Thursday, 29 August 2013
Orientation Period
Some people asked me about the things they had to bring for the orientation time in university. What a very important thing for them. Nevermind, I had been on their position long ago. Become uneasy when we had not find one or two things. Sometimes it just a simple thing like noodle or eggs and so on.
This is what I wanna say to the new students this year. Don’t be afraid! Tomorrow, when you don’t bring what your seniors ask, they will not give you death punishment. They only ask you to run around the field or stand up in front of the others. Don’t be afraid. Take the positive.
Running will sweat you, that makes you healthy. Stand up in front of other students just make you more popular than the others. Isn’t it fun??? Being popular is so lucky!!
So, what are you afraid of?? *fear the God
Thursday, 22 August 2013
Benarkah Kita Kader Dakwah?
BENARKAH KITA KADER DAKWAH?
Oleh: Cahyadi Takariawan
***
Benarkah kita kader dakwah? Kader dakwah itu memiliki kepahaman yang utuh. Paham akan falsafah dasar perjuangan, paham akan nilai-nilai yang diperjuangkan, paham akan cita-cita yang hendak dicapai, paham akan jalan yang harus dilalui. Kader dakwah memiliki pemahaman yang komprehensif. Paham akan tahapan-tahapan untuk merealisasikan tujuan, paham akan konsekuensi setiap tahapan, paham akan logika tantangan yang menyertai setiap tahapan, paham bahwa di setiap tahapan dakwah memiliki tingkat resiko yang berlainan. Kepahaman kader dakwah terus berkembang.
Benarkah kita kader dakwah? Kader dakwah itu memiliki keikhlasan yang tinggi. Ikhlas artinya bekerja hanya untuk Allah semata, bukan untuk kesenangan diri sendiri. Sangat banyak godaan di sepanjang perjalanan dakwah, baik berupa harta, kekuasaan dan godaan syahwat terhadap pasangan jenis. Hanya keikhlasan yang akan membuat para kader bisa bersikap dengan tepat menghadapi segala bentuk godaan dan dinamika dakwah. Sangat banyak peristiwa di sepanjang perjalanan dakwah yang menggoda para kader untuk meninggalkan jalan perjuangan. Ikhlas adalah penjaga keberlanjutan dakwah.
Benarkah kita kader dakwah? Kader dakwah itu memiliki amal yang berkesinambungan. Amal dalam dakwah bukanlah jenis amal yang setengah-setengah, bukan jenis amal sporadis, spontan dan tanpa perencanaan. Sejak dari perbaikan diri dan keluarga, hingga upaya perbaikan masyarakat, bangsa, negara bahkan dunia. Amal dalam dakwah memiliki tahapan yang jelas, memiliki tujuan yang pasti, memiliki orientasi yang hakiki. Kader dakwah tidak hanya beramal di satu marhalah dan meninggalkan marhalah lainnya. Kader dakwah selalu mengikuti perkembangan mihwar dalam dakwah, karena itulah amal yang harus dilalui untuk meretas peradaban.
Benarkah kita kader dakwah? Kader dakwah itu memiliki etos jihad yang abadi. Jihad dalam bentuk kesungguhan, keseriusan, dan kedisiplinan dalam menggapai visi dakwah yang hakiki. Kesungguhan membela hak-hak umat, kesungguhan mendidik masyarakat, keseriusan mengusahakan kesejahteraan masyarakat, kedisiplinan membersamai dan menyelesaikan persoalan kehidupan yang semakin kompleks. Kader dakwah harus memberikan kesungguhan dalam menjalankan semua agenda dakwah, hingga menghasilkan produktivitas yang paripurna, di lahan apapun mereka bekerja. Itulah makna jihad dalam konteks perjalanan aktivitas dakwah.
Benarkah kita kader dakwah? Kader dakwah itu memiliki pengorbanan yang tak terhingga nilainya. Dakwah tidak mungkin akan bisa dijalankan tanpa pengorbanan. Sejak dari pengorbanan harta, waktu, tenaga, pikiran, fasilitas, hingga pengorbanan jiwa. Rasa lelah, rasa jenuh, rasa letih selalu mendera jiwa raga, kesenangan diri telah dikorbankan demi tetap berjalannya roda dakwah. Aktivitas dijalani sejak berpagi-pagi hingga malam hari. Kadang harus bermalam hingga beberapa lamanya, kadang harus berjalan pada jarak yang tak terukur jauhnya, kadang harus memberikan kontribusi harta pada kondisi diri yang belum mapan dari segi ekonomi. Pengorbanan tanpa jeda, itulah ciri kader dakwah yang setia.
Benarkah kita kader dakwah? Kader dakwah itu memiliki ketaatan kepada prinsip, keputusan organisasi, dan kepada pemimpin. Prinsip-prinsip dalam dakwah harus dilaksanakan dengan sepenuh ketaatan. Taat kepada pondasi manhaj adalah bagian penting yang akan menghantarkan dakwah pada tujuannya yang mulia. Taat kepada keputusan organisasi merupakan syarat agar kegiatan dakwah selalu terbingkai dalam sistem amal jama’i. Taat kepada pemimpin merupakan tuntutan agar pergerakan dakwah berjalan secara efektif pada upaya pencapaian tujuan. Ketaatan bukan hanya terjadi dalam hal-hal yang sesuai dengan pendapat pribadi, namun tetap taat terhadap keputusan walaupun bertentangan dengan pendapatnya sendiri.
Benarkah kita kader dakwah? Kader dakwah itu memiliki keteguhan tiada henti. Kader dakwah harus selalu tegar di jalan dakwah, karena perjalanan amatlah panjang dengan berbagai gangguan dan tantangan yang menyertainya. Teramat banyak aktivis dakwah semasa, dimana mereka memiliki semangat yang menyala pada suatu ketika, namun padam seiring berjalannya usia. Ada yang tahan tatkala mendapat ujian kekurangan harta, namun menjadi gugur saat berada dalam keberlimpahan harta dunia. Ada yang tegar saat dakwah dilakukan di jalanan, namun tidak tahan saat berada di pucuk kekuasaan. Kader dakwah harus berada di puncak kemampuan untuk selalu bertahan.
Benarkah kita kader dakwah? Kader dakwah itu memiliki kemurnian dan kebersihan dalam orientasi aktivitasnya. Sangat banyak faktor yang mengotori kebersihan orientasi dakwah. Ada kekotoran cara mencapai tujuan. Ada kekotoran dalam usaha mendapatkan harta. Ada kekotoran dalam langkah menggapai kemenangan. Kader dakwah harus selalu menjaga kemurnian orientasinya, tidak berpaling dari kebenaran, tidak terjebak dalam kekotoran. Karena dakwah memiliki visi yang bersih, sehingga harus dicapai dengan langkah dan usaha yang bersih pula.
Benarkah kita kader dakwah? Kader dakwah itu memiliki solidaritas, persaudaraan dan kebersamaan yang tinggi. Ukhuwah adalah sebuah tuntutan dalam menjalankan agenda-agenda dakwah. Semakin besar tantangan yang dihadapi dalam perjalanan dakwah, harus semakin kuat pula ikatan ukhuwah di antara pelakunya. Kader dakwah saling mencintai satu dengan lainnya, saling mendukung, saling menguatkan, saling meringankan beban, saling membantu keperluan, saling berbagi dan saling mencukupi. Kader dakwah tidak mengobarkan dendam, iri dan benci. Kader dakwah selalu membawa cinta, dan menyuburkan dakwah dengan sentuhan cinta.
Benarkah kita kader dakwah? Kader dakwah itu memiliki tingkat kepercayaan yang tak tertandingi. Berjalan pada rentang waktu yang sangat panjang, dengan tantangan yang semakin kuat menghadang, menghajatkan tingkat kepercayaan prima antara satu dengan yang lainnya. Berbagai isu, berbagai fitnah, berbagai tuduhan tak akan menggoyahkan kepercayaan kader dakwah kepada para pemimpin dan kepada sesama kader dakwah. Berbagai caci maki, berbagai lontaran benci, berbagai pelampiasan kesumat, tak akan mengkerdilkan kepercayaan kader terhadap langkah dakwah yang telah dijalaninya.
Jadi, benarkah kita kader dakwah?
Oleh: Cahyadi Takariawan
***
Benarkah kita kader dakwah? Kader dakwah itu memiliki kepahaman yang utuh. Paham akan falsafah dasar perjuangan, paham akan nilai-nilai yang diperjuangkan, paham akan cita-cita yang hendak dicapai, paham akan jalan yang harus dilalui. Kader dakwah memiliki pemahaman yang komprehensif. Paham akan tahapan-tahapan untuk merealisasikan tujuan, paham akan konsekuensi setiap tahapan, paham akan logika tantangan yang menyertai setiap tahapan, paham bahwa di setiap tahapan dakwah memiliki tingkat resiko yang berlainan. Kepahaman kader dakwah terus berkembang.
Benarkah kita kader dakwah? Kader dakwah itu memiliki keikhlasan yang tinggi. Ikhlas artinya bekerja hanya untuk Allah semata, bukan untuk kesenangan diri sendiri. Sangat banyak godaan di sepanjang perjalanan dakwah, baik berupa harta, kekuasaan dan godaan syahwat terhadap pasangan jenis. Hanya keikhlasan yang akan membuat para kader bisa bersikap dengan tepat menghadapi segala bentuk godaan dan dinamika dakwah. Sangat banyak peristiwa di sepanjang perjalanan dakwah yang menggoda para kader untuk meninggalkan jalan perjuangan. Ikhlas adalah penjaga keberlanjutan dakwah.
Benarkah kita kader dakwah? Kader dakwah itu memiliki amal yang berkesinambungan. Amal dalam dakwah bukanlah jenis amal yang setengah-setengah, bukan jenis amal sporadis, spontan dan tanpa perencanaan. Sejak dari perbaikan diri dan keluarga, hingga upaya perbaikan masyarakat, bangsa, negara bahkan dunia. Amal dalam dakwah memiliki tahapan yang jelas, memiliki tujuan yang pasti, memiliki orientasi yang hakiki. Kader dakwah tidak hanya beramal di satu marhalah dan meninggalkan marhalah lainnya. Kader dakwah selalu mengikuti perkembangan mihwar dalam dakwah, karena itulah amal yang harus dilalui untuk meretas peradaban.
Benarkah kita kader dakwah? Kader dakwah itu memiliki etos jihad yang abadi. Jihad dalam bentuk kesungguhan, keseriusan, dan kedisiplinan dalam menggapai visi dakwah yang hakiki. Kesungguhan membela hak-hak umat, kesungguhan mendidik masyarakat, keseriusan mengusahakan kesejahteraan masyarakat, kedisiplinan membersamai dan menyelesaikan persoalan kehidupan yang semakin kompleks. Kader dakwah harus memberikan kesungguhan dalam menjalankan semua agenda dakwah, hingga menghasilkan produktivitas yang paripurna, di lahan apapun mereka bekerja. Itulah makna jihad dalam konteks perjalanan aktivitas dakwah.
Benarkah kita kader dakwah? Kader dakwah itu memiliki pengorbanan yang tak terhingga nilainya. Dakwah tidak mungkin akan bisa dijalankan tanpa pengorbanan. Sejak dari pengorbanan harta, waktu, tenaga, pikiran, fasilitas, hingga pengorbanan jiwa. Rasa lelah, rasa jenuh, rasa letih selalu mendera jiwa raga, kesenangan diri telah dikorbankan demi tetap berjalannya roda dakwah. Aktivitas dijalani sejak berpagi-pagi hingga malam hari. Kadang harus bermalam hingga beberapa lamanya, kadang harus berjalan pada jarak yang tak terukur jauhnya, kadang harus memberikan kontribusi harta pada kondisi diri yang belum mapan dari segi ekonomi. Pengorbanan tanpa jeda, itulah ciri kader dakwah yang setia.
Benarkah kita kader dakwah? Kader dakwah itu memiliki ketaatan kepada prinsip, keputusan organisasi, dan kepada pemimpin. Prinsip-prinsip dalam dakwah harus dilaksanakan dengan sepenuh ketaatan. Taat kepada pondasi manhaj adalah bagian penting yang akan menghantarkan dakwah pada tujuannya yang mulia. Taat kepada keputusan organisasi merupakan syarat agar kegiatan dakwah selalu terbingkai dalam sistem amal jama’i. Taat kepada pemimpin merupakan tuntutan agar pergerakan dakwah berjalan secara efektif pada upaya pencapaian tujuan. Ketaatan bukan hanya terjadi dalam hal-hal yang sesuai dengan pendapat pribadi, namun tetap taat terhadap keputusan walaupun bertentangan dengan pendapatnya sendiri.
Benarkah kita kader dakwah? Kader dakwah itu memiliki keteguhan tiada henti. Kader dakwah harus selalu tegar di jalan dakwah, karena perjalanan amatlah panjang dengan berbagai gangguan dan tantangan yang menyertainya. Teramat banyak aktivis dakwah semasa, dimana mereka memiliki semangat yang menyala pada suatu ketika, namun padam seiring berjalannya usia. Ada yang tahan tatkala mendapat ujian kekurangan harta, namun menjadi gugur saat berada dalam keberlimpahan harta dunia. Ada yang tegar saat dakwah dilakukan di jalanan, namun tidak tahan saat berada di pucuk kekuasaan. Kader dakwah harus berada di puncak kemampuan untuk selalu bertahan.
Benarkah kita kader dakwah? Kader dakwah itu memiliki kemurnian dan kebersihan dalam orientasi aktivitasnya. Sangat banyak faktor yang mengotori kebersihan orientasi dakwah. Ada kekotoran cara mencapai tujuan. Ada kekotoran dalam usaha mendapatkan harta. Ada kekotoran dalam langkah menggapai kemenangan. Kader dakwah harus selalu menjaga kemurnian orientasinya, tidak berpaling dari kebenaran, tidak terjebak dalam kekotoran. Karena dakwah memiliki visi yang bersih, sehingga harus dicapai dengan langkah dan usaha yang bersih pula.
Benarkah kita kader dakwah? Kader dakwah itu memiliki solidaritas, persaudaraan dan kebersamaan yang tinggi. Ukhuwah adalah sebuah tuntutan dalam menjalankan agenda-agenda dakwah. Semakin besar tantangan yang dihadapi dalam perjalanan dakwah, harus semakin kuat pula ikatan ukhuwah di antara pelakunya. Kader dakwah saling mencintai satu dengan lainnya, saling mendukung, saling menguatkan, saling meringankan beban, saling membantu keperluan, saling berbagi dan saling mencukupi. Kader dakwah tidak mengobarkan dendam, iri dan benci. Kader dakwah selalu membawa cinta, dan menyuburkan dakwah dengan sentuhan cinta.
Benarkah kita kader dakwah? Kader dakwah itu memiliki tingkat kepercayaan yang tak tertandingi. Berjalan pada rentang waktu yang sangat panjang, dengan tantangan yang semakin kuat menghadang, menghajatkan tingkat kepercayaan prima antara satu dengan yang lainnya. Berbagai isu, berbagai fitnah, berbagai tuduhan tak akan menggoyahkan kepercayaan kader dakwah kepada para pemimpin dan kepada sesama kader dakwah. Berbagai caci maki, berbagai lontaran benci, berbagai pelampiasan kesumat, tak akan mengkerdilkan kepercayaan kader terhadap langkah dakwah yang telah dijalaninya.
Jadi, benarkah kita kader dakwah?
Wednesday, 21 August 2013
Berhenti Bukan Berarti Mati
Alhamdulillah ya akhirnya niat itu tersampaikan.
Insya Allah awal bulan September sudah akan berhenti bekerja sebagai karyawan di perusahaan developer. Leganya subhanallah, melihat kondisi belakangan sudah tidak mungkin untuk lanjut lagi. Bukan sok baik tapi hanya tak ingin kondisinya makin buruk jika kuteruskan.
Alasan utamaku memang kuliah, ingin menyelesaikan skripsi yang berceceran itu. Tahun lalu skripsi itu tak kuselesaikan mungkin karena faktor kemalasan dan lainnya. Namun di awal, sebelum malas itu datang, pernah kucoba untuk menyelesaikannya sembari terus bekerja. Ah ternyata aku tak sehebat mereka yang mampu bekerja sambil menyelesaikan skripsi, bergelar cum laude pula.
Meyakini kemampuanku yang tak seberapa, terutama untuk berkonsentrasi pada beberapa hal, kuputuskan untuk berhenti. Lagi pula sepertinya sudah ada sinyal - sinyal bahwa aku harus berhenti dari pekerjaan ini.
Beberapa hal di kantor mungkin berasal dari diriku sendiri. Seperti laporan yang selalu salah dan kerap ditegur untuk beberapa kesalahan. Mengakui kesalahan sepertinya lebih baik. Ini salahku lalai dalam bekerja. Bukan ingin sok baik, aku tak ingin masalah ini berketerusan sehingga berefek pada hal - hal lain yang menyebabkan kacaunya manajemen perusahaan. Langkah mundur sepertinya pilihan terbaik.
Berat memang untuk meninggalkan sebuah pekerjaan yang cukup lama digeluti. Dulu awalnya kupikir pekerjaan ini adalah ladang dakwah yang baru. Berharap ada yang mendapat hidayah dengan kehadiranku di sini. Itu hal paling berharga dan harus jadi tujuan utama. Gajinya lebih besar daripada langit dan bumi. Siapa yang tak tergiur?
Kupikir, pekerjaan ini unik. Ketika teman - teman lain kebanyakan berprofesi sebagai guru atau wartawan, kucoba untuk berada di lahan yang belum pernah kusentuh. Bekerja di kantoran mungkin belum menjadi styleku. Selama ini aku adalah guru, yang tak pernah duduk lama di kantor mengerjakan laporan - laporan. Guru di sekolah dan menjadi guru privat.
Begitu perusahaan ini membuka proyek, kupikir akan ada banyak orang yang kutemui. Hei hei tentunya ini akan jadi hal yang menyenangkan. Dan memang benar. Orang - orang yang kutemui seperti para tukang dan konsumen atau para bos - bos membuatku belajar tentang karakter manusia. Mereka yang jarang kutemui di kehidupan sebelumnya sekarang menjadi bagian dari keseharian. Bukankah itu hal yang menyenangkan?
Menjalaninya selama setahun ternyata cukup menyenangkan. Namun sayang, kuliah tahun ini harus jadi yang utama untuk dibereskan. Aku bukan orang keren yang bisa ngerjain semua hal dalam satu waktu. Apalagi setelah setahun, pekerjaan ini membutuhkan daya konsentrasi yang penuh agar proyek berjalan lancar.
Dengan segera aku menyatakan ketidaksanggupanku untuk meneruskannya. Dalam pesan hikmah, memilih itu bisa membangun karakter. Dengan demikian, dengan segala konsekuensi yang akan diterima, kuputuskan untuk berhenti..
Tuesday, 13 August 2013
Terima Kasih (2)
Dalam sebuah pesan hikmah dikatakan, Lupakan kejahatan yang dilakukan orang lain terhadap kita, tapi jangan pernah lupakan kebaikannya. Otherwise, lupakan semua kebaikan yang pernah kita berikan pada seseorang, tapi ingatlah akan kejahatan yang pernah kita lakukan padanya.
Pesan yang baik, namun kadang sedikit memaksa dan menyakiti diri sendiri. Diminta untuk melupakan dan mengingat sesuatu yang bahkan kita tak ingin mengingat ataupun melupakannya. Yah, namanya juga hikmah :)
Aku ingin mengingat kebaikan mereka. Aku khawatir otakku yang kecil ini membuang memori kebaikan - kebaikan mereka sehingga aku tak punya waktu untuk mengingatnya. Aku takut yang tersisa di dalam otakku adalah keburukan - keburukan yang tidak seharusnya terus kusimpan.
Terima kasih Ibuk Izza, wanita mungil yang kukenal dalam masa pencarian jati diriku. Perempuan berwatak keras yang telah mengenalkan tarbiyah padaku, ia murobbi pertama yang punya aset terbesar atas setiap amalanku yang diterima oleh Sang Pencipta, Allah azza wa jalla. Kebaikan yang kulakukan mungkin akan mengalir juga untuknya.
Meski pertemuan terakhir kita tak begitu menyenangkan namun apa yang telah kau berikan tak kan tergantikan dan tak bisa kukembalikan. Sekeras apa pun usahaku mengembalikannya. Mengapa? Karena kau tak pernah memberikanku uang. Yang kau berikan padaku adalah pelajaran kehidupan. Yang kau lakukan adalah membentuk watakku sehingga menjadi seperti ini. Ibuk, aku aset terbesarmu. Doakan aku agar selalu berbuat baik agar kebaikan itu pun mengalir padamu nanti setelah ruhmu berpisah dengan jasad.
Terima kasihku selanjutnya untukmu para tetanggaku. Terima kasih karna telah selalu tersenyum untukku, bahkan saat aku tak sadar kau sedang memberikan senyum itu. Kupikir tak ada alasan untuk berterima kasih pada tetangga sekitar rumah. Salah!! Kepada merekalah aku juga mengucapkan terima kasih. Mereka adalah orang - orang pertama yang akan datang jika terjadi hal yang tak diinginkan.
Aku ingat sebuah kejadian perampokan di sekitar rumah. Yang menolongnya adalah para tetangga. Saat ada yang akan melahirkan malam - malam tetanggalah yang akan mengantarmu ke bidan. Terima kasih tetanggaku karena telah berbaik sangka padaku dan keluargaku selama kami tinggal di sini.
Juga kepada mereka yang pernah jadi tetanggaku. Kepada Mak yang kulupa namanya, trima kasih karena telah bersedia menerima cucian keluargaku saat ibuku terlalu repot untuk mengurus rumah karena baru saja melahirkan, sementara aku terlalu kecil untuk melakukan itu semua. Terima kasih kepada Aminah, teman Cina ku dulu, untuk mengajakku main ke rumahmu dan mengizinkan aku berkeliling rumahmu yang dipenuhi pernak pernik agama Buddha. Trima kasih Kiki karna mengundangku ke acara ulang tahunmu dan memilihku sebagai teman terbaik yang kau berikan suapan kue pertama :)
Terima kasih juga kepada kakak - kakak cantik yang dulu pernah serumah dengan kami, yang membangunkan aku dan adikku di siang hari karena rumah - rumah di belakang rumah kami kebakaran. Terima kasih kepada bapak - bapak dan ibu - ibu yang telah membantu pemakaman Nurul Qomariah, my three-days-sister. Meski kini aku tak tau di mana makam itu. Katanya sudah dibangun mall di atasnya. Yaah kami tak tahu dan tak bisa berkata apa pun karena kota itu telah lama kami tinggalkan.
Buya, tarimo kasih yo alah ma ajaan huruf hijaiyah tu ka iza. Terima kasih untuk guru - guru mengajiku. Buya Rizal, Buya Ahmad Ganteng, Pak pensiunan polisi. Trima kasih untuk roti yang kau belikan untukku saat kita bertemu di kedai. Meski suaramu masih cetar di telingaku saat kau tengking kakak yang salah membaca Al Quran. Aku ingat saat buya Ahmad memukul kedua telapak tanganku, tapi aku lupa karena apa hahaa trima kasih buyaaa. Atau saat semangatku kau pacu untuk bisa menghapal ayat kursi dan surah lainnya dalam Al Quran.
Trima kasihku untuk guru - guruku. Aku tau mereka tak pernah memberiku materi berupa uang atau hadiah dan lain sebagainya. Tapi ilmu mereka tak kan sebanding dengan apa pun, trima kasih guruku. Akan kupastikan ilmu yang kudapat kusalurkan pada yang lain agar kebaikan itu mengalir terus padamu. Guru, terima kasih karena terus mendampingiku saat aku ada masalah di sekolah. Terima kasih telah memelukku saat pandangan menuduh itu diarahkan padaku. Guru, terima kasih kau telah menemukan uang yang kupikir hilang atau dicuri. Guru, meski mungkin hari ini kakimu bengkak disebabkan asam urat atau penyakit gula, semoga kau tetap sehat dan hidup dalam cinta Allah SWT.
Guru, terima kasih karena telah percaya padaku saat aku diminta untuk mewakili sekolah. Trima kasih kau tidak marah meski prestasi yang kudapatkan tak membuatmu bangga. Trima kasih untuk nasehatmu.
Ah aku lupa padamu guruku, Mr Iman, Sister Sosi, Pak Rahmadi. Terima kasih telah mengenalkanku pada salah satu bahasa di dunia ini. Terima kasih untuk lingkaran - lingkaran merah di bukuku untuk setiap huruf dan kalimat yang salah.
Mr Iman, meski kadang kupikir kau tak benar - benar mengajar kami di kelas, tapi bagiku kau adalah nasehat berjalan. Motivasimu pada kami yang selalu datang ke kelas meski hari itu hujan adalah hartaku yang berharga. Aku ingat kata - katamu tentang dunia kampus dan aku menjalaninya. Kupikir apa yang kau ucapkan semacam doa untukku, sehingga hari ini aku menjalani kehidupan tepat seperti yang dulu pernah kau katakan padaku. Kau baca karakterku dan membantuku memilih jalan ini.
Untukmu bapak supir angkot berkumis yang sering kutemui, terima kasih. Cerita hidupmu menginspirasi.
Onang, Kak Adek, Kak Wiwit terima kasih telah meminjamkan kaset dan majalah sebagai bahan bacaan juga alat belajar bahasaku. Kusadari begitu pindah dari Padang, pelajaran bahasa inggrisku jauh tertinggal. Tanpa itu mungkin nilai bahasa inggrisku masih dibawah 4 dan merah sepanjang tahun :D
Trima kasih juga karena telah bersedia menjadi kakak - kakak sepupuku. Menyenangkan berbagi dan mempelajari segala hal dari kalian.
Ibuk Karimun, terima kasih telah mengizinkan aku menginap di rumahmu beberapa hari. Mengenal ketiga anak laki - lakimu dan tidur di kamar anak perempuanmu. Terima kasih kak Lia telah meminjamkan goosebumps Rumah Hantu, goosebumps pertama yang kubaca yang membuatku membaca buku - buku lainnya dari serial hantu itu. Terima kasih sudah meminjamkanku buku - buku bacaanmu.
Terima kasih juga kepada anak - anak Mak Uwo telah mau menjadi teman bermainku dan tak mengejekku saat aku bahasa Minangku masih terbata - bata. Bang Ucok, terima kasih telah menjadi teman kami saat ayah dan ibu harus keluar kota. Makasih bang sudah ajak kami jalan - jalan dan
main di rumah pohon atau sekedar menangkap kecebong.
Trima kasih
Terima Kasih (1)
Dalam sebuah pesan hikmah dikatakan, Lupakan kejahatan yang dilakukan orang lain terhadap kita, tapi jangan pernah lupakan kebaikannya. Otherwise, lupakan semua kebaikan yang pernah kita berikan pada seseorang, tapi ingatlah akan kejahatan yang pernah kita lakukan padanya.
Pesan yang baik, namun sedikit memaksa dan menyakiti diri sendiri. Diminta untuk melupakan dan mengingat sesuatu yang bahkan kita tak ingin mengingat ataupun melupakannya. Yah, namanya juga hikmah :)
Well, mereka yang sudah banyak berbuat baik kepadaku tentu tak bisa kuhitung, namun harus tetap kuingat.
Dari kecil orang pertama yang berbuat baik padaku adalah ibu dan ayah. Seluruh kemampuan mereka setelah menikah tentu terkuras untukku, apalagi aku anak pertama :) trima kasih ibu untuk kasih sayang yang tak bertepi. Juga trima kasih ayah untuk tetesan keringat dan nafas amarah yang kau keluarkan saat menjadi supir ke sana kemari keliling kota.
Rasa terima kasih pada ibu dan ayah juga punya banyak alasan. Aku sangat berterima kasih karena karena mereka aku bisa merasakan hidup di tempat yang berbeda - beda sehingga membuatku belajar cepat untuk beradaptasi dengan lingkungan baru. Sebuah hal yang tak semua anak bisa melakukannya. Menjadi anak baru bukanlah hal yang mudah.
Trima kasih ayah karena telah datang ke sekolah dan menghajar anak laki - laki yang usil padaku. Sampai kau bawa teman - teman supirmu ke sekolahku hanya untuk memberi pelajaran pada anak itu, anak laki - laki yang bahkan namanya pun aku tak ingat. Yang aku ingat dia adalah anak germo di kota itu. Beruntung aku lahir dari orang tua seperti kalian :) meski hidup kita tak mewah tapi selalu ada detik indah
Trima kasih juga ayah karena telah membawaku kenal pada kehidupan seorang bencong yang pernah menumpang di taksi kita saat kita tinggal di Batam. Sulit ya menjadi seperti mereka. Atau telah mengenalkanku pada puluhan anak buah kapal di Karimun. Yang selalu bergantian menggendongku dari kapal pengangkut pasir satu ke kapal yang lainnya. Yang kutahu ternyata telah membawa pasir kita ke Singapura. Mereka, kapten dan ABK itu bukan main ramah. Saat kita menumpang kapal mereka untuk pulang kampung, aku ingat kutemukan buku Wiro Sableng di kamar mereka. Kubaca selama perjalanan jauh itu :)
Terima kasih ayah, ibu :)
Ibu? Aku tak bisa menyebutkan kebaikanmu satu per satu, terlalu banyak dan aku takut pada kenyataan bahwa mungkin aku mulai melupakannya.
Ibu, trima kasih karena akhir - akhir ini selalu tersenyum, tak lagi menangis atau bersedih. Trima kasih karena telah memberikanku izin untuk keluar mengikuti kegiatan - kegiatan dan tak terlalu cemas ketika aku harus pulang malam. Trima kasih atas doamu, aku selalu pulang dalam keadaan selamat meski tak jarang aku tiba di rumah tengah malam, di jam yang menurut sebagian orang tak baik untuk anak perempuan pulang di jam yang larut.
Ibu terima kasih karena telah terus bersabar
Terima kasih karena selalu menyebutku dalam doa - doamu pada Tuhan kita, Allah SWT, Rabb semesta alam.
Kantor Pagi Ini (13/8)
Hari kedua di kantor. Ah sendirian.
Datang jam 8 pagi ini cuaca benar - benar gelap dan dingin. Begitu aku tiba di kantor, kulihat pasangan suami istri Tionghoa di seberang sedang bersiap - siap untuk pergi.
Ah, mereka menurutku aneh. Rumah itu memang selalu sepi, karena sepertinya mereka juga jarang nempatin. Kadang kulihat hanya suaminya saja yang pulang, memarkirkan mobil dan masuk ke rumah. Tak lama kemudian keluar dengan beberapa barang dan pergi lagi. Baru hari ini kulihat sang istri yang kini telah mengandung kira - kira 5 bulan. Mereka tak berada di mobil yang sama. Si istri pergi dengan avanzanya sementara si suami bergegas dengan mobil pick up yang mungkin dipakainya untuk berdagang.
Kubuka pintu belakang. Dengan sedikit mendesah karena menyadari hari ini berada di kantor seharian tanpa teman lagi. Si Cantik hari ini ga masuk, katanya sakit kepala. Malas yang melanda begitu besar hingga pagi ini tak kubersihkan kantor sedikitpun. Kupikir tak terlalu kotor, toh semalam tak banyak yang datang.
Cuaca yang makin dingin membuatku kedinginan. Kurutuk diriku sendiri karena lupa membawa sebungkus kopi dari rumah. Di kantor hanya ada kopi hitam, aku tak begitu suka. Kuputuskan untuk menonton drama, tinggal satu episode, tak ada salahnya.
Datang jam 8 pagi ini cuaca benar - benar gelap dan dingin. Begitu aku tiba di kantor, kulihat pasangan suami istri Tionghoa di seberang sedang bersiap - siap untuk pergi.
Ah, mereka menurutku aneh. Rumah itu memang selalu sepi, karena sepertinya mereka juga jarang nempatin. Kadang kulihat hanya suaminya saja yang pulang, memarkirkan mobil dan masuk ke rumah. Tak lama kemudian keluar dengan beberapa barang dan pergi lagi. Baru hari ini kulihat sang istri yang kini telah mengandung kira - kira 5 bulan. Mereka tak berada di mobil yang sama. Si istri pergi dengan avanzanya sementara si suami bergegas dengan mobil pick up yang mungkin dipakainya untuk berdagang.
Kubuka pintu belakang. Dengan sedikit mendesah karena menyadari hari ini berada di kantor seharian tanpa teman lagi. Si Cantik hari ini ga masuk, katanya sakit kepala. Malas yang melanda begitu besar hingga pagi ini tak kubersihkan kantor sedikitpun. Kupikir tak terlalu kotor, toh semalam tak banyak yang datang.
Cuaca yang makin dingin membuatku kedinginan. Kurutuk diriku sendiri karena lupa membawa sebungkus kopi dari rumah. Di kantor hanya ada kopi hitam, aku tak begitu suka. Kuputuskan untuk menonton drama, tinggal satu episode, tak ada salahnya.
Subscribe to:
Posts (Atom)