
Semingggu itu saya di rumah sepupu, Kak Adek, menemani dia dan anaknya karena bang Andri sang suami pindah kerja di Batam. Ga ada pekerjaan berat apa pun yang saya lakukan. Seharian hanya makan, tidur, nonton dan sesekali utak atik laptop.
Di hari selasa siang saya menemukan ada flek coklat muda di celana dalam. Deg, apa ini. Tak seperti biasanya karena selama hamil ini celana dalam saya bersih.
Begitu saya beritahu sepupu, sorenya saya sudah akan periksa ke dokter. Namun akhirnya saya batalkan karena membaca beberapa artikel. Memang di awal kehamilan biasanya akan ada flek yang menandakan penempelan janin ke dinding rahim. Leganya.... Saya ga jadi ke dokter.
Besok paginya saya kembali dikejutkan bahwa flek coklat muda itu sudah berubah menjadi bercak coklat kemerahan. Persis seperti awal dan akhir kalo kita haid. Pikiran saya sudah tak menentu. Tapi saya masih belum periksa ke dokter.
Sorenya saya pulang ke rumah. Melihat cucian yang belum dibilas saya pun segera membilasnya. Pekerjaan bilas membilas selesai jelang maghrib.
Dan saat akan sholat maghrib I found ada sebercak darah. Deg!! Ini udah ga main main. Meski cuma sedikit tapi karena sudah darah saya mulai khawatir tingkat tinggi.
Begitu sholat maghrib saya hanya bisa nangis tertahan takut ketahuan orang tua. Saat itu yang saya pikirkan hanya satu, bagaimana jika saya keguguran?
Saya tak sanggup menghadapi bang Rio. Ingat pesannya ketika saya ngotot pergi ke Batam, "Kalo terjadi apa apa, abang marah ya". Oh no, saya tak tahan harus menghadapi kemarahan yang begitu saya takuti seumur hidup. Terbayang ketika suatu hari kami tak berteguran. Ga enak, sesak.
Ingin sekali pergi ke dokter malam itu juga tapi entah apa yang membuat saya begitu berat. Selesai sholat saya putuskan untuk berbaring saja.
Jelang isya bercak darah semakin banyak. Badan saya bergetar dan dengan mata berkaca kaca minta diantarkan ke dokter. Saya sempat konsultasi dengan teman yang juga bidan, ia pun menyarankan untuk segera cek ke dokter.
Di tempat dokter ini pertama kalinya saya periksa dan di usg. Kemarin untuk memastikan kehamilan saya ke bidan. Rencananya nunggu bang Rio datang biar bisa sama sama lihat pas usg.
Rasanya emang kurang nyaman apalagi dokternya laki laki dan saya pikir berusia 40-an. Emang sih perawatnya perempuan, tetap aja kurang nyaman.
Mbak perawat itu kemudian minta saya untuk membuka bagian perut. Lalu dioleskan cairan yang terasa dingin. Setelah selesai, dokter mulai mengambil alat dan menggerakkannya di atas perut saya.
Saya tak mengerti gambar yang diperlihatkan di layar. Hanya saja penjelasan dokter membuat saya menganga. Dokter bilang untuk ukuran kehamilan yang sudah masuk usia 7 minggu janinnya saya tak berkembang. Karena itu ia kesulitan juga untuk menentukan posisi karena memang ia kecil sekali bahkan hampir ga terlihat.
Selanjutnya dokter menyarankan saya untuk bedrest selama dua minggu untuk melihat perkembangannya. Saya diberi tiga jenis obat. Dokter juga bicara panjang lebar lebih tepatnya memberi motivasi agar saya ga terlalu stres. Beliau menganalisa bisa jadi karena bibitnya kurang baik. Tapi ga apa apa ibarat tanaman coba kita rawat dulu, beri pupuk, mudah mudahan berkembang. Jika sebaliknya tak menunjukkan perkembangan yang berarti maka mengeluarkannya adalah pilihan yang baik agar kesehatan ibu juga tidak terganggu.
Jrenggg!!!!! Saya cuma bengong.... Speechless dan saat itu benar benar hanya ingin tidur.
Pulang ke rumah saya kabari bang Rio apa yang tadi dokter jelaskan. Meski saya ingin sekali untuk tidur tapi baru tengah malam bisa terlelap.
Sekitar jam 3.30 Wib dini hari perut saya sakit. Benar benar sakit. Rasanya seperti diputar - putar. Ketika pipis saya terkejut karena ada darah segar mengalir, kayak haid. Otomatis ada kecemasan.
Saya coba untuk tidur lagi agar ga banyak pikiran. Rupanya ga bisa. Sakitnya makin menjadi, perut saya diputar putar lagi, kali ini lebih dahsyat. Jika ditanya seperti apa rasanya mungkin yang bisa saya gambarkan adalah seperti sakitnya haid hari pertama dan kedua, tapi ini lebih sakit. Mau nungging takut sekali kehamilan saya berpengaruh. Akhirnya saya cuma bisa berbaring dan sesekali miring sembari memegang perut. Ya Allah, sakitnya, apa ini penempelan janin ke dinding rahim? Atau saya keguguran.
Di tengah rasa sakit itu saya kirim pesan ke bang Rio and MR saya. "Perut Iza sakit kali bang kayak diputar putar. Iza pasrah...."
Kondisi itu berlangsung sampe subuh jadi sekitar satu jam. Setelah sholat subuh sakitnya mulai berkurang tapi darah segar yang keluar makin banyak. Pembalut yang saya gunakan hampir penuh.
Hari itu adalah hari Jumat. Menjelang jam 11 saya diantar ke rumah sakit untuk usg lagi, sayang poli yang melayani sudah tutup dan baru buka lagi hari senin. Saya malah masuk ke UGD hahaha lucu juga rasanya berbaring di sana.
Karena penuh saya diminta untuk berbaring di sebuah ruangan. Tak lama kemudian saya 'diusir' perawatnya karena ternyata ruangan itu adalh ruangan penanganan untuk kecelakaan. Hiyyy ga kebayang kalo tiba tiba ada korban kecelakaan saat itu.
Zuhur saya pulang dan memutuskan untuk ke dokter praktek aja nanti malam. Hewww sesungguhnya agak berat juga karena semalam udah ke dokter. Biayanya ga nahaaan.
Malamnya saya ke dokter yang berbeda, rekomendasi dari sepupusepupu. Daan jrengggg!!! I felt comfortable. Dokter ini memang laki laki tapi karena sudah lumayan berumur jadi kayak bapak sendiri. Mana saya dipanggil dengan Zizah, bukan Nurul.
Nah saya pun menceritakan kalo semalam saya keluar darah. Oh ya waktu d rumah sakit tadi pagi dokter muda yang cantik itu menanyakan apakah dari darah yang keluar ada berupa gumpalan sebesar cicak. Yaa ga ada, semuanya persis darah haid. Ga ada gumpalan sebesar itu.
Hasil usg dokter malah bikin saya kaget. "Ooh, ini kantong rahimnya udah hancur. Tapi baru keluar darah aja kan ya? Coba tes lagi masih hamil atau engga". Gubrakk banget ini dokteeeer.
Saya patuh dan ngasih pipis saya ke perawat buat di test pack-in. "Hmmm ini masih hamil. Ya udah kita liat dua minggu lagi, mudah mudahan masih bertahan. Bed rest ya" kata dokter setelah garis dua nongol di test pack. Wow say nambah koleksi test pack nih.
Dengan agak gontai tapi masih santai saya keluar kamar periksa. Sebenarnya ketika itu saya udah rela aja kalo memang harus keguguran. Cuma yang terus terusan dipikiran saya adalah soal kuret!!!!!
Apakah saya harus kuret?????!!! NO!!!!!!
Malang tak dapat ditolak, sesuatu tak dapat diraih. Sabtu, 20 September 2015 jam 17.00 wib saya resmi keguguran.
Sore itu saya mau buang air kecil. Seharian masih keluar darah walopun sedikit. Siangnya saya melihat ada gumpalan gumpalan kecil. Ini kah??? Ketika mau cebok saya terkejut karena tangan saya menyentuh sesuatu yang licin, kenyal dan besar. Allahu akbar!!!!! Apa ini?
Begitu saya berdiri, di situlah ia berada. Di lantai yang dingin itu. Gumpalan yang dikatakan oleh dokter cantik di rumah sakit semalam. Sejenak saya terkejut karena tak menyangka akan secepat ini.
Ada berbagai macam rasa di hati saya kala itu. Rasa lega, sedih, senang, takut, bersalah dan lainnya. Entah mana yang mendominasi.
Saya khawatir ada yang salah dengan yang saya rasakan. Rasa yang tak seharusnya ada ketika seorang perempuan keguguran.
Bagaimanapun juga ada kelegaan yang menyertai. Kelegaan karena ada kemungkinan besar saya tak perlu dikuret karena janinnya jatuh sendiri. Hal yang saya takutkan setelah pulang periksa dengan dokter yang pertama.
Saya kabari bang Rio tentang keguguran saya. Ada rasa bersalah yang amat dalam yang saya rasakan. Rasa ketidakmampuan saya sebagai perempuan untuk menjaga anak kami. Meski bang Rio menanggapinya santai tapi tetap air mata yang keluar tak bisa saya bendung. Saya pikir saya ga akan melupakan ini seumur hidup.
Mungkin ini cara Allah menguji kami, khususnya saya. Amanah anak itu hanya diberikan sebentar untuk menegur saya sebenarnya.
Bila ditanya apakah sya siap untuk jadi ibu, jujur saya belum siap. Bahkan sebelum menikah saya pernah bilang punya keinginan untuk hamil setelah beberapa bulan usia pernikahan.
Ya, Allah menjawabnya. Kini terhitung Oktober hingga Desember nanti saya belum diperbolehkan dokter untuk hamil. Peristiwa keguguran ini memberitahu saya bahwa ready or not, saya harus siap menjadi orang tua, melahirkan anak anak dan mendidik mereka.
Alhamdulillah and now I'm ready to pregnant again dan melahirkan generasi penerus risalah para Nabi. Insya Allah....
hmm... sejujurnya saya jadi ikutan speechless...
ReplyDeletedan karena saya bukan orang yang seberapa pinter menghibur (maafkan sayaaa) jadi... saya ikut bersyukur karena saat ini semua sudah baik-baik saja :)
Allah pasti punya rencana yang baik,
semoga kedepan tetap sehat ya :)
sy kirim doa dari Malang :D
makasih siennraaaa, sebenarnya saya juga begitu, tak bisa menghibur. Tapi alhamdulillah semua baik baik saja... setelah keguguran saya udah perlu bed rest bisa beraktiviras seperti biasa
ReplyDeletelove you from Tanjungpinang XD
Kak jadi akhirnya kuret atau bersih dgn sendirinya rahimnya?
ReplyDeleteKak jadi akhirnya kuret atau bersih dgn sendirinya rahimnya?
ReplyDeletealhamdulillah ga diuret, cuma dikasih obat aja untuk bersihin rahim karena janinny juga udah jatuh sendiri, pas cek lagi alhadulillah rahim bersih
Delete