Masih tentang KAMMI Kepri yang meninggalkan bekas begitu dalam (asikk!)
Tanggal 13 - 15 September 2008 kuikuti Dauroh Marhalah 1 di Asrama Haji Tanjungpinang oleh KAMMI Komsariat STAI Miftahul Ulum. Dengan jumlah peserta 30 akhwat dan 6 orang ikhwan kegiatan dilaksanakan selama tiga hari di bulan Ramadhan. Penuh berkah dan begitu menyenangkan untuk ditulis.
Kebetulan saya dan beberapa orang akhwat sedang diberikan keringanan untuk tidak melaksanakan puasa. DI jam istirahat, saat semua peserta dan panitia ke mesjid kami pun serempak keluar diam - diam untuk sekedar membeli minuman dan minum bersama di belakang gedung. Hahaha ada rasa khawatir juga klo ketahuan pantia.
Di sinilah saya berjumpa dengan akhwat - akhwat cantik yang dengan ramah melayani kebutuhan peserta dan selalu tersenyum setiap kali berpapasan.
Setelah mengikuti alur pelatihan awal, dimulai lah hari - hari kuliah diisi dengan aktivitas di KAMMI yang ternyata selalu ada tiap minggunya. Inilah yang saya cari dan sesuai pilihan. Begitu masuk kampus, salah satu kriteria organisasi yang saya inginkan adalah memilki kegiatan setiap minggunya. Bukan hanya saat ada momen tertentu.
Karena bukan merupakan pengurus di komisariat, kegiatan yang saya jalani di awal berkutat pada agenda mingguan dan agenda 'ikut-ikutan' ala saya. Memasuki tahun 2009 intensitas pertemuan dengan mereka yang ada di KAMMI semakin tinggi. Hampir tiap minggu ada sms masuk untuk ajakan rapat, kajian dan lainnya. Woww alhamdulillah selama itu saya mendapat kemudahan untuk mengikuti segala aktivitas. Mulai dari kemudahan waktu hingga kemudahan kendaraan.
Menjadi Pengurus Komisariat
Saat ditawari untuk masuk dalam kepengurusan, saya tak dapat memilih dan menyerahkannya pada ketua. Terserah saya mau ditaruh di mana, insya Allah saya coba. Kemudian untuk pertama kalinya, Departemen Kajian Strategis menjadi sarana untuk mengembangkan diri.
Ah, pada mulanya saya sama sekali tak mengerti apa yang harus dikerjakan, jadi hanya ikut - ikut senior duduk dalam rapat sembari mendengarkan dan memahami apa yang mereka bicarakan. Alhamdulillah saat itu sering diajak Kak Iin untuk menemani beliau ikut rapat pengurus daerah. Ajakan ini bermula karena kekhawatiran beliau hanya akan rapat berdua dengan kadep karena memang jarang yang bisa hadir full. Lagipula saat itu Kak Iin satu - satu akhwat dalam Departemen Kastrat KAMMI Daerah.
Dari apa yang mereka bicarakan ada pemahaman yang saya dapatkan tentang apa itu Kastrat, apa saja yang seharusnya diprogramkan oleh Kastrat. Sip, mungkin bisa dicobain di komisariat.
Belum sempat saya mencobakan apa yang didapatkan, terjadilah Musyawarah Komisariat Luar Biasa yang saat itu harus dilakukan demi 'kesehatan' Komisariat dan Daerah. Akibat dari Muskomlub ini saya dipindahkan untuk menjadi pengurus kaderisasi komisariat. Walah, departemen apa lagi ini?
Dulu, yang saya pahami mengenai kaderisasi, ia merupakan departemen terPENTING dalam tubuh KAMMI. Di dalamnya dibutuhkan orang - orang yang dapat dipercaya dan handal karena ia merupakan departemen tersibuk sejagat raya. Saat itu saya pikir, mengapa pula ketua ini menempatkan saya di kaderisasi sementara semua orang tahu bahwa saya adalah akhwat ceplas ceplos yang tak tahu aturan. Apa mereka tak mempertimbangkan bahwa bisa jadi suatu hari nanti ada rahasia kaderisasi yang saya bongkar.
|
Kenang - kenangan |
Rupanya kaderisasi adalah departemen yang menarik, tak hanya ditinjau dari tupoksinya tapi juga orang - orang yang menjadi rekan - rekan saya ketika itu. Saya pikir, kami pastilah departemen paling kompak seantero Kepri sampai - sampai ketika ketua departemen kami mengundurkan diri karena harus keluar daerah, rasa sedih tak bisa ditutupi. Sebagai kenang - kenangan, kami berlima patungan untuk memesan sekedar gantungan kunci yang tertulis nama - nama pengurus.
Kami sepakat untuk menjadikan itu gantungan kunci yang harus disematkan di tas yang selalu dibawa. Pernah salah satu dari kami lupa, entah di mana ia taruh gantungan kunci itu. Hadeeeh untunglah bisa ketemu lagi.
Menjadi Pengurus KAMMI Daerah
Pertengahan 2010, datanglah 'perintah' agar saya dipindahkan ke kepengurusan KAMMI Daerah yang saat itu memang sangat 'kurus'. Yah namanya juga jalan dakwah, ada yang datang dan pergi. Ada yang bertahan, ada pula yang tak sanggup mengikuti perputaran roda itu, kata teman suatu hari.
Menerima hal ini kami di kaderisasi komisariat langsung mengajukan penolakan melalui ketua kaderisasi dan ketua umum. Secara pribadi saya minta agar saya masih bisa bertahan di kaderisasi komisariat. Selain merasa belum kapabel menjadi pengurus daerah, saya pun enggan untuk bergabung dengan orang - orang KAMMI Daerah yang 'seram - seram' itu.
Pernah suatu hari saya diminta untuk bantu - bantu kepanitian kegiatan pengurus daerah. Di hari rapat pas absen tiba - tiba ketua umum berkata, "Oke ini semua orang kamda kan. Lah ini satu anak komsat, ngapain?". Saat itu juga pengen tenggelam di dalam jilbab lebar para akhwat (tahun 2010 jilbab yang saya pakai belum melewati bahu). Anak komsat nyelit -___________-
Malang tak dapat ditolak, untung tak dapat diraih. Instruksi tetap instruksi, surat keputusan pun keluar, saya diminta untuk bantu - bantu menjadi humas KAMMI Daerah Kepri. What?????? Humas????!!!!!!!
Kalau lah bisa nyungsep, saya mau nyungsep di kolong meja atau di manapun agar tak ada yang bisa melihat. Mendengar kata humas, saya langsung mengkeret. Memang awalnya tak tahu tentang humas, sesuai pemahaman SMA yang cetek, yaaaah humas kayak bikin mading dan lain - lain. Ternyata bukan!
Humas itu corongnya ketua umum, pemberi kabar kepada masyarakat tentang KAMMI, siapa dan apa yang dilakukan KAMMI. Humas bertugas untuk mencitrakan KAMMI di kampus dan di masyarakat luas. Glek!! Apa - apaan orang - orang ini memberi amanah sembarangan.
Bulan Juni 2010 saya mulai menjalani hidup sebagai seorang humas (jiaaaah, menjalani hidup). Setelah rapat pengurus harian, rupanya saya diback up oleh Kak Jamhur sebagai ketua Kastrat ketika itu. Wah ini hebat, saya bisa bekerja sama dengan dia, kata pengurus yang lain beliau kalau merancang demonstrasi nomor satu. Tak hanya itu Pak Noi sebagai ketua kamda langsung menyuruh saya untuk membaca buku Edo Segara, Humas Gerakan sebagai panduan dalam bekerja. Mungkin beliau tak mau capek - capek menjelaskan ini dan itu tugas yang harus saya kerjakan, lagipula sudah ada tupoksi tertulis. Intinya, saya diminta untuk baca semua yang ada.
Karena seorang humas dituntut untuk tahu seluk beluk organisasi, maka mulai saat itu saya menelan apa - apa yang berhubungan dengan KAMMI, khususnya Kepri. Sejarah, konstitusi, manhaj dan hal lainnya. Meskipun tak memahami keseluruhannya, namun dari sanalah awal pemahaman tentang KAMMI itu menggerogoti otak.
Menjadi seorang humas menjadi semakin menarik ketika Dachroni, yang saat itu memang berprofesi sebagai jurnalis kampus yang juga pengurus daerah KAMMI Kepri menggodok kami habis - habisan melalui mentoring kepenulisan. Beliau tampaknya ingin agar ada di antara para pengurus yang bisa mengeluarkan pendapat melalui tulisan. Mentoring yang menyenangkan sekaligus menyebalkan. Bagaimana tidak, jika kami tak menulis maka mulailah sindiran - sindiran dan provokasi menulis bertebaran di telinga saya, baik melalui lisan hingga ke pesan singkat bahkan ke status di sosial media.
Silaturahim Membawa Berkah
Yang paling saya senangi ketika menjadi humas di tahun 2010 hingga 2011 adalah agenda silaturahim yang kami jalani. Saya beruntung termasuk salah seorang akhwat yang hampir tak pernah absen dalam agenda - agenda begituan.
Silaturahim pertama yang saya ikuti ialah mengunjungi Rektor UMRAH, Bapak Maswardi Amin. Saya ingat betul perjalanan menuju kampus UMRAH ketika itu. Hanya tiga orang yang mengikuti agenda ini, saya, Pak Noi dan Dachroni. Setelah tak ada lagi pengurus yang muncul hingga waktu yang disepakati, kami pun berangkat dengan motor ke Senggarang. Saat itu hujan dan saya harus berusaha agar tak ketinggalan dua orang ikhwan itu. Bukan main lajunya motor yang saya bawa ditambah jalan yang licin. Sepanjang perjalanan, saya mengomel sendiri, ini orang apa ga tau ada akhwat yang ngikutin dari belakang? Atau menganggap saya ini pembalap yang bisa mengimbangi kecepatan mereka -_-
Alhamdulillah kami sampai dengan selamat dan disambut hangat oleh Rektor di ruangannya yang nyaman dan luas itu. Silaturahim itu merupakan pembelajaran pertama bagi saya, cara menyapa tokoh, cara berbicara dan poin poin yang disampaikan. Intinya fokus pada tujuan silaturahim dengan diselingi guyonan. Kasihan juga ketika itu pada Dachroni, tampaknya beliau digesa untuk jadi jubir oleh Pak Noi yang nyengir - nyegir, sementara saya hanya diam dengan muka polos mencoba memahami apa yang dibicarakan.
Silaturahim berikutnya lebih intens dilakukan pada bulan Ramadhan di mana hampir setengan pengurus sudah tak lagi di Tanjungpinang. Sore saya mendapat sms jarkom dari ketum untuk ikut silaturahim ke rumah tokoh setelah sholat Tarawih. Wah ga salah nih malam - malam. Tapi saya ikuti saja, moga menjadi tambahan ilmu.
Lagi - lagi yang sampai di tekape duluan kami bertiga, ketika ditanya mana akhwat yang lain, saya memilih berkata tak tahu karena biasanya mereka juga jarang untuk hadir. Karena tak ada lagi yang menyusul malam itu kami pun meluncur ke rumah yang dimaksud.
Begitu di ruang tamu, saya agak ragu - ragu mau duduk di mana karena sang istri pun belum keluar untuk mempersilahkan saya untuk duduk di dalam. Ya sudah, saya duduk bersama para ikhwan itu, toh biar nanti dapat informasi yang sama.
Selagi kami mengobrol, mulai muncul satu per satu pengurus yang lain dan mengambil tempat di ruang tamu. Wah saya mulai risih, apa ga apa - apa kalau saya duduk satu ruangan dengan mereka. Lagipula istri bapak itu juga tak mengajak saya ke dalam. Sekali lagi, saya tetap bertahan.
"Fokuslah pada pemeliharaan kader" demikian pesan beliau kepada kami.
Alhamdulillah meskipun saat itu sudah malam dan rasanya tak ahsan bagi akhwat, saya berpikiran lain. Mungkin tak banyak akhwat yang berkesempatan sama seperti yang saya dapatkan. Ada perbedaan mendasar ketika saya berkumpul dengan akhwat dan saat berkumpul dengan ikhwan. Mulai dari bobot hingga fokus pembicaraan. Alhamdulillah banyak pembelajaran yang saya dapatkan dari silaturahim
Tak hanya di Tanjungpinang, agenda silaturahim rupanya berlanjut ke Batam, pulau seberang. Di hari itu berangkat untuk mengunjungi beberapa tokoh yang ada di Batam. Luar biasa, lain tokoh lain pembahasan dan lain pula cara pendekatannya. Namun satu hal yang tidak saya suka adalah ketika saya harus duduk di dalam bersama istri tokoh. Duh informasi yang saya dapatkan nanti pasti berbeda.
Musyawarah Daerah Maret 2011
Biarkan saya bercerita uniknya pengurus jelang Musda 2011. Para pengurus mulai menyusun laporan pertanggungjawaban masing - masing mulai dari tahun 2009 hingga 2011. Karena kepengurusan telah mengalami reshuffle beberapa kali, maka kami pun diminta untuk mencari data dari kepengurusan sebelumnya.
Selain membuat LPJ, para pengurus pun sibuk mengurus pelaksanaan Musda yang terdiri dari rangkaian kegiatan, mulai dari Lomba Memasak hingga Seminar yang menjadi puncak acara. Dan beberapa hari jelang hari H para pengurus dikumpulkan untuk bersama - sama menyelesaikan laporan pertanggungjawaban yang ribetnya segunung itu. Karena saya masih baru, maka laporan yang saya buat tentu tak sebanyak pengurus yang lain. Mungkin hanya repot ketika mengumpulkan data dari pengurus lama. Sungguh menyenangkan.
Hari Musyawarah Daerah itu pun tiba. Luar biasa atensi dari kader komisariat yang saat itu hadir di acara pembukaan Musda di Hotel Comfort.
Oh ya, saya pikir ini pertama kalinya KAMMI Kepri mengadakan acara di hotel mewah. Mungkin dengan bantuan Allah dan ikhtiar kawan - kawan juga maka kegiatan dapat diselenggarakan. Ingat betul dalam kepala saya ketika ikut ketum dan yang lainnya untuk lobi - lobi harga dengan manager, Mbak Maria. Ahahaha perempuan cantik, berharap suatu hari beliau mendapat hidayah (Amiiiin)
Jumlah kader komisariat yang hadir di acara pembukaan benar - benar di luar ekspektasi saya. Mereka dengan semangat luar biasa menghadiri pembukaan dengan berpakaian batik. Bahkan dari Batam pun tak ingin ketinggalan momentum tersebut.
Sidang demi sidang dalam Musda pun kami lalui, dan ini merupakan pelajaran yang sangat berharga untuk saya pribadi yang berkesempatan untuk hadir. Berkesempatan untuk menjadi bagian dari kepengurusan 2009-20011 meski tak lebih dari 7 bulan
Kepengurusan Baru Maret 2011
Perjuangan belum berakhir, tahun 2011-2013 menanti untuk kami para pengurus KAMMI Daerah Kepri. Kepengurusan yang baru pun dibentuk dan saya mendapat amanah untuk menjadi sekum. Hadohhh!! Tak banyak protes, karena di mana pun ditempatkan saya mulai niat untuk mencoba, barangkali akan ada pelajaran baru lagi setelah ini.
Menjalani kepengurusan baru bukan tanpa aral melintang, ah tapi tulisan kali ini bukan untuk menceritakan kesulitan itu (lain kali). Yang dapat saya katakan adalah sungguh menyenangkan bisa menjadi bagian dari mereka. Benar - benar suatu nikmat yang tak dapat saya ingkari. Allah dengan keMahaKuasaanNya telah menggariskan jalan hidup saya untuk berada di tengah - tengah orang - orang ini.
Akhir tahun 2012, reshuffle kembali diadakan dan saya ditempatkan di Biro Kesekretariatan, alhamdulillah. Tugas yang tak jauh berbeda, karena nampaknya saya tak bakat untuk jadi Sekum apalagi Ketum. Kerja - kerja di belakang layar meski tak maksimal saya jalankan.
Meski berjalan terseok, kepengurusan ini pun mencoba bertahan dengan me-reshuffle sekali lagi kepengurusan demi kesehatan organisasi, maka terlemparlah di Bidang Pemberdayaan Perempuan, bidang yang betul - betul jauh dari keseharian.
Sebelum membuat surat keputusan itu, saya minta ketum untuk berpikir ulang menempatkan saya di sini. Bukan apa - apa, saya hanya merasa tak cocok. Mungkin jika ada bidang pemberdayaan laki - laki, saya lebih cocok di sana -_-
Tapi ketum tak mau tahu, pikirnya inilah waktu untuk saya untuk bersikap dan bertindak menjadi orang dewasa, berpikiran dewasa (jadi selama ini saya cuma anak kecil). Tak ingin protes lebih lama, karena hanya kekalahan yang saya dapatkan setiap berargumen dengan beliau, amanah itu saya terima (dengan setengah hati). Mulailah menjalankan dua amanah hingga akhir kepengurusan.
Selalu ada hikmah dan pelajaran dalam setiap amanah yang saya terima, meski sedikit namun inilah harta berharga milik saya.
Meski di tengah perjalanan ada beberapa pengurus yang tak bersama kami hingga akhir April nanti namun saya yakin perjuangan mereka telah dicatat oleh Allah SWT. Dan hanya Allah lah yang bisa membalas setiap tetes keringat, setiap rupiah, setiap detik hingga setiap percikan perasaan, pikiran dan tangisan mereka untuk terus bersama di KAMMI Kepri.
Di akhir catatan ini saya ingin mengucapkan terima kasih kepada seluruh pengurus daerah dan komisariat, Tanjungpinang, Batam dan Bintan yang telah membersamai dan berusaha bertahan di KAMMI Kepri meski dalam kondisi terbatas. Kepada Pak Noi, Pak Roni, Kak Dachroni, Kak Jamhur, Kak Budi, Kak Dwi, Kak Mega, Kak Rika, Kak Juliana, Kak Pura, Kak Neni, Kak Ani, Kak Iin, Redha, Kak Harakie, Kak Yudis, Kak Dani, Kak Hendri, Kak Endri, Kak Tari, Kak Mila, Kak Ivan, Kak Ramli, Kak Luluk, Kak Indira, Kak Kimi, Kak Kartini, Kak Juang, Kak Mashita, Puri, Mahfud, Idhar, Kak Fatma, Kak Ros, Erpa, Eka, Beni dan Apriandi
Saya, Nurul Azizah memohon ampun kepada Allah SWT atas ketaksempurnaan dalam menjalankan amanah di KAMMI Kepri karena saya bukanlah makhluk yang sempurna. Kepada kawan - kawan saya minta maaf atas kekhilafan dan ketidakoptimalan serta tak maksimalnya diri saat menunaikan amanah. Juga atas interaksi yang berlebihan yang mungkin meninggalkan luka dan kesan yang tak berkenan di hati kawan - kawan sekalian. Lisan yang tak terjaga, sikap yang kasar dan hati yang suci mohon dimaafkan.
Tulisan ini bukan tulisan perpisahan, hanya sebagai bahan untuk evaluasi selama perjalanan bersama KAMMI Kepri. Harapan selalu ada untuk kepengurusan 2013-2015 yang akan datang. Jika masih dipercayakan menjadi pengurus insya Allah akan berusaha melakukan yang bisa dilakukan. Jika pun tidak maka ini saatnya regenerasi dan memaksimalkan pewarisan.
Mengutip satu kalimat dalam buku Mengapa Aku Mencintai KAMMI "Karena berkontribusi di KAMMI tak harus memiliki amanah"