Wednesday, 27 May 2015

Tanjungpinang dan Mati Lampu



Aku ingin memulai tulisan ini dengan kalimat, "Alawww, ini udah tahun berapa? Kita masih krisis listrik?" 

Soal krisis listrik di Tanjungpinang emang bukan hal yang baru. Dari tahun ke tahun kami dihadapkan dengan masalah yang sama. Aku ingat membuat sebuah tulisan penghibur ketika mati lampu, yah daripada ngumpat engga jelas di sosmed. Berusaha menghindari untuk ngumpat PLN di facebook atau twitter sih. Lebih agak woless aja kalo mati lampu. 


Tapi lama kelamaan ini emang ga boleh dibiarin. Tulisan itu aku buat bulan Mei 2014 lalu, dan sekarang udah Mei 2015. Nah, artinya tindakan mematikan listrik secara bergilir dilakukan PLN Tanjungpinang hampir setiap tahun. Di tahun 2009, aku juga membuat tulisan yang menggambarkan krisis listrik di Batam dan Tanjungpinang. Well, masih abal-abal sih tulisannya, tapi di arsip menunjukkan bulan Juni. 

Artinya PLN punya tradisi untuk matiin listrik tepat beberapa bulan sebelum Ramadhan. 

Beruntung di Batam sekarang sudah engga begitu krisis lagi. Aku ingat beberapa tahun lalu di twitter, temen-teman Batam pada maki-maki sambil mensyen @bright_PLNBatam. Sumpah serapah udah pasti. Kemudian sepertinya PLN nya mulai berbenah dan mengatasi krisis listrik yang ada di sana. 

Ya iyalah, Batam itu salah satu kota industri besar di Indonesia. Engga lucu kalo kota ini harus punya masalah krisis listrik. Krisis listrik bikin investor kapok dan sekarang pada kabur ke negara lain kayak Myanmar. Well, iklim investasi di Batam rada mendung gitu. Mungkin listrik salah satu hal yang menjadi penyebab, selain sistem yang ada di sana juga, terutama masalah perizinan (ah, sok tahu banget lah aku dengan yang begituan). 

Masalah pemadaman listrik bergilir emang bukan cuma Tanjungpinang yang pernah ngalamin. Inget berita tentang pemadaman bergilir di Sumut dan Tangerang ya kalo ga salah. Itu kota besar kan. Tanjungpinang emang engga segede itu, tapi tetep aja ini ibukota provinsi yang harusnya punya pelayanan yang lebih dibanding kota/kabupaten lainnya. 

Engga bermaksud rasis sih, tapi sebagai ibukota provinsi ada banyak urusan daerah yang harus diselesaikan di kota ini. Berhubung di Tanjungpinang punya dua pusat pemerintahan, yaitu untuk Kota Tanjungpinang yang berpusat di Senggarang dan Provinsi Kepri di Dompak. So, masalah listrik adalah hal yang krusial. 



Beberapa hari yang lalu ada gerakan people power orang Tanjungpinang di Kantor PLN Tanjungpinang di Bakar Batu. Dalam tiga bulan terakhir, udah didemo dua kali, yang terakhir ini kabarnya ricuh. Tapi tetap aja engga ada perubahan. Malah ketika aku menulis ini, kami dapat jatah mati lampu hampir tiga kali dalam sehari. 

Pemadaman listrik bukan tanpa akibat. Sebagaimana air dan juga bahan bakar minyak, listrik mempengaruhi seluruh aspek kehidupan. Di era ini, seluruhnya membutuhkan listrik. Di lingkup rumah tangga sudah banyak status para emak di sosial media yang mengeluhkan tentang beberapa barang elektroniknya yang rusak. Tetanggaku harus merelakan mesin cucinya rusak, padahal ia ibu dengan tiga orang anak yang masih kecil. Ou, bisa dibayangkan repotnya tanpa mesin cuci. 

Semuanya merasakan akibat listrik ini. Dari pedagang besar sampai penjual es kecil-kecilan di depan sekolah. Ada pedagang yang mengeluhkan sulitnya untuk mendapatkan es batu karena kulkas hanya bisa hidup beberapa jam. Tentu es yang dikeraskan juga membutuhkan proses yang lama. 

Pabrik dan perkantoran pun harus mengeluarkan biaya tambahan untuk membeli minyak buat mesin genset. Hewww, hampir aja GM PLN Tanjungpinang ditabok (dipukul) gara-gara nawarin genset kepada mahasiswa proses perkuliahan di malam hari tidak terganggu. Wowww, tak seorang pun yang butuh itu. 

Bukan ingin mengeluh, tapi ini adalah hajat hidup orang banyak. 

Aku ga tahu di mana posisi pemerintah dalam menyelesaikan masalah ini. Lucu rasanya ketika mendengar bahwa Walikota Tanjungpinang mendukung dan juga ikut hadir dalam demo besar-besaran beberapa hari lalu. Harusnya sebagai orang yang dipilih untuk menyelesaikan masalah di kota ini beliau menyelesaikannya dengan langsung menemui pimpinan PLN dan membuat kesepakatan seperti yang kutonton di tivi-tivi *korban drama. Bukannya malah mengajak masyarakat untuk menyelesaikan masalah dengan cara demo. Hewww.... ga ngerti deh

Yah, sebagai masyarakat biasa aku pun ga ngerti mau gimana lagi dengan PLN ini. Solusi apa yang haus diambil? Nambah mesin? Nambah biaya perawatan mesin? Atau yang gimana? 

Tanjungpinang hari ini emang ga sama dengan Tanjungpinang 10 tahun lalu yang sepiiiiiiii. Jalan kecil, perumahan dikit. Saking sepinya nyebrang jalan raya sambil merem juga engga bakal kena tabrak. But now, udah terjadi ledakan penduduk (ceileh), perumahan makin banyak. Tentu pasokan listrik yang dibutuhkan pun makin besar. PLN sama pemerintah dong mikir buat ngatasinnya. Kalo engga sanggup ya batasi pembangunan (eh, emang boleh begitu? hehhee)

Ya udahlah, doain aja kami sabar menghadapi pemadaman bergilir ini yang terjadi hampir 12 jam per hari. Katanya sih berakhir bulan Juni ini. Kalo masih mati juga yaaa emang PLN ditakdirkan jadi pembohong sepanjang sejarah, ngalah-ngalahin Jokowi. Hewwww

2 comments:

  1. Heww...masalah Listrik ini memang terjadi dimana-mana, sampai muncul banyak candaan bahwa PLN itu singkatan dari Perusahaan Lilin Negara, beberapa bulan lalu, Sulawesi Tenggara kena juga pemadaman bergilir sekitar 12 jam per hari, waktu itu karna ada mesin yang terbakar, terbakarnya sih 1, cuma merembet ke beberapa mesin lain...

    Yah, mau gimana lagi kalau kondisinya begitu, memang harus bersabar. Semoga masalahnya lebih cepat selesai dari yang dijanjikan :)

    ReplyDelete
  2. iya mak irly, engga cuma tanjungpinang sih yang punya masalah beginian... tapi warga sini diuji nya hampir tiap tahun n selalu nya jelang ramadhan. kalo udah puasa biasanya udah normal lagi. yaah gitu deh mudah2an tahun depan krisis listrik udah teratasi.. makasih ya maaak udah berkunjung :))

    ReplyDelete