Ketika ketua jamaah di wilayah itu mengimbau anggota untuk berinfak, berdirilah salah seorang ikhwan di antara mereka yang bekerja sebagai buruh pabrik. Ia berjanji akan menyumbang 1,5 junaih ( mata uang Mesir ) tiga hari kemudian. Akan tetapi ia hanyalah buruh pabrik yang miskin.
Dari mana ia akan mendapatkan uang sebanyak itu? Sbeenanrnya, ia ingin meminjam dulu, namun khawatir pembayarannya tertunda. Ia ingin mendapatkan uang dengan segera, namun tidak dengan cara demikian. Ia pun berpikir keras, namun jalan keluarnya tidak kunjung tiba. Yang bisa dilakukan kini adalah menjual sepeda satu - satunya yang biasa dipakai untuk berangkat ke temapt kerja yang berjarak 6 km. Benarlah, akhirnya diwujudkannya ide itu. Tepat pada hari yang dijanjikan ia menyerahkan uangnya. Dengan demikian ia menghimpun dua kebajikan : menepati janji dan bersedekah.
Subhanallah.... Malu rasanya membaca ini.
Memperbarui Komitmen Dakwah by Muhammad Abduh
Hal. 168
Sunday, 31 July 2011
Friday, 22 July 2011
Semua Terjadi Karena Saya Lalai
Hari sudah malam.
Tak ada yang bisa saya tuliskan untuk berbagi cerita atau pun hanya sekedar meng-update blog sederhana ini. Namun ketika mata ini sudah mulai memberikan tanda untuk menutup dan meminta haknya, tiba – tiba jari – jari ini tergerak untuk bercerita kepada pengunjung blog sebuah keluhan selama berada di Malang dan DKI Jakarta dalam rangka mengikuti kegiatan Jambore Pemuda Indonesia dan Bakti Pemuda Antar Provinsi tahun 2011.
Ketika hari itu saat saya sedang mengikuti pelatihan kepemimpinan di Hotel Bintan Plaza datanglah telpon dari Pak Zamanes yang bekerja di Disdikpora Kota Tanjungpinang. Dalam percakapan singkat tersebut ia menanyakan kesediaan saya untuk menggantikan teman yang lulus seleksi namun tidak jadi berangkat dikarenakan pekerjaannya yang tak bisa ditinggalkan.
Seperti mendapatkan durian runtuh, hanya butuh waktu beberapa menit sebelum saya mengiyakan dan menyatakan bersedia untuk mengikuti program tersebut. Padahal ketika itu tak terpikirkan sedikit pun tentang kuliah dan berbagai hal lainnya yang harus saya tinggalkan selama hampir 45 hari.
Allah Maha Tahu dan Maha Mengetahui apa yang saat itu sedang saya alami. Di tengah dahsyatnya kefuturan yang saya rasakan, saya merasa Allah memberikan kesempatan ini, tentunya dengan maksud ( menurut pemikiran saya sendiri ) agar saya bisa mengambil hikmah dari perjalanan yang akan saya lalui nanti.
Tentu!
Tanggal 24 Mei, hari itu lah saya bertemu dengan teman – teman dari kabupaten lainnya di Provinsi Kepri. Tanjungpinang, Batam, Karimun, Natuna, Anambas, dan Bintan. Sayang sekali Lingga tidak mengirimkan utusannya untuk kegiatan ini.
Awalnya saya berpikir saya bisa kuat di antara teman – teman yang berasal dari lingkungan yang sama sekali berbeda dengan lingkungan saya. Alhamdulillah di antara 40 peserta tersebut masih ada satu akhwat namun sayangnya kami harus berpisah karena kami tidak satu daerah tujuan.
Thursday, 21 July 2011
Amalan Ringan Berpahala Besar
1. Menyempurnakan Wudhu
2. Berjalan ke Masjid untuk Melaksanakan Shalat Fardhu
3. Mandi Hari Jumat
4. Mengumandangkan Azan
5. Mendengarkan Azan
6. Berdoa Setelah Mendengarkan Azan
7. Mengamini Imam Waktu Shalat
Wednesday, 20 July 2011
Mereka yang Menyenangkan
Audy n Tri |
Malam perpisahan, tak terasa hampir 45 hari menjalani kegiatan BPAP di Jakarta |
Hahaha Mpok Ochie mau nangis atau ketawa? |
Anak - anak Jati Padang yang sudah bersedia dijarkan untuk baca Gurindam 12 |
Bersama Bang Shote, Titi, Ummi and Bang Abe di malam terakhir keberadaan kami di Jati Padang, Kecamatan Pasar Minggu Jakarta. |
Tuesday, 19 July 2011
Di Dunia Gorila
Bersama Renny, Fadhel, Mama, Kak Fanny, Kak Robin, dan Titi di Ragunan, Jakarta Selatan
Kenangan yang tak akan terlupakan, cabut latihan nari untuk pergi jalan - jalan di hari - hari terakhir BPAP di DKI Jakarta.........
Saturday, 16 July 2011
BANGGA MENJADI INDONESIA :)
Menyaksikan penampilan teman – teman yang ditempatkan di Pejanten Barat di acara HUT DKI Jakarta 10 Juli 2011 yang lalu betul – betul memberikan sebuah makna pasti tentang bangganya menjadi bangsa Indonesia. Di tengah kemelut slogan tak terpublikasikan bahwa “Aku Malu Menjadi Bangsa Indonesia”, mempertahankan rasa nasionalisme itu memang sangat sulit. Apalagi era globalisasi menjadikan anak bangsa seperti menutup mata akan jati dirinya yang sebenarnya.
Lalu apa hubungannya antara penampilan teman – teman dengan rasa nasionalisme yang tiba – tiba menyeruak di hati saya secara pribadi?
Sederhana.
Subscribe to:
Posts (Atom)