Thursday, 9 June 2011

Kepri dan Bisnis Esek - esek ( Hari Ketiga 26 Mei )

Kembali lagi pada kegiatan di hari - hari selama pembekalan. Memasuki hari

ketiga, kami tidak lagi mendengarkan materi pembekalan, namun langsung latihan

untuk persiapan JPI. Kami dibagi dalam kelompok tari, senam, duta wisata, dan

stand pameran.

Awalnya penulis merasa menjadi underdog karena hanya kebagian stand pameran,

tidak di kelompok lainnya yang terlihat lebih prestis. Namun Allah Maha Tahu mana

yang terbaik bagi hambaNya. Benar firman Allah yang intinya bisa jadi kamu

menyukai sesuatu namun hal itu tidak baik, dan hal yang kadang tidak baik ataupun

kita tidak sukai ternyata adalah hal yang terbaik bagi kita.

Di stand pameran mungkin kerjanya sedikit lebih nyantai karena tidak ada jadwal

latihan yang padat seperti senam dan tari. Tenaga juga tidak terlalu diporsir.

Selain itu penulis juga berkenalan dengan teman - teman stand yang tidak

'terkenal' hehehe.... Maksudnya mereka mungkin sama sekali tidak menarik

perhatian para pendamping karena sepertinya tidak ada yang menonjol dari segi

kesenian ( seperti saya hehehe ).

Dibalik ketidakterkenalan mereka rupanya mereka punya andil besar di stand

pameran. Allah memang Maha Adil dalam penempatan. Setiap manusia punya kekurangan

dan kelebihannya sendiri - sendiri. Mungkin orang - orang yang di stand pameran

tidak bisa menari, menyanyi dan senam bahkan bicara di depan orang banyak. Tapi

mereka punya konsep dan keahlian untuk stand pameran yang penulis yakini tidak

dimiliki oleh pesera yang lain.

Malam hari lebih tepatnya malam ketiga kami di Hotel Shangrila, setelah makan

malam peserta dan pendamping sedikit berdebat mengenai masalah waktu mandi dan

berkumpul. Agak tegang memang, tapi kata si Zulfah peserta dari Batam, kayaknya

mereka mau ngerjain peserta. Aduh gak mempan, ngerjain kayak gitu. Memang malam

itu purna dan pendamping berkumpul lebih banyak dan rame dari malam sebelumnya.

Tentu saja teman - teman dan penulis mencoba mencium bau - bau tak sedap bahwa

kami akan dikerjai pendamping.

Setelah makan malam, kami rupanya masih harus mengikuti materi dari seorang purna

yang nampaknya sangat dihormati oleh pendamping lain, Edi Harmoko ( 27 tahun ).

Beliau menceritakan pada peserta tentang Provinsi Kepri, nih sedikit

penjelasannya :

Riau itu berasala dari kata 'riuh' yang sering terdengar di kota lama dekat

Sungai Carang. Sieiring berjalannya waktu, kata riuh mengalami pergeseran menjadi

riau. Sejarah itu menyenangkan tapi sulit dipahami. Kemudian Kak Edi melanjutkan

cerita tentang Kepri dengan sejarah kerajaan Riau dan lain sebagainya yang tak

sempat penulis ingat hehehhe.... Patut diacungi jempol karena sejarah itu

mengalir begitu saja dari Kak Edi, yang ternyata kata purna2 yang lain memang

asli orang Penyengat. Pantas saja kalau sejarah Pulau Penyengat disampaikan

sedemikian rupa olehnya.

Selanjutnya masing - masing kabupaten mempresentasikan potensi budaya daerahnya

minus Lingga. MEskipun demikian Herima Hendrawan, peserta dari Tanjungpinang

membuat penulis kagum karena mampu menyampaikan potensi yang ada di Lingga

meskipun ia berasal dari Tanjungpinang ( info : dia lahir di Lingga ).

Oh ya dalam penjelasan Kak Edi, pariwisata KEpri di daerah lain dikenal dengan

kehidupan seks dan judinya dalam kata lain bisnis 'esek - esek' amat kental di

sini. Astagfirullah.... Jadi malu kalau mau ketemu dengan teman - teman di

provinsi lain. Segitu parahkah Kepri di mata Indonesia yang lain?
Ada kata - kata dari Kak Edi yang kurang penulis sepakati. Beliau bilang, bisnis

judi ditutup di Kepri karena mentok dengan ketentuan adat. Pemahaman yang agak

salah penulis pikir, karena judi bukan dilarang karena ketentuan adat, namun juga

agama yang benar.

Sekian dulu catatan hari ketiga ini, insya Allah disambung lagi untuk catatan hari keempat hingga akhir kegiatan.

No comments:

Post a Comment