Wednesday, 28 April 2010

Tulisan Ngelantur tentang Pemilukada




Abstraksi

Ketika menulis ini jam dinding di rumah saya sudah menunjukkan pukul 1 dini hari. Jadi harap dimaklumi jika tulisan saya ini bikin iri atau sakit hati atau tertawa geli. Yah yang mana bagusnya lah. Karena mata tak jua dapat dipejamkan ( gara – gara tidur siang tadi ) maka muncullah ide ini. Saya ucapkan terima kasih buat yang udah baca tulisan yang benar – benar ngelantur ini hingga akhir. Nah selamat membaca!

Tulisan Ngelantur tentang Pemilukada

Hai teman – teman saya yang baik hati, maukah kau membaca lagi tulisan saya ini? Kalo gak mau cukup sampai di sini dan tinggalkan tulisan saya ini di flash disk anda dan bacalah di lain waktu klo gak basi ( bungkuuuus ). Di kesempatan kali ini saya ingin sekali bersuara sedikit dan tidak banyak ( sama ja kali ) tentang pemilukada. Hahaha bukannya mau sok – sokan bicara masalah politik, tapi pemilukada adalah milik kita bersama. Haaa masak gak mau terlibat dalam ajang 5 tahunan ini? Ajang 4 tahunan kayak piala dunia ja gak pernah Indonesia lewatkan kok. Hehehe walaupun Cuma sebagai penonton. Yaaa minimal berkomentar kayak saya ginilah tentang pemilukada. Hahaha sedikit menyombongkan diri.


Ups, kembali ke pokok masalah. Karena tidak tahu bagimana caranya membuat tulisan saya ini ke dalam bahasa yang baku, akhirnya saya memutuskan untuk menuliskannya dengan bahasa yang santai ( lebih tepatnya ngelantur ). Dengan pertimbangan yang alat timbangnya saya jumpai di rumah saya ( ngelantur lagi ), pemilukada itu selalu dianggap serius oleh sebagian besar kalangan. Wah, terus terang saya stres juga lho ( curhat nih ). Ke mana – mana pembahasan pemilukada dibahas dengan bahasa yang gimanaaa gitu. Hmmmm teman – teman semua ngertilah ya. Kan kalangan intelektual hohohoho....

Naah pada suatu hari ( balik kayak karangan zaman SD nih ) saya diminta untuk berlatih membuat surat pembaca yang topiknya harapan saya terhadap pemilukada ke depan. Ni dia nih yang pengen saya sampaikan ke teman- teman sekalian.
Mau tau harapan saya? ^_^
Cuma satu ja kok. Saya bukannya berharap jadi salah satu tim sukses salah satu calon. Lagian saya kayaknya gak sempat ngurusin itu. Masih banyak nih tugas saya yang numpuk n ngantri buat saya selesaikan. Malahan, tau gak sampe – sampe tu tugas mesti ngambil nomor antrian ( duh lebai sekali ). Dan walaupun saya dibayang – bayangi oleh kebutuhan saya di masa depan seperti biaya kuliah, KKN, wisuda, dan menikah ( nah lhoo ), saya tetap tidak berharap jadi tim sukses ( lagian emang ada yang mau ngajak saya jadi timsesnya hihihihi.... )

Kembali lagi ke harapan saya, yaaah gak muluk – muluk lah, satuuuu ja. Jangan sampe pesan kamar lah di Cipinang. Teman – teman ngerti gak nih apa yang lagi saya omongin ( ooooiiiii....!! ).
Maksud saya adalah jangan sampe masuk penjara juga kayak yang udah lalu. Bayangin ja, masa’ pemimpin – pemimpin di Kepri ni pada rame – rame pesan kamar di Hotel Pagar Besi. Gak banget kan. Dari sekda, bupati sampe gubernur juga gak mau kalah. Ck ck ck ck.... Gak habis pikir nih. Ni orang pada gak punya kerjaan. Mesan kamar tu mbok yang mewah dikitlah ( jadi penasaran gimana sih kamarnya, sampe pada lomba gitu ). Jangan – jangan janjian lagi ya ( sedang berimajinasi mereka janjian buat ketemuan di sana )

Buat yang nanti kepilih  pesan dari saya nih, yang ngewakilin rakyat negri ini ( ceileh..! ) ntar pesan Shasiba Ubiku ja di rumah saya ( sekalian promosi ). Penganan enak dari ubi. Lebih mantep rasane hehehehe..... becanda dikit boleh dong Bapak / Ibu. Biasalah anak muda ( ni sebenarnya mau ngomong dengan sapa n tentang apa sih ni anak ).

Yap, serius lagi. Besar harapan kami masyarakat Kepri agar Bapak / Ibu yang nantinya terpilih sebagai Kepala Daerah mampu memberikan yang terbaik dan menghindari jalan – jalan yang menggiring ke penjara. Pilih yang lurus – lurus ja Bapak / Ibu. Ihdinash shiroo thol mustaqiim....

Sebagai penutup saya akan menyebarkan pantun teman saya yang sangat terkenal di seantero kampus ( kayak kampusnya besar aja ) :

Duduk sendirian menunggu kekasih
Cukup sekian terima kasih
^_^
Kalo ada yang tersinggung maapin yaaa.....
Biasalah tulisan jam 1 pagi.....

Wednesday, 21 April 2010

Gugurkah Saya?

Benar - benar minggu yang sangat melelahkan. Baru kali ini saya merasa sangat tidak bersemangat. Apa pun yang saya lakukan benar-benar tidak berarti. Kondisi ruhiyah saya benar-benar turun drastis. Meskipun tidak pernah mencapai puncaknya, tapi kali ini saya merasa sangat tidak berguna.

Mengapa ini terjadi dengan saya?
Apa yang saya harus lakukan?
Ke manakah semangat yang dulu saya punyai?
Semangat menggebu-gebu itu?

Saya menyadari manajemen waktu saya benar-benar rusak kali ini. Semua tidak terkendali. Saya kehilangan arah. Tidak tahu harus ke mana, mau apa dan tujuannya apa.

Akankah saya gugur??
Akankah saya jatuh??
Akankah saya masuk dalam barisan yang kalah??

Tuesday, 13 April 2010

Sombongkah Kita??

Percakapan yang sangat sulit tadi malam. Huft...jadi bingung, jadi seharusnya sikap seperti apa yang harus dilakukan?

Jika dibiarkan, mereka sulit untuk ditarik lagi. Dan bisa dibayangkan tidak akan ada lagi yang kembali. Sementara yang masih bertahan, lama kelamaan akan merasa bosan kemudian bisa saja juga akan meninggalkan jamaah ini.

Namun bila sedikit saja mengeluarkan kata-kata yang dianggap keras, malah pada kabur beneran.
Duh susah betul.....

" Kita mungkin tidak bisa mengerti apa alasan mereka tidak bisa datang kegiatan, karena kita tidak di posisi mereka. Bisa jadi ada yang lebih penting bagi mereka daripada menghadiri kegiatan kita. "

Nah lhoooo......

" Kakak dulu juga pernah berpikir kenapa mereka tidak mau berkomitmen atau sekedar datang. Saat kakak mengatakan hal ini pada seorang, tiba-tiba dia berkata bahwa itu artinya ada setitik kesombongan di hati kakak, karena merasa sudah bisa memenuhi kewajiban. Sementara kakak kesal dengan teman-teman lain yang belum bisa memenuhi itu "

Deg!
Sombongkah kita???

Ayat DM2

"Tidaklah sama antara Mu'min yang duduk (yang tidak


turut berperang) yang tidak mempunyai uzur dengan orang

yang berjihad di jalan Allah dengan harta mereka dan

jiwanya. Allah melebihkan orang-orang yang berjihad

dengan harta dan jiwanya atas orang-orang yang duduk

satu derajat. Kepada masing-masing mereka Allah

menjanjikan pahala yang baik (surga) dan Allah

melebihkan orang-orang yang berjihad atas orang yang

duduk dengan pahala yang besar. (Yaitu) beberapa

derajat daripada-Nya, ampunan serta rahmat. Dan adalah

Allah SWT Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."

(an-Nisa: 95-96)

Monday, 12 April 2010

Kebijakan yang tak masuk akal. PNS hanya lima hari kerja.
Duh gusti...kebijakan apa lagi ini. Di mana hati nurani dan akal pikiran pembuat kebijakan? Apa mereka hanya punya perut? Benar - benar tidak berprikerakyatan.

Saya tidak bisa membayangkan bagaimana dengan urusan masyarakat. Enam hari kerja saja masih keteteran, apalagi cuma lima hari. Tampaknya masyarakat makin malas aja tengok PNS dengan baju coklat seliweran di kedai-kedai kopi di jamkerja. Atau yang belanja di pasar beli sayur, ikan, bawang, telor, tahu, tempe.

Heran aja, PNS itu pelayan masyarakat. Nah yang namanya pelayan, harusnya punya jam kerja ekstra. Lah mbok inem ja 24 jam kok.

Wednesday, 7 April 2010

Kepada Ibuk Kedua

Apa kabar dengan ibuk?

Apakah baik - baik saja?

Sekarang ibuk di mana?

Bagaimana  dengan perasaan ibuk sekarang?

Sudahkah lebih baik?

Masih adakah marah itu?

Ada kabar ibuk akan ke pinang....

Sanggupkah iza bertemu ibuk?

Apa yang akan kita bicarakan buk?

Tuesday, 6 April 2010

Dari Musik ke Nasyid ( Sama ja Kali )

Aktivitas pagi tanpa musik rasanya ada yang kurang. Nah yang harus dikorbankan akhir – akhir ini adalah komputer rumah yang harus berjuang untuk tetap bertahan ( kayak Wali gitu ) saya permainkan terus dari pagi sampe siang demi menemani akitivitas rumahan yang tak terkira banaknya ( berlebihan si...).
Jenis musik yang diputar bermacam – macam sesuai dengan mood pagi itu. Mau aliran rock and roll ada, mellow sampe nangis berdarah – darah ingat kisah cinta banyak  ( ceileeeh..... ), yang sedang –sedang aja tanpa ada perasaan ( musik apa ni ya ), sampe nasyid yang bikin semangat semakin membara ^_^ Jadilah rumahku gubukku istanaku dipenuhi dengan alunan musik walau kadang harus saingan dengan tetangga depan belakang kiri kanan atas bawah ( ups atas bawah ga ding ).
Ngomongin nasyid kayaknya agaka seru nih. Hehehehehe...... nah, di playlistku nasyid dikategorikan berdasarkan jenis musiknya ( emang nasyid pake aliran lagi ya?? Terserah deh ). Intinya, semua nasyid punya tujuan yang sama walau berbeda-beda ( bhinneka tunggal ika nih ), ada nilai – nilai keislaman di dalamnya yang susah banget dicari di aliran lain ( emang pernah denger Michael Jackson nyanyi berbau Islam? Give Thanks to Allah Cuma kebtulan mirip ja suaranya. Hehehehe klarifikasi nih ).
Karena koleksi nasyid saya masih dikit jadi pengkategorian ini bersifat subjektif. Ada tiga jenis nasyid yang saya denger, nasyid pertama bikin semangat membara, pengennya berangkat ke palestina ( padahal nyampe sana Cuma ngerepotin orang ja ), angkat senjata melawan tirani terlaknat ( copas salah satu lirik nasyidnya ), dakwahnya menggebu-gebu dan lain – lain, dan lain – lain. Huft.... kadang saat mutar nasyid jenis pertama ini hati ketar – ketir juga. Orang rumah kayaknya khawatir dengan anak gadisnya ini ( makan apa sih ni anak di luar rumah sampe aliran musiknya kayak gitu ). Hehehehe...maklumlah sodara – sodara, dulunya kan gak pernah. Biasanya muter musik yang bikin semua badan sakit hehehe gak Cuma telinga ja. Sampe perut pun harus merasakan sakitnya ( tu namanya lapar ). Eitss tapi tidak berarti saya meninggalkannya lho. Kebutuhan akademis saya ada di musik itu ( ntar saya cerita deh ).
Trus nasyid jenis kedua adalah berhubungan dengan tazkiyatun nafs alias penbersihan jiwa. Ni nasyid selalu aja bikin kita merasa hinaaaa banget, tentunya di mata Allah. Nasyid jenis kedua ini kadang diawali dulu dengan taujih-taujih ( sampe hapal kata per kata saking seringnya ) habis tu nyanyi deh.
Nasyid ketiga adalah nasyid yang kalo didengar dengan sangat – sangat seksama, pendengarnya bakalan mesem – mesem sendiri. Soalnya liriknya itu loh, bikin yang dengar pada pengen nikah. Terbayang –bayang muka si dia. Cinta antara dua anak manusia berlainan jenis ( ceileh..) pengen ngeraih ridhonya Allah melalui pernikahan ( sikat bang ! )Hmmm jenis nasyid yang gak boleh didengar terlalu sering. Hahahaha.....
Hmmm cerita saya tentang musik belum selesai. Ini hanyalah segelintir perenungan saya tentang musik ( kayak ga ada yang lain ja yang mau direnungin ).

Selasa, 6 April 2010

Saturday, 3 April 2010

Guru dan Orangtua serta Kaitannya dengan Siswa

-->
Di manakah letak perbedaan antara guru TK dengan guru SD, SMP, dan SMA?? Jelas pada kurikulumnya, peserta didik, cara pengajaran, cara interaksi dengan siswa, cara menilai, dan sebagainya. Namun bagi saya perbedaannya ada pada hubungan antara orang tua dan guru.

            Saya yakin yang membaca tulisan ini adalah orang telah melewati tingkatan pendidikan tersebut ataupun sedang menjalani ( atau ada murid TK yang sedang membaca tulisan ini ? ). Saya akan mengajukan pertanyaan, seingat pembaca bagaimana hubungan orang tua kita dulunya dengan guru ketika TK, SD, SMP atau pun SMA? Seberapa dekat orang tua kita dulunya dengan guru – guru di sekolah?

            Pertanyaan ini muncul begitu saja setelah saya menyadari dan kembali mengamati tentang hubungan guru dan orang tua. Menurut saya, hangatnya hubungan antara guru dan orang tua bisa dirasakan di Taman Kanak – Kanak. Pertama, guru dan orang tua selalu bertemu hampir setiap hari walaupun hanya beberapa menit ketika mengantar ataupun menjemput anaknya. Ini mengakibatkan timbulnya interaksi tak terencana antara guru dan orang tua. Obrolan singkat dan ringan pastinya menjadi makanan sehari – hari, minimal saling melempar senyum atau menanyakan kabar. Orang tua tidak hanya mengantar anak di tepi jalan atau di depan sekolah, melainkan hingga anak tersebut sampai di tangan gurunya. Berbeda sekali dengan SD, SMP, apalagi SMA. Orang tua yang sudah beranggapan bahwa anak sudah mandiri cukup mengantar tanpa bertemu dengan guru yang bersangkutan dan guru juga tidak lagi menunggui anak di depan pagar sekedar mengucapkan selamat pagi ( jarang ada sekolah yang seperti ini ).

            Kedua, besarnya perhatian orang tua pada anaknya yang masih TK dan rasa ingin tahu atas apa saja yang dikerjakannya hari ini di sekolah. Tak jarang laporan lisan akan disampaikan guru ke orang tua di jam pulang sekolah. Ini semakin menambah keakraban guru dan orang tua sehingga perkembangan anak terpantau tiap harinya. Bandingkan saat dulunya kita pulang sekolah. Adakah percakapan seperti itu terjadi? Hmm pembaca boleh tersenyum membaca tulisan saya ini. Kita selalu beranggapan bahwa tentu saja percakapan terssebut tidak penting atau tidak perlu atau bahkan mustahil terjadi karena saat kita SD, SMP dan SMA kita tak perlu lagi dijemput oleh orang tua atau pun. Jikalau dijemput pun itu hanya sekedar menjemput. Tidak ada komunikasi antara orang tua dengan guru yang menceritakan tingkah kita hari itu. Laporan itu hanya akan ada  dua kali setahun, kecuali pada saat genting.

            Dari dua opini saya di atas rasanya sduah cukup mewakili untuk menggambarkan hubungan orang tua dan guru. Walaupun ada juga hubungan antara guru dan orang tua kita yang akrab saat kita SD, SMP maupun SMA tapi tidak banyak dan bisa kita hitung dengan jari. Permasalahan yang muncul salah satunya adalah karena jumlah siswa yang terlalu banyak sehingga menyulitkan guru untuk menghapal atau melakukan pendekatan dengan orangtua. Sebaliknya dari pihak orangtua, karena telah merasa anak sudah mandiri, maka pendekatan dengan guru tidak perlu lagi dilakukan. Orang tua menyerahkan sepenuhnya pendidikan kepada guru.

            Hal ini dapat kita lihat akibatnya pada siswa. Kurangnya komunikasi antara guru dan orang tua membawa dampak yang tidak ringan. Orang tua tidak tahu seperti apa perkembangan anak di sekolah, guru juga kurang informasi tentang tingkah laku anak di rumah. Dan saat anak mendapat masalah dengan nilai ataupun perilakunya, maka yang disalahkan adalah guru sebagai pendidik atau orang tua sebagai orang yang paling sering bertemu dengan anak. Guru tidak pandai mengajar, tidak profesional, tidak memperhatikan siswa dan lain – lain merupakan beberapa kesalahan yang dilontarkan untuk guru.

            Saya mengajak pembaca semua, baik yang sekarang berprofesi sebagai guru, orang tua maupun calon orang tua,, marilah kita kembali memperhatikan anak – anak kita dengan menjalin komunikasi yang intens satu sama lain. Berhasil atau tidaknya pendidikan yang sedang ditempuh oleh anak kita tidak bisa ditopang hanya salah satu pihak. Kerjasama yang baik antara orang tua dan guru akan melahirkan generasi – generasi yang juga mampu memberikan yang terbaik untuk bangsanya.  Adakah keinginan itu?

            Sabtu, 3 April 2010

Catatan untuk Wali Murid

 
-->

Cerita tidak penting terkadang muncul begitu saja dalam hidup, namun di sebaliknya banyak sekali hikmah yang biasa kita ambil. Pagi ini saya berbaik hati untuk mengantar adik perempuan saya yang duduk di kelas VI SD. Mengantarnya ke sekolah bukanlah kebiasaan yang saya jalani tiap harinya, dikarenakan ibu kami pagi ini pundaknya sedang sakit, maka tugas negara ini diserahkan pada saya. Saat  tiba di sekolah ternyata bel sudah berbunyi dan para guru sudah mengarahkan para siswa untuk membuat barisan karena mareka akan melaksanakan senam pagi.
            Tiba – tiba, begitu saya akan berbalik untuk pulang, terdengar instruksi dari seorang guru agar kelas VI A merapikan barisannya. Sesungguhnya tidak ada hal yang aneh, tapi saya tersenyum sendiri. Mengapa? Hmm nada dan bahasa guru tersebut sama sekali tidak mencerminkan sikap seorang guru. Ada nada yang tidak lembut dalam suaranya serta bahasa yang kurang tepat digunakan di sekolah. Saya mencoba membayangkan rupa guru tersebut karena saya mendengarnya dari balik pagar. Bagaimana kira – kira mimik mukanya saat memberikan instruksi seperti itu.
            Menyadari keburuksangkaan saya, saya langsung memohon ampun pada Allah. Saya tidak boleh menghakimi guru tersebut seenak hati. Belum tentu saya lebih baik. Saya mencoba menyusuri dan merasakan kembali bagaimana rasanya menjadi guru di sekolah yang tidak hanya memiliki satu atau dua orang siswa, tapi bisa mencapai puluhan siswa. Pastinya adalah hal yang sangat sulit sekaligus menantang untuk mengatur begitu banyaknya anak yang tingkatan umurnya tidak sama. Saya bisa membayangkan bagaimana repotnya guru – guru akan hal ini. Saya mulai mengagumi kesabaran guru – guru Sekolah Dasar yang sepertinya akan sangat sulit saya lakukan mengingat saya sendiri adalah orang yang kurang bisa mengendalikan emosi.
            Setelah itu, kembali terbayang di kepala saya saat masih mengajar di Taman Kanak – Kanak. Kesulitan yang sama juga saya rasakan, tak hanya di lapangan tapi juga di dalam kelas. Mengatur mereka di dalam dan di luar kelas sama sulitnya. Walaupun begitu, pelayanan terbaik tetap kami usahakan sesuai dengan petunjuk dari Kepala sekolah.
            Ada satu hal yang mengganjal di pikiran saya dalam perjalanan pulang terkait dengan guru tadi. Komplain. Masalah komplain orang tua adalah masalah yang paling ingin saya hindari selama mengajar. Orang tua tidak pernah membayangkan apa yang dihadapi guru sehari - harinya. Yang mereka ketahui hanyalah bahwa mereka menyekolahkan anaknya di sekolah tersebut dan berharap mendapat pelayanan terbaik dari guru. Mereka tidak peduli bagaimana kewalahannya guru – guru menghadapi anak – anak mereka setiap harinya. Bagaimana repotnya mengatur sekian banyak siswa dengan hanya mengandalkan suara yang kemampuannya semakin hari semakin berkurang, bahkan tak jarang hilang.
            Kebanyakan orang tua bila merasa tidak puas dengan apa yang diterima anak – anaknya di sekolah, padahal hanya masalah kecil, akan protes baik langsung ke pihak sekolah maupun tidak disampaikan secara langsung, melainkan dibicarakan pada masyarakat. Tentu saja ini akan membuat jelek citra guru secara tidak langsung. Kesan ketidakbecusan guru dalam menangani anak akan tersebar di masyarakat dan semakin mengurangi kepercayaan pada guru dan pihak sekolah.
            Wahai Bapak/Ibu para wali murid, mengertilah bagaimana payahnya mereka para guru mendidik anakmu di sekolah. Kurangilah ketidakpuasanmu akan sekolah dan guru – gurunya. Apa yang mereka lakukan pada anak – anakmu adalah bagian dari proses pendidikan  yang tidak akan pernah mereka dapatkan darimu. Hargailah guru - guru anak – anakmu, tak perlu menilai mereka dengan materimu, karena yang mereka butuhkan adalah hanyalah keberhasilan anakmu di masa depan.

Sabtu pagi, 3 April 2010

Pemimpin Masuk Penjara


Saya teringat akan perkataan yang entah dilontarkan oleh siapa namun masih tersimpan dengan rapi dalam otak bawah sadar ini. Ia berkata seperti ini, pemimpin saat ini adalah kebalikan pemimpin masa lalu. Sebelum Indonesia merdeka, sebelum seseorang bisa menjadi pemimpin suatu bangsa ( contohnya Soekarno ), ia telah merasakan terlebih dahulu dinginnya lantai penjara. Tapi kenyataan hari ini, untuk masuk penjara, seseorang hanya perlu menjadi pemimpin.
            Ironis memang dengan kata – kata di atas jika kita kaitkan dengan kenyataan hari ini. Lihatlah berapa banyak pemimpin yang berhasil masuk penjara, baik pemimpin daerah maupun yang lainnya. Di Provinsi Kepulauan Riau cukup banyak contoh yang bisa diambil sebagai bukti. Kasus korupsi yang menjerat Sekda Kabupaten Bintan, ditahannya Bupati Lingga dan Karimun serta kasus Damkar yang menjebloskan pimpinan tertinggi Provinsi Kepri, Ismeth Abdullah.
            Mengamati fenomena tersebut, saya memiliki satu harapan untuk calon pemimpin Kepri bulan Mei ini. Saya hanya berharap agar yang terpilih berikutnya tidak lagi masuk penjara. Cukup sudah dengan beberapa kasus di atas. Malu benar jika para pemimpin di Kepri mesti berebut kamar di rumah tahanan setelah mati – matian berkampanye merebut perhatian masyarakat.

Mentoring Kepenulisan
Kamis, 1 April 2010