Monday, 26 November 2012
Tuesday, 13 November 2012
Bunda Itu
Suatu hari aku diminta untuk mengambil undangan ke rumah seorang aktivis LSM di Kepri. Ia adalah seorang yang sudah tua, kurasa umurnya sudah mencapai 70 tahun. Namun dengan umur segitu, aku salut karena setiap bertemu beliau di sebuah acara seminar atau dialog kedaerahan yang dihadiri oleh pejabat - pejabat dan juga tokoh - tokoh masyarakat, ia selalu ada dan selalu mengkritisi pemerintah.
Dia selalu menyuarakan pada pemerintah, mengingatkan bahwa Kepri sudah terbentuk sekian tahun lamanya, namun kesejahteraan belum juga merata. Woooww ini orang tua yang idealis dan kritis, begitu pikirku.
Hari itu aku pergi ke rumahnya. Dia bilang rumahnya ada kantor di sebelahnya. Rupanya dia pengelola sebuah LSM yang cukup sering kudengar kiprahnya di Kepri. Begitu memasuki kantor kecil itu, yang kulihat adalah tumpukan buku di lemari dan meja - meja. Di sudut ruangan panjang itu ada lemari buku yang penuh dengan buku entah apa namanya aku pun tak tahu, yang jelas buku - buku yang sudah tua. Di depan lemari itu ada tumpukan koran harian bermacam - macam. Di dinding ruangan tersebut ada tertempel berita tentang pelantikan pejabar eselon dan susunan kabinet Kepri yang entah tahun berapa, tapi kurasa masih baru karena beberapa di antaranya ada yang kukenali
Hmmm pantas ia begitu kritis di forum. Rupanya ini yang dikerjakan orang tua itu setiap harinya, kataku dalam hati. Di dinding lainnya aku melihat beberapa foto - foto beliau dengan beberapa pejabat di acara yang berbeda - beda. Ada pula foto - fotonya bersama teman sejawat. Ah, semua pernah muda ya :)
Dalam hati aku bergumam, sayang sekali, beliau orang yang cerdas dan pastinya tidak melewatkan satu hari pun untuk membaca dan memperhatikan kondisi kekinian. Namun, secara keislamannya belum begitu baik. Kerudung yang hanya seadanya membuatku miris bahwa ia belum sempat bertobat padahal sudah setua ini. Ah, siapa yang tahu. Mungkin di mata Allah ia lebih baik, kataku mencoba berpikir positif tentang orang tua itu.
Di meja kerja aku melihat beberapa kertas yang belum tersusun rapi, nampaknya ini adalah hari - hari sibuk sehingga tak sempat membereskan meja. Ada asbak rokok besar dengan beberapa puntung rokok di dalamnya. Hmmmm mungkin rokok sang suami.
Puas melihat - lihat ruangan kecil itu, aku duduk tenang menunggu si Ibu menyelesaikan makan malamnya. Kryuuukk... Duh perutku lapar. Teringat pada mie rebus yang sedang dimasak oleh Kak Nur di kosnya untukku malam ini. Kupikir hanya sebentar jadi kutinggalkan sejenak kosnya untuk mengambil undangan
Dia selalu menyuarakan pada pemerintah, mengingatkan bahwa Kepri sudah terbentuk sekian tahun lamanya, namun kesejahteraan belum juga merata. Woooww ini orang tua yang idealis dan kritis, begitu pikirku.
Hari itu aku pergi ke rumahnya. Dia bilang rumahnya ada kantor di sebelahnya. Rupanya dia pengelola sebuah LSM yang cukup sering kudengar kiprahnya di Kepri. Begitu memasuki kantor kecil itu, yang kulihat adalah tumpukan buku di lemari dan meja - meja. Di sudut ruangan panjang itu ada lemari buku yang penuh dengan buku entah apa namanya aku pun tak tahu, yang jelas buku - buku yang sudah tua. Di depan lemari itu ada tumpukan koran harian bermacam - macam. Di dinding ruangan tersebut ada tertempel berita tentang pelantikan pejabar eselon dan susunan kabinet Kepri yang entah tahun berapa, tapi kurasa masih baru karena beberapa di antaranya ada yang kukenali
Hmmm pantas ia begitu kritis di forum. Rupanya ini yang dikerjakan orang tua itu setiap harinya, kataku dalam hati. Di dinding lainnya aku melihat beberapa foto - foto beliau dengan beberapa pejabat di acara yang berbeda - beda. Ada pula foto - fotonya bersama teman sejawat. Ah, semua pernah muda ya :)
Dalam hati aku bergumam, sayang sekali, beliau orang yang cerdas dan pastinya tidak melewatkan satu hari pun untuk membaca dan memperhatikan kondisi kekinian. Namun, secara keislamannya belum begitu baik. Kerudung yang hanya seadanya membuatku miris bahwa ia belum sempat bertobat padahal sudah setua ini. Ah, siapa yang tahu. Mungkin di mata Allah ia lebih baik, kataku mencoba berpikir positif tentang orang tua itu.
Di meja kerja aku melihat beberapa kertas yang belum tersusun rapi, nampaknya ini adalah hari - hari sibuk sehingga tak sempat membereskan meja. Ada asbak rokok besar dengan beberapa puntung rokok di dalamnya. Hmmmm mungkin rokok sang suami.
Puas melihat - lihat ruangan kecil itu, aku duduk tenang menunggu si Ibu menyelesaikan makan malamnya. Kryuuukk... Duh perutku lapar. Teringat pada mie rebus yang sedang dimasak oleh Kak Nur di kosnya untukku malam ini. Kupikir hanya sebentar jadi kutinggalkan sejenak kosnya untuk mengambil undangan
Wednesday, 7 November 2012
Allah SWT Mencintai Nurul Azizah
Nurul Azizah Mencintai Allah SWT
Allah SWT Mencintai Nurul Azizah
Nurul Azizah dan Allah SWT Saling Mencintai
Bukti cinta Allah SWT terhadap Nurul Azizah
Allah SWT memberikan segala kemudahan dalam kehidupan Nurul Azizah sehingga ia bisa menjalankan kehidupannya dengan baik. Nurul Azizah dipilih oleh Allah SWT untuk lahir dari keluarga sederhana tapi bahagia dengan kedua orang tua yang penuh tanggung jawab mengasuh dan memelihara Nurul Azizah hingga ia menjadi manusia yang berusaha untuk menyenangkan Allah SWT.
Allah SWT juga memberi anugerahNya pada Nurul Azizah, yaitu seorang ibu yang cekatan dalam mengasuh dan mendidik Nurul Azizah. Ayah yang senantiasa menjadi ayah yang baik untuk Nurul Azizah. Menafkahi Nurul Azizah dengan rezeki yang halal dari Allah SWT serta memberi tempat tinggal yang layak.
Allah SWT juga memilihkan lingkungan yang baik dan jauh dari kehidupan yang tidak baik.
Allah SWT juga mempertemukan Nurul Azizah dengan orang - orang yang senantiasa berusaha mencintai Allah SWT dan bertemu atas dasar cinta kepada Allah SWT
Sungguh anugerah luar biasa dari Allah SWT untuk Nurul Azizah sebagai bukti cintaNya
Lalu apa yang diperbuat Nurul Azizah sebagai bukti cintanya pada Allah SWT??
#Nurul Azizah belajar memupuk kembali rasa cintanya pada Allah SWT
Tuesday, 6 November 2012
Menulis sebelum Mati
Di facebook, beredar tulisan - tulisan yang ditulis oleh salah seorang mahasiswi yang meninggal itu. Salah satunya dia menulis tentang kematian, sebulan yang lalu, kira - kira bulan Oktober kalo gak salah (maaf jika salah). Di blognya juga ada beberapa tulisan yang bermanfaat sekali untuk dibaca. Moga menjadi amal jariyah bagi beliau.
Aku jadi berpikir, seandainya suatu hari saat waktu kematianku tiba, apa yang akan kutinggalkan untuk orang - orang di sekitarku. Hal yang bermanfaat untuk mereka namun juga bisa menambah tabungan amalku meski sudah bisa lagi beraktivitas di dunia.
Setelah membaca catatan - catatan teman - teman yang memang gila menulis, aku menyimpulkan bahwa memang itulah yang seharusnya aku tinggalkan untuk mereka yang akan kutinggalkan. Sebuah tulisan. Bukan tulisan sembarangan, tapi tulisan yang menginspirasi banyak orang untuk berubah lebih baik dari hari ini.
Akhir - akhir ini aku memang jarang menulis, entah dikarenakan apa. Rasa malas yang datang bertubi - tubi membuatku harus terseok kembali untuk pulih seperti sedia kala. Ada beberapa hal yang positif dulunya kulakukan, tapi sekarang telah kutinggalkan. Aku sadar bahwa inilah fenomena lemahnya iman.
Mengenai tulisan, tahun lalu hingga awal 2012, aku lebih sering menulis di buku harian dengan bahasa yang 'aku' sekali. Tidak begitu memperhatikan EYD, tertulis apa adanya. Aku bertekad untuk menuliskan setiap detik kejadian dalam satu hari. Setiap detil perasaannya pun kutuliskan. Seperti apa orang dan keadaan saat itu berhasil kutuliskan meskipun dengan kekurangan sana - sini.
Buku itu biasa, seperti buku lainnya. Yang berbeda adalah, buku harian itu selalu kuserahkan pada Kak Pura untuk dibaca. Awalnya kupikir seharusnya rahasia tidak boleh kubagikan dengan orang lain, tapi biarlah, aku percaya padanya. Sejauh ini dari tiga cara yang dianjurkan oleh Umar bin Khattab tentang bagaimana cara mengetahui karakter seseorang yang sesungguhnya, telah kucoba selama berteman dengan beliau. Dan hasilnya alhamdulillah, kupercayakan padanya untuk membaca buku harian tersebut
Meskipun dalam buku itu kadang kutuliskan tentang dia, bagaimana hari itu aku kesal padanya, bahwa aku tidak suka dengan pendapatnya, tapi ia baca buku itu sambil tersenyum. Setelah membaca ia akan berkomentar bahwa bahasaku membuatnya geli :D
April 2012 buku itu tak pernah lagi kutulis. Kubiarkan terletak di sudut berdebu kamar tidur yang hingga hari ini belum berhasil kutata dengan rapi.
Aku jadi berpikir, seandainya suatu hari saat waktu kematianku tiba, apa yang akan kutinggalkan untuk orang - orang di sekitarku. Hal yang bermanfaat untuk mereka namun juga bisa menambah tabungan amalku meski sudah bisa lagi beraktivitas di dunia.
Setelah membaca catatan - catatan teman - teman yang memang gila menulis, aku menyimpulkan bahwa memang itulah yang seharusnya aku tinggalkan untuk mereka yang akan kutinggalkan. Sebuah tulisan. Bukan tulisan sembarangan, tapi tulisan yang menginspirasi banyak orang untuk berubah lebih baik dari hari ini.
Akhir - akhir ini aku memang jarang menulis, entah dikarenakan apa. Rasa malas yang datang bertubi - tubi membuatku harus terseok kembali untuk pulih seperti sedia kala. Ada beberapa hal yang positif dulunya kulakukan, tapi sekarang telah kutinggalkan. Aku sadar bahwa inilah fenomena lemahnya iman.
Mengenai tulisan, tahun lalu hingga awal 2012, aku lebih sering menulis di buku harian dengan bahasa yang 'aku' sekali. Tidak begitu memperhatikan EYD, tertulis apa adanya. Aku bertekad untuk menuliskan setiap detik kejadian dalam satu hari. Setiap detil perasaannya pun kutuliskan. Seperti apa orang dan keadaan saat itu berhasil kutuliskan meskipun dengan kekurangan sana - sini.
Buku itu biasa, seperti buku lainnya. Yang berbeda adalah, buku harian itu selalu kuserahkan pada Kak Pura untuk dibaca. Awalnya kupikir seharusnya rahasia tidak boleh kubagikan dengan orang lain, tapi biarlah, aku percaya padanya. Sejauh ini dari tiga cara yang dianjurkan oleh Umar bin Khattab tentang bagaimana cara mengetahui karakter seseorang yang sesungguhnya, telah kucoba selama berteman dengan beliau. Dan hasilnya alhamdulillah, kupercayakan padanya untuk membaca buku harian tersebut
Meskipun dalam buku itu kadang kutuliskan tentang dia, bagaimana hari itu aku kesal padanya, bahwa aku tidak suka dengan pendapatnya, tapi ia baca buku itu sambil tersenyum. Setelah membaca ia akan berkomentar bahwa bahasaku membuatnya geli :D
April 2012 buku itu tak pernah lagi kutulis. Kubiarkan terletak di sudut berdebu kamar tidur yang hingga hari ini belum berhasil kutata dengan rapi.
T_T
Innalillahi wa inna ilaihi rojiuuun
Kemarin ada lagi akhwat yang meninggal dalam kecelakaan bus setelah mereka pulang dari seminar nasional. Mereka mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, dua - duanya teman Kiki (anak rohis di smansa dulu yang satu angkatan dengan mereka).
Semoga amal ibadah mereka diterima Allah swt dan mereka dikumpulkan kelak di jannahNya
Amin
Kemarin ada lagi akhwat yang meninggal dalam kecelakaan bus setelah mereka pulang dari seminar nasional. Mereka mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, dua - duanya teman Kiki (anak rohis di smansa dulu yang satu angkatan dengan mereka).
Semoga amal ibadah mereka diterima Allah swt dan mereka dikumpulkan kelak di jannahNya
Amin
Subscribe to:
Posts (Atom)