Alhamdulillah beberapa minggu yang lalu kami termasuk dalam ketegori orang-orang yang beruntung bersama beberapa orang lainnya. Kenapa? Silahkan tanya Galileo XD
Ini adalah rangkuman taujih istimewa dari ustadz dalam pertemuan mentor beberapa minggu lalu. Meski yang datang cuma sedikit engga apa-apa. Aku berasa lagi ikut liqo bareng ustadz ahahha biasa bareng ustadzah kan ya. Tentu yang ini sensasinya beda! Semangat yang ditularin juga beda!
Well, so far I always ask about "how to make it different between mentoring and halaqoh?". Is it about length of the meeting? Or something about the schedule? Or anything?
Nah, pak ustadz menjawab --> perubahan suatu bangsa adalah tentang peningkatan keimanan. Oke stop, I got the point! PERUBAHAN = PENINGKATAN KEIMANAN
That's it! Artinya ketika ingin melihat apakah para mentee telah naik kelas adalah dari segi keimanan mereka. Iman berarti diyakini dalam hati, diucapkan dengan lisan dan ditunjukkan dengan perbuatan. So, lihatlah perubahan yang ada pada diri mentee. Baik secara fisik, pemikiran dan juga tingkah lakunya *siap-siap ngestalk mentee dan diri sendiri
Sedikit berkaca pada proses dakwah Rasulullah SAW di Mekkah selama 13 tahun. Yang beliau lakukan di sana adalah penanaman nilai-nilai akidah akhlak untuk membentuk para pengikutnya agar memiliki pribadi yang baik. Ingat dunk gimana pembinaan pertama kali Rasulullah SAW lakukan kepada para sahabat di rumah Arqom bin Arqom.
Secara pribadi kadang ketika terbentur suatu masalah di lapangan, aku suka lupa untuk mencari solusinya dalam sirah. Bingung dengan perkembangan mentee yang begitu-begitu saja, toh sebenarnya telah tertera jelas dalam sirah nabawiyah segala solusi. Yaa kadang kita aja yang malas baca. Jadinya malah kayak orang bingung *puk puk
Balik lagi, dalam pembinaan para tunas bangsa itu tujuan kita apa sih? Inget, bukan supaya mereka jadi pengikut kita, tapi gimana mereka bisa ngikut Rosul. Aku mesti ingetin diri sendiri untuk selalu lurusin niat setiap kali berurusan dengan hal beginian. Salah niat malah kepleset ke tempat yang mengerikan. Engga banget kan *_*
Kata ustadz, "Kita bukan sedang menanam jasa pada mereka, akhi. Kita ini sebenarnya sedang membantu mereka untuk bangkit bersama Islam"
*duh seneng banget disebut akhi, berasa lebih gimana gitu :D :D :D
Kalo dipikir-pikir lagi kerjaan mentor ya begitu kan. Awalnya kita berpikir ini sebagai ladang amal, terutama amal jariyah. Gimana engga, kalo itu mentee jadi baik karena ditaujih tiap minggu melalui kita, pahalanya bakalan ngalir terus kan ya. Insya Allah
Nah kerjaan mentor bukan cuma pengen nyari ladang amal. Kalo ga salah sih ini pepatah Arab, manusia itu akan setia pada yang melayaninya atau dalam bahasa Bu Jiah manusia itu tergantung siapa yang melayani. Yaaa jadi 'pelayan'.... Pelayan yang bantuin para mentee untuk bangkit rasa keislamannya. Pelayan yang membantu para mentee untuk bangga dengan keislamannya. Yang kemudian akan jadiin Islam sebagai prinsip dan juga gaya hidup mereka.
Selanjutnya let's talk about points should be owned oleh sebuah lembaga pembinaan (tarbiyah) :
1. Keyakinan bahwa tarbiyah adalah satu-satunya sarana untuk merubah masyarakat, merealisasikan cita-cita dan satu-satunya wadah untuk membentuk kader-kader tangguh.
Hmmmm sempet sih aku tiba-tiba jadi ragu, kok gitu banget sih. Mana pake kata satu-satunya lagi (tiba-tiba nge-Ari Lasso). Tapi ya konsekuensi jalan perjuangan yang begitu, mesti yakin dulu dengan senjata yang kita punya. Emang sih banyak senjata lainnya, tapi kita punya target dan sasaran. Setelah menimbang maka senjata yang kita butuhkan adalah tarbiyah. Proses tarbiyah inilah satu-satunya jalan yang bisa kita pake untuk merealisasikan cita-cita.
Apa sih cita-cita kita? Hidup mulia atau mati syahid? Atau untuk menegakkan agama Allah di muka bumi. Engga ada jalan lain, kecuali dengan tarbiyah. Emang sih banyak jalan menuju Roma, tapi tarbiyah kan bukan Roma hehehe *ngeless aja sih.
Karena itulah, untuk bisa merealisasikan cita-cita tersebut, sebuah lembaga pembinaan mesti yakin bahwa tarbiyah adalah cara yang tepat, efektif, kreatif dan penuh inovasi. Juga amat sangat meyakini kalo untuk membentuk kader-kader tangguh ya melalui proses tarbiyah. Kalo masih engga yakin? Ngebakso yuuuuk :D
2. Memiliki manhaj, target dan langkah-langkah yang jelas. Untuk itu secara akal, ruh dan jasad harus kuat untuk menjalankan seluruh kegiatan dalam proses tarbiyah tersebut. Ga lucu kalo lembaga pembinaan punya ustadz yang kuecenya minta ampun, tapi bengek karena ngisi mabit semalaman hehehe
3. Membangun basis kerja dalam jamaah dan punya tekad untuk menghidupkan Islam dalam kehidupannya. Nah, ada nih sebagian orang yang punya pandangan, yang penting menjalankan nilai-nilai Islam, hidup berjamaah bukan sesuatu yang penting.
Idih, yang begini mesti dikasih tahu bahwa yang namanya beramal jama'i itu wajib, buka aja QS Ali Imran ayat 103. Allah SWT udah ngasih isyarat supaya kita ini berpegang teguh pada tali Allah and jangan bercerai berai.
Karena itu bekerja dalam jamaah adalah sebuah keutamaan untuk mencapai tujuan Islam. Mau memperbaiki masyarakat ga bisa sendiri. Single fighter jadi ustadz kondang ngisi ceramah di mana-mana atau jadi teladan di masyarakat dengan modal baca buku. Bung, untuk perbaiki diri sendiri aja kita butuh orang lain, apalagi ini mau memperbaiki masyarakat, terutama generasi mudanya. So, berjamaahlah!
4. Punya pembina-pembina yang mushlih dan ikhlas. Yopss kali ini kita namai dengan mentor atau murobbi. So, syarat buat jadi mentor atau murobbi itu cukup dua, mushlih dan ikhlas. Mushlih yaitu berusaha untuk menjadi sholeh dan mensholehkan orang lain. Ikhlas adalah melakukan proses pembinaan itu semata-mata hanya karena Allah SWT.
Murobbi yang dimaksud di sini bukan mereka yang lulusan master dari universitas ternama, tapi mereka yang punya semangat keimanan yang tinggi. Jiwanya jernih dan punya keinginan yang teguh, kemauan yang tak terpatahkan, punya hati/perasaan yang luas, dan punya kemampuan untuk mempengaruhi orang lain.
Waah....
Inget ya cerita tentang seorang murobbi yang diundang buat ngisi di Puncak, Bogor. Lupa lupa ingat sih. Tapi ketika itu beliau saking engga mau ngerepotin binaannya, rela euy untuk jalan kaki bolak balik Bogor-Jakarta CUMA BUAT NGISI. Masya Allah, kekuatan apa yang dimiliki beliau kecuali keinginan yang teguh dan kemauan yang tak terpatahkan yang semuanya itu berasal dari semangat keimanan yang tinggi.
Emang sih kalo kita pikir-pikir, kenapa beliau engga minta binaannya untuk jemput. Ouu beliau engga mau ngerepotin.
Aku ingat salah seorang ustadz di Kepri ketika itu cerita. Beliau dapat undangan untuk ngisi di pulau. Setelah sampai di sana barulah beliau menyadari kalo uanganya cuma cukup untuk ongkos kapal buat pulang. Sama sekali engga ada sisa buat makan. Tapi agar tuan rumah tidak repot dan ia pun harus menjaga izzah-nya untuk tidak meminta-minta, maka menjelang kapal di hari berikutnya datang (fyi, kalo di pulau-pulau, keberangkatan kapal hanya sekali dalam sehari) ia hanya minum air keran.
Menjadi murobbi yang ikhlas juga tidak mudah. Dibutuhkan hati yang luas. Hati yang tak gampang merajuk saat tindakan binaan tak sesuai aturan atau menyakiti perasaan murobbi. Butuh hati yang luas untuk menerima segala kekurangan dan kelebihan yang dimiliki binaan yang barangkali melampaui murobbinya sendiri.
Jadi MR mesti pandai-pandai dalam bersikap, terutama ketika berhadapan dengan binaan. Kadang di lapangan banyak kita temui, ada murobbi yang galak pada anaknya sendiri namun begitu lembut pada binaannya. Ya, karena murobbi adalah pelayan.
Murobbi bukan penanam jasa, tapi ia adalah pembantu, pelayan yang melayani para binaan untuk mau bangkit bersama Islam.
Murobbi adalah kita.
Sekian semoga bermanfaat, mohon maaf jika ada kata yang tak berkenan :)
Karena itulah, untuk bisa merealisasikan cita-cita tersebut, sebuah lembaga pembinaan mesti yakin bahwa tarbiyah adalah cara yang tepat, efektif, kreatif dan penuh inovasi. Juga amat sangat meyakini kalo untuk membentuk kader-kader tangguh ya melalui proses tarbiyah. Kalo masih engga yakin? Ngebakso yuuuuk :D
2. Memiliki manhaj, target dan langkah-langkah yang jelas. Untuk itu secara akal, ruh dan jasad harus kuat untuk menjalankan seluruh kegiatan dalam proses tarbiyah tersebut. Ga lucu kalo lembaga pembinaan punya ustadz yang kuecenya minta ampun, tapi bengek karena ngisi mabit semalaman hehehe
3. Membangun basis kerja dalam jamaah dan punya tekad untuk menghidupkan Islam dalam kehidupannya. Nah, ada nih sebagian orang yang punya pandangan, yang penting menjalankan nilai-nilai Islam, hidup berjamaah bukan sesuatu yang penting.
Idih, yang begini mesti dikasih tahu bahwa yang namanya beramal jama'i itu wajib, buka aja QS Ali Imran ayat 103. Allah SWT udah ngasih isyarat supaya kita ini berpegang teguh pada tali Allah and jangan bercerai berai.
Karena itu bekerja dalam jamaah adalah sebuah keutamaan untuk mencapai tujuan Islam. Mau memperbaiki masyarakat ga bisa sendiri. Single fighter jadi ustadz kondang ngisi ceramah di mana-mana atau jadi teladan di masyarakat dengan modal baca buku. Bung, untuk perbaiki diri sendiri aja kita butuh orang lain, apalagi ini mau memperbaiki masyarakat, terutama generasi mudanya. So, berjamaahlah!
4. Punya pembina-pembina yang mushlih dan ikhlas. Yopss kali ini kita namai dengan mentor atau murobbi. So, syarat buat jadi mentor atau murobbi itu cukup dua, mushlih dan ikhlas. Mushlih yaitu berusaha untuk menjadi sholeh dan mensholehkan orang lain. Ikhlas adalah melakukan proses pembinaan itu semata-mata hanya karena Allah SWT.
Murobbi yang dimaksud di sini bukan mereka yang lulusan master dari universitas ternama, tapi mereka yang punya semangat keimanan yang tinggi. Jiwanya jernih dan punya keinginan yang teguh, kemauan yang tak terpatahkan, punya hati/perasaan yang luas, dan punya kemampuan untuk mempengaruhi orang lain.
Waah....
Inget ya cerita tentang seorang murobbi yang diundang buat ngisi di Puncak, Bogor. Lupa lupa ingat sih. Tapi ketika itu beliau saking engga mau ngerepotin binaannya, rela euy untuk jalan kaki bolak balik Bogor-Jakarta CUMA BUAT NGISI. Masya Allah, kekuatan apa yang dimiliki beliau kecuali keinginan yang teguh dan kemauan yang tak terpatahkan yang semuanya itu berasal dari semangat keimanan yang tinggi.
Emang sih kalo kita pikir-pikir, kenapa beliau engga minta binaannya untuk jemput. Ouu beliau engga mau ngerepotin.
Aku ingat salah seorang ustadz di Kepri ketika itu cerita. Beliau dapat undangan untuk ngisi di pulau. Setelah sampai di sana barulah beliau menyadari kalo uanganya cuma cukup untuk ongkos kapal buat pulang. Sama sekali engga ada sisa buat makan. Tapi agar tuan rumah tidak repot dan ia pun harus menjaga izzah-nya untuk tidak meminta-minta, maka menjelang kapal di hari berikutnya datang (fyi, kalo di pulau-pulau, keberangkatan kapal hanya sekali dalam sehari) ia hanya minum air keran.
Menjadi murobbi yang ikhlas juga tidak mudah. Dibutuhkan hati yang luas. Hati yang tak gampang merajuk saat tindakan binaan tak sesuai aturan atau menyakiti perasaan murobbi. Butuh hati yang luas untuk menerima segala kekurangan dan kelebihan yang dimiliki binaan yang barangkali melampaui murobbinya sendiri.
Jadi MR mesti pandai-pandai dalam bersikap, terutama ketika berhadapan dengan binaan. Kadang di lapangan banyak kita temui, ada murobbi yang galak pada anaknya sendiri namun begitu lembut pada binaannya. Ya, karena murobbi adalah pelayan.
Murobbi bukan penanam jasa, tapi ia adalah pembantu, pelayan yang melayani para binaan untuk mau bangkit bersama Islam.
Murobbi adalah kita.
Sekian semoga bermanfaat, mohon maaf jika ada kata yang tak berkenan :)
No comments:
Post a Comment