Thursday, 31 July 2014

Lucahnya Warkop DKI

Dono Kasino dan Indro atau yang lebih sering disingkat DKI memang legenda lawak di Indonesia. Meski kedua personilnya sudah meninggal, tapi film - film mereka tetap dikenang dan diputar di televisi. 

Meski demikian saya punya pendapat bahwa beberapa adegan di film - film ini sungguh tak layan tonton terutama bagi anak - anak. Well, bukan berarti orang dewasa dengan bebas menontonnya hanya karena sudah berusia 18 tahun ke atas. 

Ketika itu saya bersama rombongan akan berangkat menuju Batam dari Tanjungpinang. Kami berangkat sore dengan menggunakan kapal ferry untuk menghadiri sebuah agenda jelang pemilu lalu. Rombongan terdiri dari 4 bapak - bapak dan 2 perempuan termasuk saya. 

Nah, seperti biasa di dalam kapal saya dengan teman perempuan satunya lagi memilih duduk agak jauh dari bapak - bapak. Biar sama sama nyaman. Mereka mengambil kursi deretan keempat dari depan. Sementara kami 6 kursi di seberangnya. Saat itu di layar tivi kapal sedang diputar salah satu film Warkop DKI. 

Karena akhir pekan, penumpang lebih ramai dari biasanya. Ketua rombongan memanggil kami agar duduk di belakang kursi mereka, supaya ga kejauhan kalo mau pesan sesuatu. Ya sudah saya dan teman bergerak. 

Di saat itulah kami baru menyadari tayangan yang diputar di layar tivi. Astaghfirullah sungguh tak layak diputar di tempat umum seperti itu. 

Salah satu adegan di film Warkop DKI dengan para perempuan yang hanya menggunakan bra dan celana dalam sedang berjoget - joget di tepi pantai. Adegan ini bukan hanya satu atau dua menit, mungkin kira - kira 15 menit sejak kami masuk ke kapal dan mencari tempat duduk hingga disuruh pindah. Ketika sudah duduk pun adegan masih berlangsung. 

Masya Allah entah siapa yang berani memutar tayangan tersebut. Entah dia tidak tahu atau memang sengaja, semoga Allah memberi hidayah pdanya. Di dalam kapal bukan hanya orang dewasa, tapi juga anak - anak. Menyuguhkan hal itu bukanlah hal yang pantas. 

Ingin sekali saat itu untuk protes pada kapten kapal, tapi sepertinya salah satu bapak - bapak sudah melakukannya. 

Hal inilah yang membuat saya kurang respek pada Warkop DKI. Dalam pikiran saya, bagaimana almarhum Dono dan Kasino mempertanggungjawabkan apa yang mereka perbuat di alam sana? Semoga mereka mendapat ampunan dari Allah SWT serta terus ada doa yang terkirim dari anak - anak dan istri mereka berdua untuk menerangi kuburnya. 

Wallahu'alam semoga kita terhindar dari hal - hal yang tidak bermanfaat.

Drama Konyol

Drama Cheongdam-dong Alice yang dibintangi oleh Moon Geun Yong dan Park Shi Ho adalah salah satu drama yang konyol dan menyebalkan.
Sebenarnya aku suka sama Moon Geun Young sejak dia tampil di Endless Love dan main keren di Cinderella's Step Sister. Wajahnya asik buat dilihat dan pokoknya menurutku dia keren.

Tapiiii di drama ini penampilannya beneran aneh banget. Rambutnya itu loh. Meski waktu main sama Jang Geun Seuk di Marry Me, Marry rambutnya lebih aneh lagi, tapi buatku penampilannya di drama itu super banget. Mungkin karena perannya di Cheongdam-dong Alice ini kali yaaaa.... Entah, ga suka aja hahaha

Walo dia dipasangin sama aktor tampan kayak Park Shi Ho, buatku buang waktu banget udah nonton drama ini -_- 

Friday, 25 July 2014

Ga Cuma Marshanda

Waaaah pada heboh ya di dunia maya soal Marshanda yang lepas jilbab dengan mengunggah beberapa foto dan videonya tanpa jilbab. Namanya juga artis papan atas ya ga lucu juga klo soal beginian ga bisa bikin heboh penghuni dunia maya seluruh Indonesia. Sayangnya kehebohan kali ini rada lebay. DI instagram Marshanda sendiri banyak banget komentar pedas yang sama sekali ga dibalas sama pemilik akun hehehe kasian. Malah pada kelahi dengan akun yang lain.

Nah, tiap orang punya sikap beda - beda dengan isu kali ini. Meski belum jadi trending topic di twitter, tapi yaa dengan melihat jumlah komenan di instagram dan media sosial lainnya, banyak pihak yang memberi perhatian toh. Termasuk saya.

Awalnya hanya mengamati perkembangan, ga terlalu baca berita, paling judul doang. Berkali - kali ngecek instagram barangkali ada foto terbaru yang diupload. Males sih mau buka video, sayang aja ama kuotanya hehehe Di twitter malah pedas pedas juga komenannya. Ada satu akun yang lumayan getol ngomentarin sampe bawa - bawa ketek mamaknya -_-

Di sini aku mau bilang agak ga pantes aja sih kita kasih komentar yang pedas - pedas soal perubahan seseorang. Bukannya mau ngebelain Marshanda yang sekarang lebih dikenal sebagai artis labil, tapi aku sedikit mencoba untuk bersikap menengah.

Gini, soal jilbab itu kan emang udah perintah wajib dari sono nya ya, dari Al Quran. Perintah Allah itu cuma bisa dikerjain kalo ada hidayah, ada iman atau keyakinan dalam diri. Kalo ga ada ya ga bisa. Jilbab gitu juga, mungkin sebagian orang akan pake karena terpaksa pada awalnya, tapi lama kelamaan kesadaran bahwa jilbab itu suatu perintah, suatu kebutuhan buat perempuan akan muncul.

Dari kasus Marshanda ini aku mencoba memahami apa yang sedang terjadi. Bukan pada Marshandanya, karena fenomena beginian ga cuma Marshanda yang ngalamin. Ada banyak perempuan berjilbab yang kemudian sekarang pake jilbab lagi. Atau yang dulunya pake jilbab gede sekarang jilbabnya udah sukses diet alias makin kecil.

Terlepas dari itu semua, hidayah itu milik Allah, hak prerogatif. Kita sih cuma bisa berusaha, yang kasih keputusan, kebijakan Allah juga toh. Orang yang hari ini baik belum tentu akan baik seterusnya sampe ajal menjemput. Kayak cerita pendeta Al Bishri yang beribadah sepanjang hidupnya tapi harus mati dalam keadaan tidak beriman hanya karena takut mati. Tapi belum tentu juga orang yang hari ini kita lihat berbuat kerusakan, kemaksiatan dan keburukan akan begitu seterusnya sampe mati. Bisa jadi di masa depan dia adalah orang yang punya ilmu dan amal yang lebih baik dari kita kan. Kalo yang beginian sih contohnya banyak. Mulai dari Umar bin Khattab sampe cerita pelacur yang masuk surga hanya karena memberi minum seekor anjing.

So, soal Marshanda ini mudah - mudahan kita ga berlebihan nge judge doi. Kasihan juga kan, mungkin dia sedang melewati tahap hidup yang keras sehingga bikin keputusan yang salah. Lebih baik mendoakan supaya dia kembali ke jalan yang benar. Emang sih bagi sebagian kita mikirnya dianya labil, padahal seorang ibu, motivator pula. Lho, tapi itu bukan jaminan kan buat seseorang untuk ga buat keputusan yang salah?

Ya muqollibal quluub tsabbits qolbi 'alaa diinika wa laa tho'atik
Wahai Dzat yang maha membolak balikkan hati, tetapkan aku dalam agamaMu dan dalam ketaatan kepadaMu

Musibah

Berapa lama ya ga nulis di blog? Keasyikan nge tweet and nulis status di facebook. Belakangan emang rada sok sibuk ga jelas.

Meski lebih sering di rumah tapi jarang nyentuh laptop. Bisa kebayang dong gimana nasib tugas akhir itu.

Rencananya emang mau bimbingan tapi berhubung sedang ada musibah di kampus ya pending dulu.

Minggu lalu dapat kabar kalo suaminya Kak Nova staf tata usaha meninggal karena sakit. Maut memang misterius. Pasangan ini kan baru menikah, belum sampe 3 tahun dan belum dikaruniai anak pula. Semoga bertemu di surga

Beberapa hari yang lalu juga. Salah satu peserta mentoring saya, yang namanya Nova juga ditinggal sang ayah kembali pada Sang Khalik.

Mendengar malam itu isak tangis nya lewat telpon bikin saya speechless. Ga tahu mau bilang apa agar dia lebih tenang. Cuma bisa minta dia untuk wudhu.

Saya ingat kejadian beberapa tahun lalu saat seorang peserta mentoring juga bernama Nadia. Malam itu kami terkejut mendengar ayahnya juga meninggal di Karimun.

Saat kami di kosnya, saya tak juga tak bisa berkata banyak. Hanya bisa memandangi punggung Nadia yang berbaring membelakangi kami, terisak menahan tangis.

Mungkin saya belum mengerti perasaan mereka. Ditinggalkan oleh orang tua yang dicintai. Pastinya ada perasaan menyesal bahwa belum bisa menjadi anak yang baik. Menyesal belum meminta maaf dan sebagainya.

Merasa kehilangan itu, saya sama sekali belum pernah merasakannya.

Beberapa kakek saya sudah meninggal. Paman dari pihak ayah juga sudah meninggal. Entah karena mungkin tidak merasa begitu dekat atau karena memang karena lainnya.

Ketika Amak sepupu saya meninggal, saya pikir saya akan menangis tersedu sedu. Tapi saya bahkan lupa apakah saya menangis atau tidak. Saya hanya bisa mengingat bagaimana itu pertama kalinya saya ikut membantu memandikan jenazah.

Ah iya rasa teramat sedih saya rasakan ketika Bu Asiah dan Agus Syafriadi meninggal.

Bu Asiah itu rekan kerja saat saya mengajar TK. Kedekatan itu terbangun begitu saja. Saat ditelpon bahwa beliau meninggal, saya tak percaya. Bahkan masih sempat menyelesaikan rapat di kampus saking tak percayanya. Barulah setelah maghrib di rumah almarhum, saat melihat jasadnya terbujur baru saya meledak. Allahumaghfirlaha warhamha wa’afihi wa’fu’anha.

Terakhir kali tahun lalu saat Agus meninggal. Adik kelas yang bahkan belum pernah saya temui. Begitu membaca kabar tentang di twitter air mata saya seperti tak mau berhenti mengalir.

Dan di sanalah pertemuan pertama sekaligus terakhir saya dengan Agus. Di mesjid Ganet ketika akan menshalatkannya. Jasad panjangnya terbujur di dalam keranda. Allahumaghfirlahu warhamhu wa’afihi wa’fu’anhu

Kepadamu yang telah ditinggalkan orang oramg tercinta bertakbirlah. Allah uji seseorang sesuai kemampuannya. Bersabarlah karena Allah menjanjikan surga bagi orang orang sabar.

Saat kesedihan dirasa berlarut larut ingatlah bahwa di luar sana ada banyak orang ditimpa musibah yang lebih berat daripada kita. Ada orang yang ditinggalkan oleh seluruh ahli keluarga dalam satu malam.


Semoga kita termasuk orang orang sabar dan dikumpulkan dalam surga Allah SWT

Wednesday, 23 July 2014

Pesantren Ramadhan Ceria bersama KAMMI di Numbing

Alhamdulillah di minggu ketiga bulan Ramadhan tahun ini saya dapat kesempatan untuk pergi ke Numbing bersama teman - teman PW KAMMI Kepri untuk mengadakan kegiatan pesantren di sana. Setelah sebelumnya di minggu kedua saya dapat semangat menghafal Al Quran dari pesantren rumah tahfidz. Maka sebagaimana yang Allah firmankan dalam surah Ar Rahman "Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan

Numbing adalah salah satu pulau kecil di sekitar pulau Bintan, Kepulauan Riau. Sayang saya belum dapat informasi yang lebih, yang saya tahu termasuk dalam kecamatan Bintan Pesisir, mohon maaf jika salah info. Di Polindes (Pondok Bersalin Desa) tempat kami menginap ada peta sederhana yang menunjukkan kondisi pulau. Kami berada di Dusun III pulau Numbing yang terletak di depan Pulau Gin Besar. 

Sebelumnya saya sudah pernah ke Numbing, tepatnya di Pulau Gin Besar untuk mengunjungi salah satu teman kami yang ayahnya meninggal. Pengalaman yang sangat mengesankan ketika itu saat saya pergi bersama Usup, Hatta, Yasril, Wira dan Apriandi. Menunggu pompong lewat hingga akhirnya memutuskan untuk menyewa pompong malam itu juga agar kami bisa pulang karena besoknya Hatta ujian. 

Awalnya kami tak tahu kalo ternyata jadwal pompong hanya sehari sekali. Jam 7 pagi dari Numbing ke Kijang dan terakhir adalah jam 12 siang dari Kijang ke Numbing.

KOndisi Numbing tempat kami mengadakan kegiatan ini sungguh memperihatinkan. Saya dengar di pulau ini mereka sangat kekurangan tenaga guru mengaji padahal masyarakatnya sangat membutuhkan. Ustadz pun hanya satu orang yang bertugas mengisi kultum Ramadhan. Belum lagi kondisi listrik yang hanya hidup dari pukul 18.00 - 22.00 WIB. Alhasil di atas jam 10 malam pulau ini sudah tak bercahaya kecuali beberapa rumah yang memiliki fasilitas genset. 

Tentu dengan kondisi seperti ini pemahaman masyarakat mengenai agama sangat kurang sehingga aktivitas sholat menjadi sesuatu yang aneh bagi sebagiannya. 

Kami berangkat hari Jumat pagi dan pulang minggu sore dengan menggunakan pompong yang ukurannya lebih besar dari pompong yang biasa kami gunakan untuk ke Pulau Penyengat. Ngobrol - ngobrol dengan bapak pompong harga pompong begitu bisa mencapai 30 juta rupiah. Wowwww sungguh mahal ditambah dengan solar yang mereka gunakan. Perjalanan kami tempuh dalam waktu satu jam sambil menahan nafas jika pompong terlalu oleh ke kiri dan ke kanan.

Di Numbing selama tiga hari itu ada beberapa kegiatan yang kami lakukan yaitu pesantren Ramadhan dan perlombaan untuk anak - anak, ta'lim ibu - ibu, buka puasa bersama dan penyampaian amanah dari para donatur dalam bentuk sembako kepada masyarakat yang layak membutuhkannya. 

Pesantren Ramadhan kami laksanakan hari Sabtu dari pagi hingga sore dengan kami panitia sebagai pengisi acara. Cukup melelahkan terutama dengan kondisi anak - anak yang saya sendiri kehabisan akal untuk mengendalikannya. Acara kami isi dengan memberikan penjelasan kepada anak - anak mengenai aqidah, ibadah dan akhlak. Tentu dengan selingan permainan dan cerita menarik dari masing masing pengisi acara. Saya berharap apa yang kami sampaikan mampu tersimpan dalam memori mereka. 

Taklim ibu - ibu kami adakan di sore Sabtu itu. Awalnya agak pesimis akan banyak ibu - ibu yang hadir karena menurut mereka ini adalah waktunya para ibu membuat kue di rumahnya. Tapi Allah selalu memilihkan yang terbaik. Meski tak banyak tapi para ibu ini cukup antusias dengan Kak Kimi yang ditugaskan untuk mengisi sore itu. 

Sementara mesjid digunakan untuk taklim para ibu, anak - anak di arahkan mentoring dengan teman - teman KAMMI yang sudah ditunjuk dalam rapat kordinasi. Untuk lokasi mentoring diserahkan pada mentor. Ada yang memilih untuk mentoring di kuburan (karena memang lokasi kuburan dekat sekali dengan mesjid dan rumah penduduk), di bawah pohon dan di atas sampan penduduk. 

Esoknya di hari Minggu kami mengadakan perlombaan untuk anak - anak di antaranya lomba azan, membaca surah pendek, lomba membaca doa sehari - hari (bukan seharian ya hhehe) dan lomba dai/ah. Alhamdulillah terlaksana dengan baik. 

Sembako dibagikan di acara penutupan kepada masyarakat yang layak menerimanya. Semoga harta yang dkeluarkan para donatur mendapat balasan dari Allah SWT dan dilipatgandakan rezekinya. Seperti kata Kak Ramli, kami ke sana hanyalah penyampai amanah para donatur.

Satu hal kocak saat acara penutupan yang dilakukan Adrian yang saat itu bertugas jadi MC. Di akhir acara ingin menutup dengan pantun, apa lah daya dia lupa dengan isinya
"Masyarakat Numbing orangnya ramah....(terdiam) duh saya lupa, ga jadilah" 
Hahahah kontan yang di dala mesjid langsung tertawa. Ada ada saja :) 

Ba'da ashar kami bersiap untuk kembali ke Tanjungpinang. Sbeelumnya kami pamit ke warga. Ah sedih juga meninggalkan Nenek Satimah yang kembali sendiri. Beliau menangis saat Kak Ramli dan rombongan ikhwan datang ke rumah. Para akhwat pun tak bisa menahan air mata, ikut ingat pada keluarga yang di kampung juga. Kami juga pamit pada pak RT dan istri serta Atok tempat ngumpulnya Yasril dkk. Juga ibu di rumah kuning tempat menumpang mandinya para akhwat.
di rumah Atok

Perjalanan pulang rupanya agak lebih ektrim daripada ketika kami datang. Ombaknya lebih besar sehingga pompong yang kami naiki bergoyang lebih dahsyat hingga teman teman yang duduk di belakang basah kuyup. Zeey, Kak Kimi dan Isti harus menahan untuk tak duduk selama beberapa menit hingga kami masuk ke daerah laut tenang. 

Alhamdulillah pukul 17.30 WIB kami sampai di pelabuhan dekat Barek Motor, Kijang. Saya pikir Rian tak datang rupanya sudah stand by. Kami pun menuju taman kota Kijang untuk buka puasa bersama. EH iya mesjid nya sudah jadi. ALhamdulillah karena terakhir kali berkunjung mesjid ini masih dalam tahap pembangunan. Sekarang meski belum selesai semua tapi sudah bisa digunakan untuk sholat. 

Jelang azan Isya kami pun membubarkan diri. Karena saya, Rafika, Fatma dan Kak Ramli tidak bawa motor, kami diantar oleh Rian ke Tanjungpinang. Kata Rian biasanya dia ke Tanjungpinang dalam waktu tiga menit. Oalaaaah ini saya salah dengar atau gimana. Ga kebayang berapa kecepatan, tapi berhubung ini malam mobil pun dikendarai dengan normal hahaha.... 

Pukul 20.00 WIB kami sampai di sekretariat KAMMI di sebelah swalayan PInang Kencana. Semoga kegiatan yang kami lakukan mendapat ridho dari Allah SWT. 

Berikut personil KAMMI yang ikut ke Numbing 
Ikhwan : 
1. Ramli Muasmara 
2. M. Heryandi
3. Yasril
4. Wira Rikho Sandhi
5. M. Hatta
6. Alek Riyadi
7. Adrian
8. Rian Hidayat
9. Deni Triyanto 
10. Wendy Purnomo

Akhwat :
1. Kimiatis Sa'adah
2. Hadijah
3. Zulfahriani
4. Nurul Azizah
5. Fatmawati
6. Rafika Afriyanti
7. Nusantari 
8. Istiawati Susalli

Wednesday, 16 July 2014

Mentoring Rumah Tahfidz

Minggu kedua bulan Ramadhan tahun ini diminta buat ngisi mentoring salah satu kelompok di pesantren kilatnya Rumah Tahfidz. Wowww kalo udah ngomongin rumah tahfidz pastinya ngafal Quran. Sesuatu yang bikin saya pengen gali lubang saking malunya dengan jumlah hafalan yang ada sekarang -_- 

Sebelum masuk ruangan nih yang saya pikirkan itu peserta mentoringnya bakalan usia remaja SMP dan SMA. Namun ternyata pemirsah, hampir seluruhnya anak - anak SD yang lagi aktif - aktifnya gerak sana sini. Ou em jiiiii..... 

Sebagai orang yang belum punya jam terbang tinggi untuk mentoring anak SD, saya galau luar biasa. Gimana harus menghadapi anak - anak itu. Ketika saya datang di lokasi yang mereka lakukan adalah berlarian ke sana kemari. Hati saya melongo (he?) 

Pas briefing, Kak Tia yang juga pengurus rumah tahfidz ngasih arahan apa yang harus kami lakukan.Ou ou ouuu mentoring kali ini cukup bikin saya pusing kepala hahaha.... So, fungsi mentor kali ini adalah sebagai tempat setoran hafalan Quran anak - anak ini hehhee.... Surah wajib yang mesti setor tiap kali mentoring adalah Surah Al Waqi'ah (56) plus 10 hadits

Jujur saya langsung pasang tampang kosong. Al Waqi'ah? Surah ini pernah saya coba untuk menghafalnya tapi ga sampe selesai. Itu pun karena untuk memenuhi persyaratan untuk ikut DM3 yang juga ga jadi berangkat karena ga lulus hahahaha.... Alhasil berangkat ga jadi hafalan pun ga pernah diulang dan kemudian menghilang -_-

Pertemuan pertama yaaa perkenalan aja. Bingung juga gimana mau main perkenalan. Tapi untunglah sebelum nya saya sempat searching beberapa permainan dan cerita humor untuk bahan mentoring.

Pusingnya ketika Iffa yang masih TK itu ternyata masuk di kelompok saya. Anaknya Ustadz Rully ini memang sungguh 'cerewet'. Pertanyaan yang dia lontarkan suka bikin kita pelanga pelongo dan harus pinter jawabnya, kalo engga malah dia remehin. Duh!!

Ada pula Si Caca anaknya Pak Alfin. Hampir akhir pertemuan dia bahkan ga mau liat sama sekali dan milih untuk cemberut karena udah ga tahan pengen nonton video -_- padahal yang lain juga pada belum kelar. Tapiiiiiii syukurlah kemampuan saya untuk bercerita ketika ngajar TK masih nangkring di tempatnya. Sukses bikin dia ketawa dan ngelupain video dengan cerita kacang.

Beberapa anak SD kelas 4 di kelompok saya emang bikin saya keki. Hari kedua mentoring mereka udah ngafalin itu surah sampe ayat 10. Padahal saya di rumah mati matian ngafalin setengah halaman dengan pemikiran mereka ga bakalan ngafal sampe situ. Eeeeh namanya otak anak - anak masih fresh buat hafal.

Alhasil hari terakhir meski Vani dan Aisy sudah hampir mencapai target hafalan saya. Daebak!!! Saya pikir saya harus menyelesaikan hafalan itu hingga ayat ke 96. Hwaaaah...... Mungkin ada anak - anak di kelompok lainnya yang sudah kelar menghafal surah ini dalam waktu seminggu.

Ada satu hari di mana rasanya anak - anak itu begitu sulit untuk dikendalikan. Maunya mereka keinginannya diikutin. Duh ga bisa mesti punya aturan. Satu hari saya biarkan mereka melakukan apa yang mereka mau. Lari sana sini ya terserah walo mesti muter mata. Tapi hari berikutnya ketika mereka minta lagi untuk ke kolam renang, ah saya pikir enak aja. Sini, setor hafalan dulu baru kita ke kolam hehehehhe 

Tak rugi ikut berpartisipasi di pesantren rumah tahfidz ini. Hafalan dan semangat untuk terus menambah hafalan itu digenjot. Apalagi setelah kejadian Palestina yang dibombardir Israel seminggu belakangan ini. Saya pikir mengutuk perbuatan mereka itu emang penting, tapi ada satu hal keren yang ga boleh kita lupa yaitu semangat menghafal Quran nya anak - anak Palestina.

Melihat anak - anak rumah tahfidz saya makin yakin dengan masa depan Indonesia. Apalagi di televisi sekarang ada beberapa program yang menampilkan anak - anak yang sudah menghafal juz 30. Muantap!!

Belum lagi gerakan di seluruh Indonesia di mana para ustadz dan orang - orang soleh mulai berlomba mendirikan pesantren buat para penghafal Quran. Ada juga yang bikin camp buat menghafal Quran. Subhanallah kan ya..... Insya Allah anak - anak inilah yang akan mengisi pos pos penting untuk kemajuan Indonesia.

Eh iya ga ketinggalan nih, pastinya para orang tua yang sering menyaksikan fenomena ini akan terketuk hatinya insya Allah untuk menjadikan anak - anaknya penghafal Al Quran. Rumah tahfidz sudah bertebaran di mana - mana. Lulusannya pun sekarang tak sulit untuk ditemukan.

Mudah - mudahan saya dan termasuk kamu yang membaca tulisan ini juga terus bersemangat untuk menghafal Al Quran dan mengajarkannya pada anak - anak kita. Eh berhubung saya belum punya anak, proyek pertama nya adalah Kalisa anak sepupu yang saban hari dititipkan di rumah.

Bismillah.....