Pernah merasa bekerja sendirian dalam jamaah ini? Tenang, yang saya temukan tidak hanya satu atau dua orang, tapi lebih dari itu termasuk saya sendiri dulunya. Artinya kamu ga sendirian. Lalu, apakah ini perasaan yang benar? Pantaskah kita merasa seperti itu?
Di awal kepengurusan kita merasa begitu bersemangat uuntuk menjalankan roda organisasi agar departemen yang menaungi lebih baik dari kemarin. Ada keinginan besar untuk mencapai target yang kita buat. Ada hasrat besar untuk menjadikan departemen atau organisasi ini menjadi sesuatu yang bersinar. Ada sebuah mimpi dan cita - cita tinggi yang ingin kita wujudkan. Bukankah begitu?
Namun apa daya, tak semudah membalikkan telapak tangan. Selalu ada aral, hambatan dan rintangan yang kerap kali muncul setiap saat. Sesuatu yang membuat kita menjadi tidak semangat, membuat kita marah, kecewa bahkan menitikkan air mata karenanya. Hey saya ga lagi nge lebay tapi inilah yang saya saksikan selama beberapa tahun terakhir bahkan hingga saat ini. Menyaksikan kumpulan orang - orang yang merasakan apa yang direncanakan ternyata tak sesuai dengan realisasinya. Ah, kadang perasaan itu bikin kita mau meledak ledak. Tak heran tak sedikit yang menangis di forum saat kekecewaan itu memuncak.
Tapi, tahukah kawan - kawan we never walk alone.
Saya pikir perasaan - perasaan merasa sendiri ini harus dihancurkan sesegera mungkin sebelum ia berhasil menghancurkan diri kita sendiri. Eitss jangan salah, di antara kita ada orang - orang yang menjadi saksi kehancuran itu. Di saat kekecewaan memuncak karena cenderung merasa berjuang sendiri lalu ditambah lagi dengan 'merasa' tak ada uluran tangan dari saudara yang lain, maka MUNDUR menjadi keputusan yang akut.
Oke sebelum perasaan itu menghancurkan dan membawa kita meninggalkan jamaah kita mari berpikir sejenak.
Sendiri itu hanya PERASAAN. Hanya sebuah rasa yang belum dipastikan kebenaran. Selama ini mungkin kita MERASA sendiri. Oh come on itu hanya rasa. Rasa, sesuatu yang memiliki arti yang berbeda untuk setiap orang. Hancurkan dan bangun sebuah akal sehat. Jawab pertanyaan - pertanyaan yang menyehatkan rasa.
Benarkah saya berjuang sendiri? Benarkah hanya saya yang hari ini berjuang di organisasi ini? Benarkah hanya saya yang memikirkan nasib organisasi ini? Benarkah hanya saya yang bertungkus lumus mengerjakan segala sesuatunya untuk keperluan kegiatan esok hari? Benarkah hanya saya yang berinfak paling banyak? Benarkah hanya saya yang ke sana kemari membangun jaringan demi organisasi ini? Benarkah hanya saya yang..........
Perjuangan memang butuh teman seperti Rasulullah SAW yang memiliki Abu Bakar ra. di sampingnya. Seperti Mush'ab bin Umair yang dipersaudarakan dengan Abdullah bin Ummi Maktum. Seperti Harun yang setia mendampingi Musa menghadapi Fir'aun.
Tapi teman perjuangan tak harus selalu terlihat. Ia tak harus selalu berada di samping kita. Saat kita merasa sendiri dalam perjuangan ini, segeralah menyadari bahwa perjuangan kita belum ada apa - apanya. Apa yang kita lakukan hanya sesuatu yang kecil yang akan membuat kita malu untuk mengeluh dan berkata 'saya berjuang sendiri'.
Pikirkanlah bahwa di belahan bumi lainnya ada orang - orang yang juga sedang melakukan hal yang sama. Melakukan sesuatu dan terus bergerak untuk mewujudkan kemenangan Islam itu. Bukan hanya kita! Tantangan yang mereka hadapi lebih besar, lebih menakutkan. Bentrok yang mereka hadapi bukan hanya bentrokan ideologi tapi juga bentrokan fisik. SUdahkah tubuh kita terluka? Kita terlalu banci hanya karena hati kita yang terluka sedikit.
Berhentilah bersikap seolah - olah kita berjuang dan bekerja dalam dakwah ini sendirian. Buka cakrawala berpikir, bacalah kisah para pendahulu, bacalah kisah - kisah para pejuang niscaya engkau akan menitikkan air mata karenanya. Lapangkan dadamu menerima kondisi serba keterbatasan. Kondisi saudaramu yang mungkin hari ini masih terlalu dini untuk ikut berjuang bersamamu, kondisi mereka yang mungkin sedang berada di ambang kebingungan menentukan prioritas hidupnya. Kondisi mereka yang belum memahami hakikat dakwah yang telah kau pahami duluan.
Mungkin keyakinan kita masih belum kuat bahwa Allah sebenarnya telah menyediakan orang - orang yang siap untuk diajak bersama - sama. Mungkin kita yang kurang bersabar menemukan orang - orang tersebut.
Terkadang ketika merasa sendiri dalam perjuangan itu, berhati - hatilah, mungkin ada sebersit kesombongan dalam kalbu kita. Mungkin itu adalah bisikan para pendusta yang mengatakan bahwa 'saya sendiri'.
Jika saja saat itu Mursi merasa ia berjuang sendiri, telah lama ia menjual Mesir pada orang asing. Jika Erdogan merasa sendiri sudah lama ia menjadikan Turki teladan dalam dalam gerakan sekuler. Jika saat itu Rasulullah SAW merasa sendiri dalam perjuangannya setelah Abu Thalib dan istri tercinta dipanggil Allah, niscaya hari ini kita tak pernah mendengar Islam menjadi sebuah peradaban yang tinggi. Jika saja.... ah sudahlah
Tahu kenapa mereka seperti itu? Karena mereka punya Allah. Mereka meyakini dengan sepenuh jiwa dan raga bahwa Allah akan memberikan pertolongan. Mereka paham benar bahwa Allah tak akan pernah membuat para hambaNya kecewa.
Semoga bermanfaat!
Di awal kepengurusan kita merasa begitu bersemangat uuntuk menjalankan roda organisasi agar departemen yang menaungi lebih baik dari kemarin. Ada keinginan besar untuk mencapai target yang kita buat. Ada hasrat besar untuk menjadikan departemen atau organisasi ini menjadi sesuatu yang bersinar. Ada sebuah mimpi dan cita - cita tinggi yang ingin kita wujudkan. Bukankah begitu?
Namun apa daya, tak semudah membalikkan telapak tangan. Selalu ada aral, hambatan dan rintangan yang kerap kali muncul setiap saat. Sesuatu yang membuat kita menjadi tidak semangat, membuat kita marah, kecewa bahkan menitikkan air mata karenanya. Hey saya ga lagi nge lebay tapi inilah yang saya saksikan selama beberapa tahun terakhir bahkan hingga saat ini. Menyaksikan kumpulan orang - orang yang merasakan apa yang direncanakan ternyata tak sesuai dengan realisasinya. Ah, kadang perasaan itu bikin kita mau meledak ledak. Tak heran tak sedikit yang menangis di forum saat kekecewaan itu memuncak.
Tapi, tahukah kawan - kawan we never walk alone.
Saya pikir perasaan - perasaan merasa sendiri ini harus dihancurkan sesegera mungkin sebelum ia berhasil menghancurkan diri kita sendiri. Eitss jangan salah, di antara kita ada orang - orang yang menjadi saksi kehancuran itu. Di saat kekecewaan memuncak karena cenderung merasa berjuang sendiri lalu ditambah lagi dengan 'merasa' tak ada uluran tangan dari saudara yang lain, maka MUNDUR menjadi keputusan yang akut.
Oke sebelum perasaan itu menghancurkan dan membawa kita meninggalkan jamaah kita mari berpikir sejenak.
Sendiri itu hanya PERASAAN. Hanya sebuah rasa yang belum dipastikan kebenaran. Selama ini mungkin kita MERASA sendiri. Oh come on itu hanya rasa. Rasa, sesuatu yang memiliki arti yang berbeda untuk setiap orang. Hancurkan dan bangun sebuah akal sehat. Jawab pertanyaan - pertanyaan yang menyehatkan rasa.
Benarkah saya berjuang sendiri? Benarkah hanya saya yang hari ini berjuang di organisasi ini? Benarkah hanya saya yang memikirkan nasib organisasi ini? Benarkah hanya saya yang bertungkus lumus mengerjakan segala sesuatunya untuk keperluan kegiatan esok hari? Benarkah hanya saya yang berinfak paling banyak? Benarkah hanya saya yang ke sana kemari membangun jaringan demi organisasi ini? Benarkah hanya saya yang..........
Perjuangan memang butuh teman seperti Rasulullah SAW yang memiliki Abu Bakar ra. di sampingnya. Seperti Mush'ab bin Umair yang dipersaudarakan dengan Abdullah bin Ummi Maktum. Seperti Harun yang setia mendampingi Musa menghadapi Fir'aun.
Tapi teman perjuangan tak harus selalu terlihat. Ia tak harus selalu berada di samping kita. Saat kita merasa sendiri dalam perjuangan ini, segeralah menyadari bahwa perjuangan kita belum ada apa - apanya. Apa yang kita lakukan hanya sesuatu yang kecil yang akan membuat kita malu untuk mengeluh dan berkata 'saya berjuang sendiri'.
Pikirkanlah bahwa di belahan bumi lainnya ada orang - orang yang juga sedang melakukan hal yang sama. Melakukan sesuatu dan terus bergerak untuk mewujudkan kemenangan Islam itu. Bukan hanya kita! Tantangan yang mereka hadapi lebih besar, lebih menakutkan. Bentrok yang mereka hadapi bukan hanya bentrokan ideologi tapi juga bentrokan fisik. SUdahkah tubuh kita terluka? Kita terlalu banci hanya karena hati kita yang terluka sedikit.
Berhentilah bersikap seolah - olah kita berjuang dan bekerja dalam dakwah ini sendirian. Buka cakrawala berpikir, bacalah kisah para pendahulu, bacalah kisah - kisah para pejuang niscaya engkau akan menitikkan air mata karenanya. Lapangkan dadamu menerima kondisi serba keterbatasan. Kondisi saudaramu yang mungkin hari ini masih terlalu dini untuk ikut berjuang bersamamu, kondisi mereka yang mungkin sedang berada di ambang kebingungan menentukan prioritas hidupnya. Kondisi mereka yang belum memahami hakikat dakwah yang telah kau pahami duluan.
Mungkin keyakinan kita masih belum kuat bahwa Allah sebenarnya telah menyediakan orang - orang yang siap untuk diajak bersama - sama. Mungkin kita yang kurang bersabar menemukan orang - orang tersebut.
Terkadang ketika merasa sendiri dalam perjuangan itu, berhati - hatilah, mungkin ada sebersit kesombongan dalam kalbu kita. Mungkin itu adalah bisikan para pendusta yang mengatakan bahwa 'saya sendiri'.
Jika saja saat itu Mursi merasa ia berjuang sendiri, telah lama ia menjual Mesir pada orang asing. Jika Erdogan merasa sendiri sudah lama ia menjadikan Turki teladan dalam dalam gerakan sekuler. Jika saat itu Rasulullah SAW merasa sendiri dalam perjuangannya setelah Abu Thalib dan istri tercinta dipanggil Allah, niscaya hari ini kita tak pernah mendengar Islam menjadi sebuah peradaban yang tinggi. Jika saja.... ah sudahlah
Tahu kenapa mereka seperti itu? Karena mereka punya Allah. Mereka meyakini dengan sepenuh jiwa dan raga bahwa Allah akan memberikan pertolongan. Mereka paham benar bahwa Allah tak akan pernah membuat para hambaNya kecewa.
Semoga bermanfaat!