Tuesday 6 November 2012

Menulis sebelum Mati

Di facebook, beredar tulisan - tulisan yang ditulis oleh salah seorang mahasiswi yang meninggal itu. Salah satunya dia menulis tentang kematian, sebulan yang lalu, kira - kira bulan Oktober kalo gak salah (maaf jika salah). Di blognya juga ada beberapa tulisan yang bermanfaat sekali untuk dibaca. Moga menjadi amal jariyah bagi beliau.

Aku jadi berpikir, seandainya suatu hari saat waktu kematianku tiba, apa yang akan kutinggalkan untuk orang - orang di sekitarku. Hal yang bermanfaat untuk mereka namun juga bisa menambah tabungan amalku meski sudah bisa lagi beraktivitas di dunia.

Setelah membaca catatan - catatan teman - teman yang memang gila menulis, aku menyimpulkan bahwa memang itulah yang seharusnya aku tinggalkan untuk mereka yang akan kutinggalkan. Sebuah tulisan. Bukan tulisan sembarangan, tapi tulisan yang menginspirasi banyak orang untuk berubah lebih baik dari hari ini.

Akhir - akhir ini aku memang jarang menulis, entah dikarenakan apa. Rasa malas yang datang bertubi - tubi membuatku harus terseok kembali untuk pulih seperti sedia kala. Ada beberapa hal yang positif dulunya kulakukan, tapi sekarang telah kutinggalkan. Aku sadar bahwa inilah fenomena lemahnya iman.

Mengenai tulisan, tahun lalu hingga awal 2012, aku lebih sering menulis di buku harian dengan bahasa yang 'aku' sekali. Tidak begitu memperhatikan EYD, tertulis apa adanya. Aku bertekad untuk menuliskan setiap detik kejadian dalam satu hari. Setiap detil perasaannya pun kutuliskan. Seperti apa orang dan keadaan saat itu berhasil kutuliskan meskipun dengan kekurangan sana - sini.

Buku itu biasa, seperti buku lainnya. Yang berbeda adalah, buku harian itu selalu kuserahkan pada Kak Pura untuk dibaca. Awalnya kupikir seharusnya rahasia tidak boleh kubagikan dengan orang lain, tapi biarlah, aku percaya padanya. Sejauh ini dari tiga cara yang dianjurkan oleh Umar bin Khattab tentang bagaimana cara mengetahui karakter seseorang yang sesungguhnya, telah kucoba selama berteman dengan beliau. Dan hasilnya alhamdulillah, kupercayakan padanya untuk membaca buku harian tersebut

Meskipun dalam buku itu kadang kutuliskan tentang dia, bagaimana hari itu aku kesal padanya, bahwa aku tidak suka dengan pendapatnya, tapi ia baca buku itu sambil tersenyum. Setelah membaca ia akan berkomentar bahwa bahasaku membuatnya geli :D

April 2012 buku itu tak pernah lagi kutulis. Kubiarkan terletak di sudut berdebu kamar tidur yang hingga hari ini belum berhasil kutata dengan rapi.

No comments:

Post a Comment