Thursday 30 January 2014

Perjalanan Ini Hanya 23 Hari

Perjalanan telah berakhir. Kini saatnya melanjutkan apa yang sudah kutinggalkan selama 23 hari perjalanan ke Pulau Jawa untuk menemani Ibu menjenguk Uma di Gontor dan Usup di Depok.

Awalnya Ibu ingin pergi sendiri untuk menghemat biaya perjalanan juga makanan selama perjalanan. Beliau sudah memperkirakan bahwa tak akan cukup menghabiskan waktu 10 hari sesuai dengan jatah liburan Uma. Ayah pun tak memberi izin karena Ibu akan naik kapal menuju Jakarta. Ayah berencana untuk menemani tapi kalau aku yang tinggal toh tak bisa bawa angkot kan. Artinya malah akan lebih merepotkan. Aku disuruh pergi menemani Ibu. 

Senang? Belum tentu karena kupikir bepergian selama hampir sebulan tentu akan berefek pada aktivitas kuliah (pembuatan proposal dan lain - lain), organisasi dan juga pencalegan. Meski aku juga ingin ikut tapi di awal ini adalah pilihan yang sulit karena aku juga tak punya niat untuk pergi. 

Setelah kupikirkan sekarang, aku jadi ingat sebuah kisah yang diceritakan Bu Charly ketika kami mabit seminggu sebelum aku berangkat. Tentang seorang pemuda yang ingin dan sangat berniat untuk pergi haji namun ia terkendala pada biaya. Suatu hari dengan dibiayai oleh saudara - saudara lain, Ibu nya akan diberangkatkan haji. Jelang hari keberangkatan para saudara mulai bermusyawarah siapa yang akan menemani ibu mereka untuk pergi haji karena tak mungkin ibunya akan berangkat sendiri. Saudara yang lain tak bisa menemani karena mereka harus bekerja dan tak memperoleh izin. 

Maka diputuskanlah oleh saudara - saudara itu agar pemuda tersebut yang akan menemani ibu mereka untuk pergi berhaji. Masya Allah..... Pemuda itu pun berhaji bersama ibu nya tanpa mengeluarkan biaya apa pun. Bukankah cerita ini penuh hikmah?

Dari cerita ini aku pun berpikir apa yang dialami oleh pemuda ini juga kualami di bulan Januari 2014 ini. Masya Allah, Dia mendengar setiap keinginan hambaNya meski tak disebutkan :) 

Terakhir kali aku bepergian adalah November 2012 bersama Puri dalam rangka Mukernas KAMMI di Depok. Perjalanan penuh arti namun ada satu agenda yang kulewatkan, mengunjungi Ibuk, Bapak dan keluarga PPMI di Jati Padang, Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Saat itu aku dan Puri tak punya waktu untuk singgah karena kami harus berangkat dini hari untuk mengejar pesawat jam 5 subuh. Aku tak ingin merepotkan Bapak maupun yang lainnya maka kami memutuskan untuk ikut Tikha dan Cila. 

Sejak saat itu ada keinginan besar dalam hati untuk bisa kembali ke Jakarta mengunjungi mereka yang ada di Jati Padang. Mereka orang - orang baik dan penuh semangat, menginspirasi. Aku pun mulai merencanakan perjalanan di 2013, sayang tak ada celah untuk pergi. Tak hanya ingin ke Jakarta lagi, aku juga sangat ingin untuk pergi wilayah Jawa lainnya. Meski aku telah sampai ke Malang, Jawa Timur tapi kupikir itu bukan perjalanan sebenarnya karena ia kutempuh dengan pesawat dalam waktu singkat. 

Dan di awal 2014 Allah punya rencana sendiri untuk ku. Dengan judul menemani ibu, keinginanku pun Allah kabulkan. Ke Jakarta berkunjung ke Jati Padang dan menempuh perjalanan ke Ngawi, Jawa Timur dengan bus dan kereta api. Menyaksikan pemandangan seperti apa Jawa dan bagaimana hidup masyarakatnya. 

Beberapa teman memang berpikiran aku sedang jalan - jalan. Ya memang, kupikir jalan - jalan adalah bonus yang kudapatkan secara cuma - cuma untuk sebuah perjalanan menemani ibu. Meski hanya seminggu di Solo dan sisanya di Gontor tapi bersyukurlah. Buat mereka yang hidup di pulau Jawa, hal ini sangat dan amat biasa. Namun bagiku yang tinggal di Tanjungpinang, Kepulauan Riau ini adalah kesempatan yang tak akan datang dua kali. 

Hidup di provinsi kepulauan dengan biaya hidup serba mahal merupakan hal yang sulit untuk melakukan perjalanan seperti itu. Kupikir kami sempat kehabisan biaya selama di Gontor dan harus minta kiriman dari Tanjungpinang. Alhamdulillah rezeki ku dan ibu masih Allah berikan, tergantung bagaimana kami menjemputnya selama dalam perjalanan.

Oh ya, sempat iri dengan mereka yang di Tanjungpinang. Selama aku pergi ada banyak rapat koordinasi yang tak kuhadiri, ada begitu banyak agenda pembangkit semangat yang terlewatkan dan agenda lainnya.

Sampai suatu hari seorang ummahat berkata bahwa aku pun berada kebaikan yang sama karena ini adalah bentuk birrul walidain yang biasanya selalu kami bicarakan. Ini adalah salah satu kesempatan yang tak semua orang bisa dapatkan karena itu bersyukurlah dan perbanyaklah berdoa. Semoga akan terus dalam kebaikan dan ditetapkan iman itu. Sejuk deh :-)

Dan kini aku telah kembali dan siap untuk memulai lagi dari awal juga meneruskan apa yang telah kutinggalkan selama 23 hari. Hmmm musafir aku bisa mengatakannya demikian.


Friday 24 January 2014

Ketemu PKS

Beberapa hari berada di bapenta Gontor tanpa kegiatan apa pun kecuali online. Alhamdulillah tempat ini dilengkapi dengan fasilitas wifi. Signal yang ada tak begitu kuat bahkan lebih sering 'very low', tapi karena di sini yang pakai laptop hanya aku maka seluruh sinyal dimonopoli. Ya kecuali saat jam istirahat saat para santri masuk dan menggunakan gadget orang tua nya untuk ber-online ria. Aku harus 'sedikit' mengalah. 

Tiga hari terakhir setelah Eka pulang ke Solo aku lebih banyak menghabiskan waktu dengan ber-online ria. Alhamdulillah tilawah 1 juz lebih mudah dan ibadah lain masih bisa dilaksanakan karena ibu - ibu di sini rupanya juga bersemangat, seperti dhuha dan lainnya. 

Aku mau cerita tentang PKS alias Partai Keadilan Sejahtera. Bagaimana aku berkenalan dengannya dan mengapa aku masih bertahan di partai ini. Maklum, belakangan aku ngotak ngatik youtube dan beberapa situs lain tentang PKS. 

Temanku bilang aku ga perlu berkata bahwa "saya kader PKS' karena di jidatku sudah ada label PKS-nya. Loh? Kok begitu ya. Mungkin aku lebih mudah ditebak dengan aktivitasku dan pencalegan untuk tahun 2014 ini. Pernah temanku bilang agar aku mengganti template blog ini yang 'PKS banget' karena bernuansa kuning dan hitam. Katanya, cinta banget lu sama PKS sampe - sampe template blog pun harus warna PKS. Aku cuma ketawa mendengarnya. Yah mungkin bisa dibilang demikian. Tapi template blog ini jadi berwarna hitam kuning bukan karena aku PKS lalu memilih template ini. Aku pecinta warna hitam dan ketika mencari - cari template untuk blog kutemukan template ini dan cukup menarik sehingga aku masih betah. Mungkin berikutnya aku juga akan menggantinya, tapi masih dengan keyword 'black' di mesin pencarian :)

Oh ya baiklah, awal perkenalanku dengan PKS kurang begitu kuingat. Ketika duduk di bangku SMP, guru ngajiku sering meminjamkan majalah Annida yang isinya tentang aktivitas dakwah di kampus dan sekolah. Dari majalah ini sisi keislamanku dipanggil dan diperkuat dengan seringnya aku bercerita dengan beliau hingga larut malam menemaninya hingga suaminya pulang. Menginjak masa SMA, aku mulai diberikan majalah Tarbawi yang di dalamnya dengan jelas banyak sekali bertebaran iklan - iklan PKS. Mulai dari atribut hingga info kegiatan. 

Bisa kukatakan, sejak tinggal di Tanjungpinang aku hidup di lingkungan PKS, maksudku tempat tinggalku banyak sekali orang PKS nya. Bahkan di perumahan itu ada satu blok yang hampir seluruh rumah adalah pendukung dan kader PKS, kebetulan blok itu jadi tempat mainku. Begitu diajak untuk aktif di remaja mesjid, kuketahui belakangan mereka, bapak - bapak yang menggiatkan kegiatan itu adalah kader dan pendukung PKS. Kami pun sering diajak mengikuti pelatihan dan kegiatan remaja mesjid yang belakangan kuketahui lagi ternyata mereka adalah kader PKS juga. Apa hidupku terlalu sempit hingga hanya mereka yang kutemui? Hahahahaaa kenapa harus berpikir begitu, bukankah harusnya aku bersyukur ;) 

Pemilu tahun 2004 aku belum punya hak pilih, meski cuma remaja ingusan berusia 14 tahun aku suka lihat berita - berita di televisi.

Aku tak ingat itu kapan tepatnya, hanya saja mataku langsung terbentur pada pemberitaan tentang PKS yang saat itu sedang aksi. Ajaib! Partai ini melakukan aksi dengan sangat sangat sangat rapi. Aksinya memang di Jakarta dan aku belum pernah melihat aksi semacam itu di Tanjungpinang mengingat masih sangat sedikitnya orang - orang PKS di masa tersebut.

Rupanya banyak orang yang merasa simpati dengan aksi PKS yang rapi dan tertib itu. Lalu saat aku mengikuti kajian pekanan yang tak kuketahui bahwa gurunya adalah orang PKS, beliau kembali memutarkan video tersebut. Pas mantab!

Jelang ujian nasional tahun 2008 aku mulai ikut serta dalam beberapa kegiatan yang diisi oleh orang - orang PKS. Tentu aku tahu mereka PKS setelah bertemu mereka kembali dalam acara - acara partai. Kegiatan itu mulai dari training motivasi hingga outbond di hutan lindung. Hahahahaaa aku ingat ketika kami diminta untuk takbir, bukan main malu - malunya. Genggaman tangan tak erat terkepal dan lengan enggan untuk diangkat tinggi - tinggi. Maklum, ketika itu masih zamannya aku dan teman - teman tertawa cekikikan (sampe sekarang juga masih cekikikan kali yah :p

Sebelum lulus SMA itu, guru ngaji ku sudah sering mengajak kami untuk ikut kegiatan, entah itu kegiatan partai atau bukan karena ya ga bawa bendera juga hahha... Lebih seringnya aku ikut silaturahim dengan rombongan guru ngaji dan suaminya. Kami sering diajak ke pedalaman Bintan (buatku itu pedalaman). Sekedar mengunjungi rumah warga, silaturahim, makan durian dan gonggong. Menyenangkan. Kulihat sambutan warga ketika itu juga sama menyenangkannya.

Begitu memasuki dunia kampus, beliau semakin sering mengajakku untuk ikut kegiatan partai. Ditambah dengan komunikasiku dengan beberapa senior kampus yang ternyata adalah kader partai tersebut. Alhasil 2009 jelang Pemilu kegiatan itu makin padat.

Aku ingat aku kabur dari kepanitiaan wisuda di bulan Februari untuk mengikuti pendidikan dasar (diksar) di Batam bersama 4 akhwat. Ilmu dan pengalaman yang tak bisa diganti karna kupikir aku salah satu peserta termuda ketika itu.

Selang waktu berlalu perkenalan dan pertemuanku dengan partai ini makin intens, baik dengan orang - orangnya maupun informasi mengenainya. Di tahun 2009 itu juga aku mulai ikut kegiatan yang bersangkutan dengan pemilu. Mulai dari kampanye hingga menggantikan ikhwan untuk jaga kotak suara di kantor camat saat sholat Jumat. Alhamdulillah kebagian buku platform partai sehingga aku bisa mempelajari partai ini sedikit demi sedikit, tak lagi hanya dari kegiatan dan orang - orang yang berkecimpung di dalamnya.

Aku tahu aku cuma satu dari jutaan orang Indonesia yang mengenal partai ini. Di antara mereka ada orang - orang hebat yang senantiasa istiqomah dalam memperjuangkan agenda dakwah. Banyak selentingan yang kudengar tentang orang - orang yang mundur teratur karena alasan ini dan itu. Tapi tak sedikit pula orang yang memilih bergabung dengan jamaah ini. Perputaran itu kan sudah diatur oleh Allah

Memang, PKS mendapat pukulan di awal 2013 saat partai ini mulai memanaskan mesinnya. Penangkapan Ustadz Luthfi Hasan Ishaaq oleh KPK akhir Januari 2013 yang lalu membuat kader shock. Ada yang memilih mundur ada pula yang terus bertahan dan tetap melakukan kerja - kerja seperti biasa.

Allah sudah pilihkan Ustadz Anis Matta, ketua pemenangan pemilu untuk PKS sebagai pemimpin partai ini hingga waktu tertentu. Memberikan suntikan semangat kepada kader di seluruh Indonesia melalui jaulah - jaulah yang beliau lakukan bersama tim DPP.

Memasuki 2014 tentu permainan itu semakin panas. Entah di Tanjungpinang akan jadi seperti apa. Semoga takdir Allah dan keinginan manusia bertemu di tahun ini. Amiiiin

Salam 3 Besar :)
#PemudaKeepSmile

Tuesday 21 January 2014

Mengapa (Tidak) Menonton Film Korea?


sumber : http://www.angelfire.com/pro/perpika/filmkorea.html 

Jumat, 10 Oktober 2003 
Ratih Pratiwi Anwar, 
Mahasiswa Korean Movie Class, Fall-Winter Course 2002 Kyung Hee University, Korea 
Peneliti di Pusat Studi Asia Pasifik Universitas Gadjah Mada dan Pusat Studi Korea UGM 

Sepekan Film Korea IV telah terselenggara di Jogjakarta tanggal 16-20 September lalu untuk memberi kesempatan masyarakat mengapresiasi sinema Korea. Masyarakat menyambutnya dengan sangat antusias, terlihat dari satu film ditonton rata-rata 600 orang. Apakah ini berarti sinema Korea sudah diterima masyarakat Indonesia?

Setelah kesuksesan sinetron Taiwan Meteor Garden, pemirsa Indonesia melihat bahwa serial teve dan film Asia, termasuk dari Korea, merupakan alternatif tontonan yang menarik. Itu sebabnya ketika serial Korea seperti Winter Sonata, Endless Love, Hotelier, atau All About Eve memasuki layar kaca Indonesia mendapat sambutan yang hangat. Namun dibandingkan dengan Cina, Jepang dan Taiwan yang secara budaya dan geografis dekat dengan Korea, Indonesia dan negara ASEAN lainnya seperti Thailand, Singapura dan Vietnam memang terlambat mengenal hallyu. Istilah hallyu muncul di Cina tahun 1997 untuk menyebut gelombang budaya pop Korea yang melanda generasi muda Cina. Dampaknya di Cina luar biasa karena kemudian lahirlah hahanzu, yaitu fans fanatik aktris, aktor, penyanyi dan budaya pop Korea.

Umumnya negara yang sudah maju seperti Amerika Serikat, Jepang, atau Perancis yang melakukan ekspansi budaya sampai ke luar batas negara. Sebab, ekspansi budaya akan berkelanjutan jika fundamental perekonomian suatu negara sudah cukup kuat (Yang Seung-yoon, 2000). Lalu mengapa Korea kini melakukan ekspansi budaya pop dan bisa mencapai pengaruh yang luas di Asia? Ada beberapa sebabnya, antara lain:

Pertama, Korea memang telah menjadi negara maju dan sejak tahun 1996 resmi menjadi anggota OECD. Kesuksesan industrialisasinya membawa pengaruh yang besar di Asia. Cina, Vietnam dan Indonesia adalah penerima investasi asing Korea dan pasar bagi produk-produk industri Korea. Ekspansi budaya umumnya mengawali atau mengikuti ekspansi ekonomi suatu negara dan menjadi salah satu strategi perluasan pasar.

Kedua, budaya pop Korea mempunyai keunikan, yaitu meskipun memadukan elemen Amerika dan Jepang, terlihat segar dengan kandungan yang kuat budaya khas Korea-nya. Kemampuan mengharmoniskan nilai Timur dan Barat ini membuat drama dan film Korea lebih disukai di Cina. Sebaliknya, sinema Jepang tidak disukai di Cina karena dianggap mengandung elemen yang terlalu ekstrem dan kebarat-baratan. Lagu pop Korea juga sangat laris di Cina karena berirama dinamis, tidak konvensional, dan dianggap mampu memuaskan jiwa dan keinginan generasi muda yang tertekan di negeri tirai besi ini. Di Jepang, film layar lebar Korea disambut hangat karena menawarkan tema-tema alternatif dan mengandung segi hiburan yang tinggi.

Ketiga, perkembangan industri budaya pop di Korea sangat pesat sepuluh tahun terakhir ini. Tahun 1997 disebut sebagai tahun kebangkitan film Korea dengan digunakannya pendekatan baru dalam memproduksi film, yaitu lebih menonjolkan tema individualisme (yang merupakan kecenderungan masyarakat Korea sekarang), kreativitas, dan kebebasan berekspresi. Hasilnya muncul berbagai jenis tema, film, dan lahir pula sutradara-sutradara film independen. Pendekatan baru ini meningkatkan gairah untuk membuat film, termasuk film-film pendek yang didukung penayangannya oleh bioskop-bioskop lokal.

Keempat, pertumbuhan industri film di Korea tak lepas dari peran pemerintah. Di samping memberlakukan kuota tayang (minimal 106 hari per tahun untuk film domestik), pemerintah Korea melakukan revitalisasi industri film domestik sejak tahun 1973 melalui Komisi Film Korea (KOFIC).

Aktivitas KOFIC dibagi dalam lima departemen yaitu, Departemen Promosi menyediakan dana dan berbagai bantuan untuk film lokal. Departemen Promosi Internasional bertugas mempromosikan film Korea di luar negeri. Departemen Pendidikan mengelola Akademi Film Korea dan Akademi Film Animasi Korea serta mendukung 40 institut perfilman di Korea. Departemen R&D yang membuat penelitian, statistik film, dan publikasi. KOFIC juga mengelola studio out-door dan in-door di Seoul Complex Studio untuk mendongkrak mutu visual sinema Korea.

Beberapa kegiatan KOFIC yang menarik adalah lomba penulisan skenario film dua kali setahun, sedangkan untuk skenario film animasi sekali setahun. Pemenangnya mendapat hadiah uang yang lumayan besar. KOFIC menyeleksi dan mendanai film pendek, film dokumentasi, film independen dan film animasi. Untuk mempromosikan film Korea di luar negeri, KOFIC membuat terjemahan film Korea dalam berbagai bahasa seperti Perancis, Jerman, Itali, Jepang, Cina, Rusia, dan Spanyol. KOFIC mendukung ikut sertanya sinema Korea di festival-festival film internasional bergengsi, disamping Korea sendiri sering menjadi tuan rumah seperti di Busan Internasional Film Festival. Jika tahun 1999 sejumlah 80 film Korea diikutsertakan di 73 festival film internasional, maka tahun 2002 lalu jumlahnya meningkat menjadi 280 film (KOFIC, 2002).

Hasilnya tidak sia-sia dan beberapa film Korea meraih penghargaan internasional. Tahun 2002 lalu film Chihwaseoun dan Oasis memenangkan Sutradara Terbaik pada Festival Film Internasional di Cannes dan di Venice. Film animasi My Beautiful Girl, Mari mendapatkan grand prize pada Festival Film Animasi Internasional. Film-film terlaris tahun 2001 seperti My Sassy Girl dan My Wife is A Gangster, masing-masing dibeli oleh Dreamworks Pictures dan Miramax International untuk dibuat versi Amerikanya (Cinemags, April-Mei, 2003).

Di dalam negeri film Korea juga sukses mendatangkan banyak penonton. Statistik film yang dirilis KOFIC memperlihatkan film lokal mampu menggeser dominasi film impor, terutama dari Hollywood. Jika pada tahun 1991 di Korea pangsa penonton film lokal hanya 21 persen, maka pada tahun 2001 melonjak jadi 50 persen, justru saat kuota tayang makin dikurangi. Dari 10 film terlaris di Korea tahun 2001, enam adalah buatan lokal dimana rangking satu sampai lima diduduki oleh film Korea. Film yang menjadi box office tahun 2001 adalah Friend yang ditonton 2,5 juta orang. Tahun 2002 lalu kembali film lokal menendang film Hollywood. Dari 10 film paling laris di Korea, lima di antaranya produksi lokal. Film The Way Home yang disutradarai oleh sutradara muda perempuan Lee Jeong-hyang menjadi box office dan ditonton lebih dari 1,5 juta orang di Korea.

Film-film terlaris tahun 2001 dan 2002 bercerita tentang realitas sosial masyarakat Korea. Film Friend menuturkan hubungan pertemanan dan per-gangster-an yang merupakan bentuk hubungan sosial dan kenyataan hidup di Korea. Sedangkan The Way Home yang diputar dalam Pekan Film Korea IV menyentil runtuhnya keagungan relasi anak-orang tua di Korea. Masyarakat Korea yang dulu menekankan pentingnya menghormati orang tua, kini terkesan mulai mengabaikan orang tua. Film ini membuat banyak orang Korea merasa ¡°sangat bersalah¡± karena meninggalkan orang tua mereka yang jompo sendirian di kampung, sementara mereka sibuk dengan urusan masing-masing di kota besar.

Adakah sesuatu yang bermanfaat dari gelombang budaya pop Korea ini? Masyarakat Indonesia setidaknya punya alternatif baru jenis tontonan. Hanya saja mungkin sebaiknya kita meniru orang Cina yang pilih-pilih apa yang ditonton. Suatu film bercerita tentang isu, budaya, sistem sosial, atau karakter orang yang memerlukan apresiasi sebelum kita memetik suatu nilai darinya. Apresiasi tentang budaya Korea yang mencukupi tentunya sangat bermanfaat agar lebih memahami suatu permasalahan yang disuguhkan lewat film.

Sebagai contoh, menonton film Korea bertema gangster atau mafia seperti Guns and Talks atau Friend (keduanya produksi tahun 2001) lebih asyik jika tahu bahwa masyarakat Korea adalah masyarakat patriarkal dengan hubungan antar lapisan sosial yang ketat. Tema gangster dan mafia yang menjadi genre sinema Korea akhir-akhir ini muncul akibat frustasi masyarakat atas tergerusnya nilai-nilai tradisional, diskriminasi gender, dan ketidakpastian politik. Dalam film bertema gangter atau mafia, orang Korea mencoba menyusun suatu keluarga artifisial dimana laki-laki tetap dominan dalam masyarakat (Kim Sohee, 2002).

Namun tanpa tahu menahu tentang Korea sebelumnya, tidak disalahkan jika menonton sinema Korea. Sambil menonton kita mulai mengenal kehidupan bangsa, adat istiadat dan karakter orang Korea. Dari film Korea bertema kekerasan dapat kita saksikan kekerasan sosial dalam masyarakat Korea sebagai akibat negara mereka dijajah Jepang selama 35 tahun, perang saudara pada periode 1950-1953, periode diktator militer, dan periode perang dingin dengan Korea Utara yang tak kunjung berakhir.

Melihat orang Korea berakting di berbagai macam tema film, kadang-kadang muncul pertanyaan: mengapa sering ada adegan orang Korea menangis atau adegan yang sentimentil? Dari adegan menangis ini ternyata kita bisa mengenal karakter orang Korea. Lee O-Young, mantan Menteri Kebudayaan Korea, mengatakan bukan orang Korea kalau tidak bisa menangis. Jika sedih orang Korea menangis, jika bahagia juga menangis. Meskipun suku Indian Sioux di Amerika terkenal sebagai suku yang paling mudah menangis, tak ada yang menandingi orang Korea dalam hal menangis akibat lamanya mereka hidup dalam penderitaan karena keterbatasan sumber daya alam, iklim yang keras, perang dan kediktatoran. Tak heran jika aktor dan artis Korea bisa berakting menangis dengan sangat piawai dan membuat perasaan penonton ikut sentimentil.

Film juga dapat menjadi media untuk peningkatan pemahaman budaya antar negara dan alat diplomasi. Selama ini budaya pop Korea telah mendukung keberhasilan Korea dalam hubungan diplomasinya dengan negara-negara di ASEAN. Film dan musik Korea telah mengubah persepsi orang Vietnam terhadap Korea yang menjadi sekutu Amerika Serikat waktu perang Vietnam. Perasaan benci berubah menjadi hubungan romantis dan sentimentil generasi muda Vietnam dengan artis dan musisi Korea. Banyak generasi muda Vietnam kini juga menjadikan Korea sebagai kiblat budaya pop, mode, dan standar kemakmuran.

Di Indonesia sinema maupun musik Korea belum begitu sepopuler di Vietnam. Ini karena masih sedikitnya pemutaran film Korea di teve atau di bioskop serta sedikitnya resensi tentang sinema dan musik Korea. Bagi orang awam juga sulit membedakan film Korea dari film Jepang, Hongkong atau Taiwan karena aktor atau artisnya mempunyai ciri-ciri fisik yang hampir sama. Cara mudah untuk mengenali film Korea adalah bahasanya (jika tanpa dubbing) atau dari nama pemainnya karena nama mereka berbeda dengan nama Jepang atau Cina.

Film Korea produksi tahun 2001-2002 yang sudah banyak beredar VCD-nya di sini dapat dikenali dari sampulnya. Nama aktor-aktrisnya biasanya ditulis dengan huruf hangeul (alfabet Korea) dan dengan sistem penulisan nama yang unik. Nama Korea terdiri dari tiga suku kata dengan nama marga seperti Kim, Lee, Anh, Lim, Choi, Park atau Yang. Dalam film nama marga jarang disebut, sehingga hanya dipanggil Sang-yeon, Jung-woo, Jae-young dan Ha-yeon (dalam Guns and Talks).

Permintaan film Korea di Indonesia diprediksikan meningkat karena pesatnya hubungan ekonomi Indonesia-Korea. Keinginan untuk menguasai bahasa Korea muncul dari banyaknya mahasiswa dan masyarakat yang ingin bekerja di perusahaan Korea seperti LG, Hyundai atau Samsung, atau mereka yang ingin bekerja di Korea. Perusahaan Korea di Indonesia juga mengajukan syarat penguasaan bahasa Korea bagi yang melamar kerja. Jadi film Korea bisa berperan dalam memperlancar penguasaan bahasa Korea dan untuk mengenal budaya dan watak orang Korea yang akan ditemui di tempat kerja. *** 

Referensi:

Kim Sohee, ¡°A Review of Korean Cinema in 2002¡±, Korean Cinema 2002, KOFIC, Seoul

KOFIC, ¡°The Korean Film Commission¡±, Korean Cinema 2002, KOFIC, Seoul

My Wife is A Gangster, The Most Powerful Lethal Weapon is in a Woman!, Cinemags Edisi 46/Mei 2003

My Sassy Girl, A Big-Hearted Boy and His Eccentric Girl Friend, Cinemags Edisi 45 April 2003

Kim Youn-jung, ¡°Korean Pop Culture Craze Hallyu Sweeps through Asia,¡± Korea Pictorial, Seoul

Yang Seoung-Yoon, ¡°Expanding Cultural Exchange with Southeast Asia¡±, Korea Focus, January-February, 2000

Lee O-Young, In This Earth and In That Wind, This Is Korea, Hollym Corporation and Royal Asiatic Society, Seoul, Korea, 1967

Monday 13 January 2014

Hari Ke-1 di Solo

Aku berangkat tanggal 6 Januari pukul 11 malam dari Kijang dengan menaiki kapal Bukit Raya menuju Jakarta. Ulang tahun tanggal 8 Januari harus dijalani di kapal dengan makanan yang hampir membuatku muntah dan memilih untuk makan pop mie goreng.

Meski demikian ya harus tetap bersyukur karena masih diberi kesempatan untuk naik transportasi yang murah meriah.

Dua hari di Jakarta dua hari di Gontor dan sekarang ada di Solo untuk ngajak Uma jalan - jalan hewww....

Proposal? Kucoba selesaikan dalam perjalanan dua puluh hari di Pulau Jawa ini.

Monday 6 January 2014

Mengubah Rasa Jadi Logika

Lagi kudengar pengaduan masalah ikhwan akhwat hewwww... Masalah klasik yang ga pernah selesai, sekeras apa pun usaha yang kami lakukan. Well mungkin belum terlalu keras ya hehhe.... 

Beberapa pengaduan tentu hampir dengan nada yang sama seperti yang dulu. Tak ada hijab, pacaran, smsan, chatting dan lain - lain. Okeh jadi sekarang masalahnya ada di mana?

Ohohoho... jika hal - hal di atas terjadi karena pelakunya belum paham okelah ga bisa nge-judge juga kan? Tapi gimana kalo dia udah paham tapi masih melakukan? Okeh ini aku angkat tangan karena bisa jadi aku juga dituding sebagai salah satu pelakunya ahaha... Terserah yang menuding deh, dicurigai juga tak apa apa. 

Nah, dari pengalaman beberapa pasangan berakhir di pernikahan alhamdulillah tapi sebagian juga tak berakhir bahagia. Ohohoho kasihan, aku ga bisa bayangin gimana perasaan si perempuan, kalo yang laki sih cuek aja eh atau kebalik ya? Suka suka deh

Yang jadi masalah pasangan - pasangan yang ada sekarang, berakhir di tempat yang samakah? Atau di kantor polisi kayak judul berita beberapa waktu lalu hehehe Kita cuma bisa lihat dan menunggu semoga berakhir baik. 

Well kadang aku mikir ini, siapa pun pasti pengennya nikah yang berkah. Nah, dalam teori di buku - buku yang namanya nikah berkah itu mesti diawali dengan proses yang berkah pula. Kalo sebelumnya udah pacaran, berkah ga? Tanya aja sono ntar kalo beruntung ketemu sama Allah. 

Dalam konteks aktivitas dakwah, ada juga nih pasangan - pasangan ilegal yang seliweran hehehe... Dan biasanya sih orang - orang ini ga akan bertahan lama. Cuma bentar aja, setelah itu terlempar sendiri karena malu atau alasan lainnya. Yang kutahu, itu cara Allah buat bersihin jalan dakwah. Jika aku salah satu pelakunya, aku juga harus bersiap untuk tersingkir di medan ini dan digantikan sama yang lain. 

Memang yang mundur itu ga hanya karena ini, tapi sebagian besar adalah karena ini. Apa perlu aku sebutkan? Ups ga ahsan kan ya... Jadi sok suci pula hahaha.... 

Merubah Rasa Menjadi Logika

Sesaat kalo aku mendengar kasus - kasus yang ga penting itu pengen deh jewer ikhwan - ikhwan yang suka godain akhwat, apalagi yang masih baru. Beuuhhh sasaran empuk itu. Biasanya saat rajinku kambuh, ekspedisi sms akhwat kulaksanakan gyahahaha..... 

Nanyain kabar mereka satu per satu sekalian nanya ada ga ikhwan yang smsin dan kukorek korek deh tu informasi huahahha maap ya buat yang selama ini jadi korban keisengan inih. Kita cuma pengen bantu kok. Biasanya sih dari 10 yang kutanya akan ada beberapa yang menjawab dengan jujur. Nah saat itulah baru kita beraksi *hero mode on. Ini kalo lagi rajin lhooo klo malesnya datang ya udah lah :p

Nah, biasanya aku udah males untuk mencak - mencak ke ikhwan - ikhwan genit untuk ga gangguin akhwat - akhwat imut itu (ya elaaaah). Kalo dipikir - pikir ya nyapekin. Kenapa harus marahin maling? Lebih baik memberikan perlindungan ke rumah kan? 

Gini nih, maling itu kan beraksi kalo ada niat dan kalo ada kesempatan. Liat rumah ga ke kunci digasak lah itu isi rumah. Coba kalo rumah kita dikunci, dikasih terali dan lain - lain maling juga males mau masuk. Banyak kerjaan, man. Belum tentu juga isi hartanya banyak huahahhaa....

Cewek tuh harus begitu, punya kunci dan terali biar itu maling cuma bisa liatin dari jauh dan nahan iler karena kehabisan akal buat malingin tu rumah yang bernama hati :D :D :D

Artinya, jangan mudah tergoda dooong cewek - cewek. 

Masak kamu luluh gitu aja dengan sms - sms perhatian dari dia? Masak kamu langsung mesem - mesem cuma karena dia suka nge like n komen di status kamu? Suka nganterin kamu ke mana - mana, antar jemput dan lain - lain. Masak kamu jadi demen sama dia cuma gara - gara dia bilang dia juga demen sama kamu. Trus hati kamu jadi ketar ketir karena dia suka mandangin kamuh. Huahahahha beneran deh ini bikin ngakak

Hei hei hei, kita itu kan cantik, cerdas dan colehah. Masak sih bisa luluh karena cara - cara amatiran begitu. Alamak alamak alamaaaakkk..... Mending tenggelam aja noh sama kapal Van der Wijck. 

Dia suka smsin kamu? Kali aja bonus sms nya banyak. Ngajakin chatting tiap malem? Lagi belajar ngetik cepat kali xixixixii.... Suka komenin status kamu? Anggap aja fans beraaaat. Dia bilang suka ke kamu? Biasalaaaah kamu kan cerdas, cantik dan colehah. Kamu juga suka ke dia? Ahaaiiiii ini dia nih kalo cinta udah berbalas emang suseee ngatasinnya. 

Tips ini hanya berlaku untuk membentengi hati biar ga dimalingin sama mereka yang punya tampang maling (loh?). Kalo kamu udah suka ke dia juga yaaa mau gimana lagi. Kita juga ga bisa maksain biar ga suka kan. 

Palingan saran dari kita : silahkan suka tapi ga perlu diucapkan, tetaplah bersikap seperti biasa lama - lama juga ilang sendiri. 

Emangnya rasa suka itu penyakit AIDS atau kanker yang ga bisa disembuhkan????? 

Rasa suka itu kayak demam panas yang cuma bikin kita kesakitan dan menggigil untuk beberapa malam. Setelah itu kita akan baik - baik aja :) 

Ah udahlah toh kadang kamu masih keras kepala. Yang penting aku udah ingetin. Kalo cara ini ga baik silahkan usulkan cara lain yang baik yang lembut dan lain - lain. 

Jika sesuatu terjadi padamu aku ga akan menyalahkan laki - laki itu, tapi dirimu yang tak pandai menjaga hati 

*anggap aja lagi mencak - mencak

Friday 3 January 2014

#IndonesiaMengaji

Membuka 2014 dengan gerakan #IndonesiaMengaji copas dari Af1. Semoga Indonesia lebih diberkahi

Mau cerita awal ikutan @onedayonejuz yang berujung pada gerakan #IndonesiaMengaji yang mau baca monggo :D

Pagi itu liat hape eh ada miskol dr ustadz. Tanya ada apa eh diajak gabung @onedayonejuz #IndonesiaMengaji Awalnya beneran ga ngeh itu apaan

Meski ga ngeh blang aja mau ikut. Eh langsung dimasukin dlm grup @onedayonejuz yg isinya ustadz/ah beken. Ngeriiiii >_< #IndonesiaMengaji

Di awl ikutn @onedayonejuz itu emng bikin sesk. Hrus kejar2an n lwan mles habis2an. Yg lain udh kelar kita blm, malu dong #IndonesiaMengaji

Aq inget hari pertama ada yg ga bsa di hub akhrnya dilelang. Capek jga baca smpe mlam @onedayonejuz #IndonesiaMengaji

Oh ya anggota d grup @onedayonejuz kirain d kota yg sama, ternyata engga. Ada yg dari depok, jakarta, makassar, batam dll #IndonesiaMengaji

Bahkan denger2 d grup lainnya ada yg dari Jepang dan Inggris, keren nih @onedayonejuz ngaji tanpa batas #IndonesiaMengaji

Nah @onedayonejuz pertama kali itu waktu ikut DM2, hadehh kerasa banget ngos2annya, tapi mesti tancap terus #IndonesiaMengaji

Stelah itu makin digenjot d prtemuan pekanan. Terpaksa?? Awalnya gitu, tapi lama2 jadi biasa @onedayonejuz #IndonesiaMengaji

Oh ya grup @onedayonejuz pertma kan gabung, trus adminya misahin biar cew sm cew. Yaah brkurng yg ambil lelangan klo gitu #IndonesiaMengaji

Ya udh lah terima aja. Mulailah hidup bru dg grup bru @onedayonejuz bareng ibu2 yg smangatnya wowww #IndonesiaMengaji

Udah sebulanan juga ikut grup @onedayonejuz waah ustadz yg ngajak saya itu pasti dpt pahalanya juga #IndonesiaMengaji makasih y pak

Krna kegiatan @onedayonejuz itu baik n bermnfaat, aq coba2 bikin grup bru. Isinya emng teman2 yg udh biasa ngaji juga #IndonesiaMengaji

Manfaat @onedayonejuz ?? Hmm bikin lisan lbh terbiasa dg bacaan Quran, lebih bnyak berinteraksi sm Quran. #IndonesiaMengaji

Mnrut aq nih ya @onedayonejuz itu salah satu aksi nyata buat sosialisasi al Quran yg udh jdi brng antik abad ini #IndonesiaMengaji

Bakal aja tuh Quran blm dilelang jutaan rupiah buat pajangan d rumah. Mending ikut @onedayonejuz ambil juz lelangan heee #IndonesiaMengaji

Okeh manfaat @onedayonejuz itu adalah ngilangin malu. Ngilangin malu baca Quran di tmpat rame. Wah!! #IndonesiaMengaji. Buang malu jauh2

Ga ada crita lagi tu baca Quran cm habs maghrib, @onedayonejuz 'maksa' utk baca Quran dmana aja n kpan aja #IndonesiaMengaji kcuali d WC y

Baca Quran d kmpus? Ok aja. Di angkot atw busway? Oke banget. Namanya jga usaha kelarin @onedayonejuz baca d kelas? Nope. #indonesiamengaji

Oh ya, dlm waktu dkat kita mw bikin satu grup @onedayonejuz lagi. Isinya teman2 waktu SMA, ga smua sih, usahain dlu. #indonesiamengaji

Baru ada 20 orang, rata2 interaksinya sm Quran mash dikit bgt. Tantangan nh mreka bsa kelarin @onedayonejuz siapa tahu? #indonesiamengaji

Nmanya jg Quran, yg udh hampir jdi brng antik, nawarin program @onedayonejuz juga ga mudh. Tapi Allah itu pnya cara keren #indonesiamengaji

Quran itu udh saatnya disosialisasikan dg cara2 begini @onedayonejuz biar pada kenal trus baca trus hafal trus amalkan #indonesiamengaji

Aq pikr ga ada ortu yg g girang liat anknya bca Quran. Tiap hri. Seblm belajar, hbs sholat n d wktu lainnya @onedayonejuz #indonesiamengaji

Klo ada yg ga suka bhkn ngelarang2 anknya baca Quran, beuuhh ortu begini perlu didoain ODOJers nh biar ikut @onedayonejuz #indonesiamengaji

Eh iya mnrt aq lagi nih sasaran utama @onedayonejuz itu adlh pemuda masa kini yg nti akan jdi orng tua masa dpan biar #indonesiamengaji

Jika hri ini teman2 prempuan kita bca Qurn @onedayonejuz n itu jd kbiasaan, pas mrka jd istri n haml bacaan utmanya quran #indonesiamengaji

Kebyang dong gmna kualitas anak2 yg lahir dri rahim perempuan2 seperti ini :) @onedayonejuz #indonesiamengaji cerdas, sehat, berakhlak mulia

Karna itu buat cow yg lagi baca tweet ini motivasi teman2 prempuanmu utk segera gabung di @onedayonejuz dan kita gerakkan #indonesiamengaji

Yupss sekian tweet @onedayonejuz #indonesiamengaji moga 2014 makin rame yg ikutan gabung stlah sosialisasi dr Oktober (y)

Merah dalam Instruksi Tak Tertulis

Selamat malam

Sudah masuk 2014 ya, tahun yang banyak orang mengatakannya ini adalah tahun politik. Tahun di mana mesin - mesin partai politik kembali berjalan untuk menyambut sebuah pesta rakyat. Entah rakyat yang mana.

Di Tanjungpinang tempat saya tinggal ada beberapa perubahan signifikan yang saya lihat. Setelah Pilkada Walikota Tanjungpinang 31 Oktober 2012 yang lalu Kota Gurindam ini sedikit berbeda dalam ‘warna’.

Pertarungan yang dimenangkan oleh Lis Darmansyah - Syahrul (No 2) itu otomatis membuat sebagian kalangan agak shock, terutama kubu pendukung Maya Suryanti yang notabene adalah anak dari Wali Kota Tanjungpinang selama dua periode, Suryatati A Manan.

Beberapa pengamat bilang kalo majunya Maya Suryanti cuma untuk menjaga kelangsungan kekuasaan Suryatati yang sudah belasan tahun memimpin, sejak Tanjungpinang jadi Kota Administratif. Tapi kupikir orang - orang juga tak boleh lupa PDIP juga pendukung beliau dulunya.

Setelah menggodok Lis Darmansyah yang memang kader tulen partai pimpinan Megawati itu, mereka pun keluar untuk berhadap - hadapan melawan penerus Suryatati. Dan mereka menang! Runtuhlah kekuasaan Suryatati, begitu banyak orang berkata.

Lalu setelah itu PDIP mengklaim mereka adalah partai penguasa di Tanjungpinang karena jabatan eksekutif dan legislatif didominasi oleh partai ini.

Selang setelah pelantikan, resmilah Lis dan Syahrul menjadi pemutus kebijakan untuk Negeri Pantun ini. Perubahan apa yang dilakukan? Entahlah, di sini saya hanya ingin memaparkan apa yang terlihat oleh mata dan terdengar oleh telinga saya.

Beberapa bulan belakangan beberapa kalangan, termasuk saya di dalamnya mulai menyadari bahwa Kota Tanjungpinang perlahan berubah menjadi merah. Benar - benar merah dalam artian warna.

Fasilitas umum, sekolah, kantor kelurahan, markas SAR, papan pengumuman kota, iklan layanan masyarakat di sudut jalan, tempat bunga di jalan, tenda, seragam panitia kegiatan pemko hingga tempat sampah telah berubah menjadi warna merah. What the hell??! Apa pemko membuat kebijakan merah?

Ruang walikota pun direnovasi menjadi warna merah, tak hanya itu juga ruangan kepala - kepala dinas. Saya pernah berkunjung ke salah satu dinas dan menemukan ruangan yang nyaman dengan corak merah putih. Lebih didominasi warna merah dan semua terlihat baru, artinya ruangan ini baru saja direnovasi.

Belum lagi baliho - baliho ucapan selamat maupun himbauan dari wali dan wakil wali kota di jalan - jalan protokol sangat didominasi warna merah. Sampai - sampai ada yang nyeletuk, “Lebaran dah macam tahun baru Cina” saking warna merah yang sangat banyak itu.

Lalu saya bertanya, ada apa? Apa cuma kebetulan?
Belum lagi baliho istri walikota yang menghiasi Kota Tanjungpinang. Istilahnya kampanye terselubung untuk kemenangan di 2014 nanti. Ini pendapat saya, silahkan jika tak sepakat.

Saya pikir penguasa ini seperti anak - anak yang baru saja mendapat mainan baru kemudian berlari keliling komplek untuk memamerkan mainannya tersebut. Seolah - olah mainannyalah yang paling bagus dan paling keren.

Begitu juga mereka ini, seperti orang kalap langsung memasang merah di sana sini untuk unjuk gigi.

Memang tak ada yang salah dengan warna merah. Warna apa pun itu tak masalah. Tulisan ini hanyalah hasil pengamatan saya yang bodoh dan tak berilmu ini. Yang merasa geli dengan perubahan lingkungan di Kota Tanjungpinang. Mohon dimaafkan

Thursday 2 January 2014

Pelatihan Pemandu Wisata


Beberapa waktu lalu aku mengikuti pelatihan tour guide yang diadakan Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kota Tanjungpinang. Kuketahui kegiatan tersebut dari Kak Dwi yang bekerja di dinas itu sekarang.

Menarik. Dari kegiatan ini satu hal yang kupahami, profesi pemandu wisata tak bisa dilakukan oleh orang sembarangan. Mereka adalah orang cerdas, terampil dan amat cakap.

Hal mendasar yang dibutuhkan oleh seorang pemandu wisata adalah kecakapan dalam berkomunikasi dan pengetahuan tentang daerah wisata.

Instruktur bertanya mengapa kami mengikuti kegiatan tersebut, kujawab aku tertarik pada tour guide setalah menonton drama Korea My Girl yang diperankan oleh Lee Da Hee dan Lee Dong Wook. Di drama itu Da Hee berperan sebagai gadis ceria yang bekerja sebagai pemandu wisata. Dan menurutku, dia cool!!!

Oh ya salah seorang instruktur dari Kementerian Pariwisata membuatku harus menghantukkan kepala ke dinding. Dari caranya bercerita, seolah kami adalah anak muda paling tak berpotensi d muka bumi. Yah mungkin itu caranya untuk memotivasi. Whatever, aku pikir dia bisa lakukan apa saja yang dia mau.

Setelah pelatihan itu peserta dijanjikan untuk mendapat pendampingan selama 1 bulan. Ahaha aku beneran optimis dengan ide ini. Bukan bermaksud apatis, skeptis ataupun sarkastik namun waktu membuktikan hal itu tak dilakukan.

Kami memang dibagi di bawah beberapa perusahaan tour n travel, tapi hingga hari ini belum ada tindak lanjut, khususnya aku. Eh atau aku sendiri kali ya yang ga pro aktif ke sana.

Orang sepertiku mungkin kurang cocok untuk terjun langsung menjadi pemandu wisata meskipun aku sangat ingin. Jadi kucoba cara lain. Dengan menulis misalnya :)