Mahasiswa
merupakan bagian dari pemuda yang berfungsi sebagai agen perubahan. Dalam
kedudukannya dengan pemerintah, mahasiswa bisa diposisikan sama rata namun
berbeda dalam peran. Jika peran pemerintah adalah melaksanakan pembangunan demi
mewujudkan kesejahteraan masyarakat, maka mahasiswa harus mengambil peran
sebagai kekuatan penyeimbang yang mengawasi kinerja pemerintah. Mengawal kebijakan
pemerintah yang tidak pro rakyat harus menjadi agenda besar mahasiswa sebagai
agen perubahan.
Beberapa
waktu lalu, masyarakat mungkin merasa resah atas aksi yang dilakukan oleh
mahasiswa yang tergabung dalam aliansi BEM se Kepri. Aksi ini dilakukan dengan
tujuan untuk memboikot kegiatan Temu BEM Nusantara ke V yang diselenggarakan di
Asrama Haji. Penulis meyakini akan opini yang terbentuk di benak masyarakat
terkait aksi tersebut. Seharusnya mahasiswa bersatu untuk membela kepentingan
rakyat, menyuarakan kepada pemerintah untuk mendahulukan kepentingan rakyat di
atas kepentingan kelompok. Bukannya terlibat dalam aksi yang mengakibatkan terbentuknya
dua kubu mahasiswa. Jika sudah begini, maka kepentingan masyarakat menjadi
terabaikan.
Lalu
sebenarnya apa yang terjadi ketika itu? Apa yang menyebabkan adanya dua kubu
kekuatan mahasiswa di mana yang satu berusaha untuk menyelenggarakan pertemuan
BEM se Indonesia, dan yang lainnya menyatakan penolakan atas kegiatan tersebut.
Melalui tulisan ini, penulis ingin menyampaikan kepada masyarakat beberapa
alasan terkait dengan pemberitaan di media mengenai pertemuan BEM Nusantara ke
V beberapa waktu lalu.
Pertama,
legalitas kegiatan tersebut. Kedua,
tidak adanya koordinasi antara pencetus kegiatan dengan BEM se Kepri selaku
tuan rumah. Ketiga, sebagian besar
pihak penyelenggara yang bukan anggota
BEM, bahkan ada yang bukan mahasiswa. Keempat, adanya indikasi kepentingan politik di dalamnya. Dan
kelima, jumlah anggaran yang digunakan yang sangat besar.
Kegiatan
tersebut dinilai tidak sah secara hukum karena sebelum pertemuan diadakan,
pihak penyelenggara kegiatan menggunakan tanda tangan beberapa ketua Badan
Eksekutif Mahasiswa yang ada di Universitas Maritim Raja Ali Haji tanpa izin
terlebih dahulu. Artinya, yang bersangkutan tidak mengetahui hal tersebut. Hal ini
sudah menjadi pelanggaran berupa pemalsuan tanda tangan seseorang. Ditambah
lagi, dari pihak penyelenggara tidak berkoordinasi dengan BEM se Kepri bahwa
akan diadakan pertemuan BEM se Nusantara. Dalam hal ini BEM hanya diberitahu
beberapa hari sebelum kegiatan diadakan.
Ketika
aksi dilakukan, pihak penyelenggara menjelaskan di hadapan peserta dan peserta
aksi bagaimana mereka bolak balik ke Jakarta untuk mensukseskan acara ini.
Namun ternyata mereka mengatasnamakan diri di Jakarta sebagai utusan dari BEM
Universitas Maritim Raja Ali Haji. Padahal seperti yang kita ketahui, di UMRAH
belum terbentuk BEM Universitas, yang ada hanya BEM Fakultas. Dari awal panitia
sudah menggunakan cara – cara tidak benar untuk melaksanakan kegiatan ini. Lalu
pertanyaannya mengapa?
Adanya
indikasi kepentingan politik tertentu mewarnai pertemuan ini. Dikabarkan bahwa
salah satu anggota Dewan Perwakilan Daerah menjadi pendukung dana untuk
menyelenggarakan kegiatan ini. Ada pula isu yang berkembang bahwa ini adalah
salah satu langkah untuk mengumpulkan mahasiswa se nusantara dalam rangka
mendukung salah satu calon yang akan maju pada pemilihan presiden 2014
mendatang. Tentu saja ini tidak boleh terjadi karena mahasiswa bukanlah alat
yang bisa digunakan untuk mewujudkan keinginan politik seseorang untuk
mendapatkan jabatan tertentu.
Terkait
masalah dana, kegiatan ini menghabiskan anggaran yang berasal dari APBN dan
APBD yang dikisar berjumlah hingga 4 miliar rupiah. Angka yang dahsyat dengan
kondisi masyarakat hari ini. Miris jika melihat mahasiswa menghabiskan anggaran
dengan jumlah besar hanya untuk kegiatan yang tidak jelas tujuannya. Sementara
dana sebesar itu bisa digunakan untuk pendidikan dan kesejahteraan rakyat. Meskipun
pihak penyelenggara mengakui menggunakan dana senilai 60 juta rupiah dari
Dikti, tetap saja ini merupakan penyimpangan penggunaan anggaran.
Pertemuan
ini bertujuan untuk mempertemukan seluruh Badan Eksekutif Mahasiswa yang ada di
Indonesia untuk menyelesaikan permasalahan bangsa melalui rumusan masalah dan
rekomendasi yang berasal dari peserta. Lalu, sejauh manakah permasalahan bangsa
akan terselesaikan melalui pertemuan ini? Penulis berkeyakinan bahwa untuk
menyelesaikan permasalahan bangsa yang sangat rumit ini, tidak perlu diadakan
pertemuan yang menghabiskan begitu banyak dana untuk hasil yang tidak pasti dan
tidak jelas.
Mahasiswa seharusnya bertindak dan mengawal
pemerintahan yang ada di daerahnya masing – masing. Perubahan nasional hanya
bisa terealisasi jika mahasiswa masing – masing daerah bergerak serentak untuk
mengawal kebijakan pemerintah yang tidak pro rakyat. Dan gerakan yang akan
menghasilkan efek domino ini akan mampu membawa perubahan secara nasional.
Namun
demikian, pertemuan ini hanyalah kegiatan seremonial yang dilakukan mahasiswa.
Tak jauh beda dengan apa yang dilakukan oleh pemerintah. Dari pertemuan ini,
hal yang paling banyak dibahas adalah penentuan tuan rumah Temu BEM Nusantara
berikutnya. Sudah barang tentu ini amat melukai hati masyarakat. Bagaimana
tidak, anggaran sebesar itu digunakan hanya untuk membahas pertemuan berikutnya
tanpa sedikit pun membicarakan kepentingan rakyat.
Untuk
itulah, penulis berharap ke depannya pertemuan seperti ini tidak lagi diadakan
karena sangat lebih banyak mudharat yang ditimbulkan dibandingkan manfaatnya.
Oknum – oknum yang mengatasnamakan dirinya sebagai Badan Eksekutif Mahasiswa juga
harus ditindaklanjuti dan dimintai pertanggungjawabannya terkait dengan penyelenggaraan
pertemuan tersebut, khususnya terhadap penipuan yang telah dilakukan.
Marilah
kita mengambil hikmah dari kepengelolaan kegiatan yang kurang professional ini
untuk bersama bergerak satu tujuan dan kita harus bersama-sama membangun
gerakan yang beretika dan mengedepankan azas kebersamaan serta saling curiga. Semoga
mahasiswa yang ada di Indonesia, khususnya Kepulauan Riau dapat bergerak
bersama dalam kebaikan masyarakat secara utuh.
No comments:
Post a Comment